Kavaya segera membereskan semua barang barang miliknya agar jika nanti terjadi sesuatu dia tinggal pergi dan angkat kaki dari rumah terkutuk itu. Kavaya tak ingin tinggal di sana meskipun rumah itu banyak menyimpan kenangan bersama dengan sang mama tapi Kaavaya juga merasakan sakit yang berbarengan di sana karena ulah papanya yang menurutnya tak tahu diri itu.
"Aku harus bisa lebih kuat lagi, jangan sampai mereka nanti mereka melakukan sesuatu yang malah akan membahayakan nyawaku nantinya." gumam Kavaya.
Dia kembali ke dalam kamar dan berdiam diri disana. Malam ini dia ingin tidur dengan nyenyak tanpa ada gangguan apapun dari dua wanita yang selalu mengganggunya itu.Tak menunggu lama Kavaya terlelap di ranjangnya yang sangat sempit itu. Semenjak sang mama tiada semenjak papanya membawa dua benalu ke rumah mereka Kavaya tak pernah menangis sama sekali.
*
*
Rebeca dan Miranda pulang dalam keadaan setengah mabuk dan banyak sekali belanjaan milik mereka yang di turunkan dari mobil yang mereka bawa. Kavaya yang baru tertidur sebentar lantas terbangun karena mendengar suara rame rama di bawah karena jelas kamarnya bukan kamar yang kedap udara seperti kamarnya yang asli.
Kavaya berdecak kesal karena tidurnya yang baru saja terlelap terganggu dengan suara berisik dari dua orang manusia yang tak tahu diri itu. Kavaya yang melihat dari balkon kamarnya sudah menggenggam pinggiran balkon itu dengan erat tapi dia tak berniat untuk menegur mereka karena jelas itu akan menghabiskan tenaganya.
Kavaya memutuskan untuk melanjutkan tidurnya dengan terpaksa dan menutup kedua telinganya dengan bantal lusuh miliknya sampai hampir satu jam lebih dia baru bisa terlelap.
*
*
Sementara itu, King sudah sampai di Jepang dan memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya secara langsung.
"Leo apa agenda kita yang pertama?" tanya King langsung saat mereka turun dari jet pribadi mereka.
"Mau meting langsung apa harus besok?" tanya Leo balik.
"Langsung aja, bukannya lebih cepat urusan kita selesai kita juga segera pulang?"
Leo mengangguk dan segera menghubungi partner mereka yang akan bekerja sama dengan perusahaan mereka yang berasal dari negara bunga sakura ini.
Tapi suasana hati King memburuk saat dia masuk ke dalam ruangan itu bau alkohol dan beberapa serbuk yang sangat dia kenali menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya.
"King ini..."
Leo ragu saat ingin mengatakan apa yang ada dalam pikirannya kepada King karena dia sudah tahu saat ini King sudah sangat murka. Tempat yang tak seharusnya di jadikan tempat meting pun menjadi perusak pertama suasana hatinya saat ini.
"Suruh mereka memeriksa semua tempat ini dan tangkap mereka yang terlibat. Jika ada yang mencurigakan langsung habisi dan bersihkan sisanya!"
Perintah King tentu saja perintah mutlak yang tak bisa di bantah sama sekali karena memang King sudah terlanjur tak suka dengan kondisi ini.
"Aku mengerti dan mereka sudah langsung bergerak. Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? Apa kamu masih ingin meneruskan kerja sama ini?"
King menatap tajam ke depan dan duduk di salah satu kursi yang sudah di siapkan untuknya. Dia memasang wajah yang datar dan tak bisa terbaca meskipun itu oleh Leo sekalipun.
"Apa perlu aku menghubungi ayah untuk memberi peringatan kepada mereka yang ada di sana?"
King hanya mengggeleng dan saat Leo ingin mengatakan sesuatu nampaklah beberapa orang yang masuk ke sana di ikuti beberapa wanita yang memakai baju kurang bahan dan King tahu sangat artinya itu.
"Leo, persiapkan diri dan setelah di sini selesai kita langsung kembali!" bisik King pada Leo.
Leo langsung mengangguk mengerti dan segera menyiapkan beberapa berkas untuk meting. Leo pun bersikap tak acuh dengan semua yang ada di sana karena jelas saat ini akan ada badai yang menerpa Jepang terutama orang orang yang ada di ruangan ini.
Saat mereka semua masuk mereka nampak terlihat percaya diri dengan sangat dan jelas para wanita yang ikut masuk itu nampak berminat pada King dan juga Leo. Tapi King sama sekali tak tertarik dengan mereka dan malah dia sedang membayangkan wajah Kavaya saat ini.
"Tunggu aku selesai di sini sweety aku pasti akan menjemputmu kesana dan membawamu hidup bersamaku!"
King terus melamun tanpa ingin melihat semua orang yang ada disana dan itu membuat salah satu wanita yang ada di sana nampak tak suka karena di acuhkan.
"Tuan King, kenapa sekiranya tuan nampak gelisah seperti itu? Apa tuan perlu saya temani malam ini?" tanya salah satu wanita itu dengan nada genitnya.
Wanita itu nampak melangkahkan kakinya untuk maju ke arah King dan tepat sebelum dia sampai di dekat King sebuah peluru sudah berpindah ke keningnya tanpa ada suara tembakan atau apapun.
"Tuan Kino, kita saat ini sedang mengadakan pembahasan untuk kelanjutan kerja sama kita. Dan anda mengotorinya dengan membawa orang orang yang tak berguna ini? Apa anda tahu hukuman apa yang akan anda terima karena menyalahi aturan yang aku buat?" tanya King dengan nada dingin.
Kino tertawa terbahak dan menatap King jenaka, Kino terlalu meremehkan King ternyata sampai dia berani tertawa seperti itu. Bahkan dia tidak takut saat melihat salah satu wanita itu tewas karena peluru milik King.
"Ayolah tuan King, anda masih muda dan saya dengar anda belum mempunyai pendamping. Di sisi ku ini adalah putri ku yang paling berbakat dan aku ingin memberikannya pada anda sebagai jaminan kerja sama kita nanti. Dia mempunyai segala bakat yang tuan mau, apa tuan tak tertarik sedikit pun dengannya?"
King melirik sekilas perempuan yang di maksud oleh Kino itu dan dia tak ingin melihatnya lagi. Hal itu membuat putri Kino nampak tersinggung karena King merasa menghinanya saat ini.
"Leo segera selesaikan semuanya dan kita segera kembali. Aku sudah muak di sini!" kata King sekenanya.
Leo pun mengangguk cepat dan segera membuka berkas dan berbagai dokumen yang akan di pakai mereka untuk meting. Tapi ternyata putri Kino itu ak terima dan malah menggebrak meja yang ada di sana.
Brakkk..."Arogan sekali kamu! Berani sekali kamu menolakku? Apa kamu pikir kamu pantas menolakku hanya kamu terkenal berkuasa di negaramu!!"
Kino membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang di lakukan oleh putrinya Aira. Kino sangat tahu watak King yang tak bisa di usik, dan sebenarnya dia hanya berencana menjodohkan Aira dan King. Tapi melihat King tak tertarik dengan putrinya Kino tak melanjutkan niatnya atau itu akan berbahaya untuk mereka.
"Aira, apa yang kamu lakukan hah?" bentak Kino pada putrinya."Dia sudah menghina ku ayah, dengan dia menolakku saja dia sudah menghinaku. Aku seorang putri kecantikan disini tapi dia meremehkanku!" teriak Aira kencang pada sang ayah.
Kino memejamkan matanya dan melirik King yang sudah berubah semakin datar dan pertanda jika King sudah semakin murka. Ternyata bermain dengan sang raja malah akan menyengsarakannya sendiri.
Bruk...Kino segera berlutut di hadapan King yang membuat Aira semakin meradang saat ini.
"Apa-apaan ini ayah? Kenapa ayah malah berlutut di hadapan pria sombong ini?" pekik Aira tak terima.King menyeringai menatap Kino yang ternyata sudah menyadari apa yang menjadi kesalahannya.
"Ini permainanmu dan aku hanya mengikuti Kino. Tapi kamu tahu aku paling benci ketika kita membahas kerja sama ada seorang wanita yang tak berguna di tengah tengah kita. Dan satu lagi, masalah aku sudah mempunyai pasangan atau belum itu menjadi urusan pribadi ku dan bukan menjadi urusan mu atau orang lain!"
Aira semakin menatap tajam ke arah King dan dia yang sudah geram menarik senjatanya dan mengarahkan pistol itu ke arah King. Dengan cepat dia menarik pelatuk pistol itu tapi King berhasil menghindar. Tapi setelahnya mata Aira membelalak saat ada sebuah benda tajam yang menusuk dadanya.
"Uhuuukkkk...."
Darah segar keluar dari mulutnya dan membuatnya terhuyung ke belakang. Dia menatap King tak percaya sedangkan Kino sudah tak berani melakukan apapun saat ini.
"Jangan salahkan aku Kino, kalian sendiri yang sudah membuatku melakukan ini. Jika dari awal kamu bekerja seperti biasa mungkin kejayaanmu akan tetap sama seperti sebelumnya. Tapi karena kebodohanmu sendiri yang terlalu percaya pada orang lain malah membuatmu hancur!"
Kino menatap King tak percaya jika King mengetahi sampai sejauh itu.
"Dia mengincarmu!" sahut Kino pelan.
King dan Leo yang hendak meninggalkan ruangan itu sempat berhenti sejenak tapi kemudian melanjutkan langkah mereka lagi.
"Hancurkan tempat ini dan cari dia sampai dapat dalam keadaan hidup hidup!"
to be continued
Mobil yang membawa Kavaya dan ketiga bayinya sudah sampai di mansion. Kavaya turun dalam diam, dia menyuruh anak buahnya membawa bayinya ke kamar yang ada di lantai bawah. Awalnya mereka bingung tapi mereka hanya menurut saja. Begitu juga para pelayan yang melayaninya. Kavaya meminta beberapa barangnya dan triplet D ke kamar yang akan di tempati. King yang melihat itu semua hanya mengangguk saat para pelayan meminta ijin kepada nya. King tak ingin membuat Kavaya semakin marah kepadanya. "Sweety ..." panggil King pelan. Tapi Kavaya mengabaikannya, dan lebih memilih masuk ke dalam kamar saat semua barang yang dia butuh kan sudah tersedia. King pun hanya bisa menghela napas panjang nya saat ini. Leon pun juga tak bisa berbuat apa apa karena jika Kavaya sudah seperti ini tandanya dia benar benar tak ingin di ganggu.Leon pun merasa prihatin dengan King saat ini.Dia menepuk pelan pundak King."Mungkin bukan hanya karena yang tadi saja, tapi aku pernah dengar seorang perempuan setel
Teman Yurika syok melihat Yurika yang membuat ulah, sedangkan King sudah membantu Kavaya untuk kembali duduk. Dan tim dokter yang melihat itu segera menangani Kavaya yang merintih kesakitan, King juga sudah mengambil anak ketiganya dari tangan Kavaya. Darrel pun terlihat tenang di gendongan King saat ini. King meletakkan Darrel perlahan ke box nya kembali. Sedangkan Kavaya sudah selesai di periksa dan juga sudah di ganti perbannya. King keluar dari ruangan Kavaya, melihat perawat yang tadi ingin membawa putranya. "Jadi dia ini perawat di sini?" tanya King dingin. "I-iya tuan muda," jawab salah satu dokter di sini. Tapi Yurika tak merasa bersalah sama sekali, dia yang awalnya terjatuh ke lantai mulai berdiri dan melihat ke arah King. "Kenapa kalau aku membawa putramu satu, kamu mendapatkan anak tiga, dan aku hanya mengambilnya satu. Dan jika dia bersamaku dia akan bahagia, kamu bisa mengambilnya nanti ketika dia sudah besar!" kata Yurika enteng. Semua orang terbelalak men
Tubuh King merosot ke lantai. Kavaya masuk ruang operasi lagi. Benar benar ingatannya tentang beberapa tahu kemarin langsung muncul kembali dalam ingatannya. Kehilangan bayi pertama mereka membuat hidup King hancur. "King.... Ava baik baik saja, bayi kalian juga semua sehat. Kita doakan dari sini, triplet D akan baik baik saja!" "Leon, aku takut....di dalam sana Ava sedang berjuang sendiri. Harusnya aku tadi tak meninggalkan Ava ke kantor." ucap King lirih. Leon tentu tahu ketakutan King bukan tak mendasar. Trauma masa lalu itu masih ada meskipun King sudah berusaha melupakannya. Leon dan Ayumi hanya bisa diam, dan menemani King di depan ruang operasi, sementara anak buah King semua sudah berjaga di setiap sudut rumah sakit. Hampir satu jam lamanya Kavaya berada di ruang operasi dan King mulai gelisah. Tapi tak berselang lama, terdengar suara tangisan bayi yang keras, pertama, kedua dan yang ketiga terdengar sangat lirih sekali. Tubuh King menegang begitu juga dengan
King membawa Kavaya pergi, berkali kali Kavaya mengambil napas panjang dan menghembuskan nya. Semakin dia kesal semakin sakit perutnya dan dia tak ingin membahayakan ketiga janinnya. "King, aku lelah!" King memeluk Kavaya erat, dia mengusap pelan pundak Kavaya sampai dia tertidur. Tak berapa lama mereka sampai kembali ke mansion. King menggendong Kavaya ke kamarnya dan meletakkan Kavaya yang tengah tertidur di ranjang mereka. Notif pesan singkat masuk ke dalam ponsel King. Leon mengabarkan jika semua sudah di urus dan Vania sudah mendapatkan hukumannya. "Sweety.... aku harap kamu selalu sehat dengan mereka." * Hari berlalu, bulan pun berganti. Tak terasa Kavaya sudah mendekati hari kelahiran bayi kembarnya. Tapi lucunya mereka sama sekali tak bisa tahu tentang kelamin bayi kembar itu. Seolah mereka ingin memberi kejutan untuk orang tua dan yang lainnya. "Sweety, aku tak tega meninggalkan mu. Gimana nanti kalau tiba tiba kamu mau melahirkan?" Wajah King khawatir deng
Kehamilan Kavaya sudah mulai membesar dan saat ini Kavaya terus mengomel karena bajunya sudah mulai sempit. Dia duduk di ranjang sambil sesekali menghela napas panjangnya. "Kan nggak bisa di pakai lagi, ini harus beli lagi. Tapi nggak di bolehin keluar." Air mata Kavaya tiba tiba menetes di pipinya. King baru saja masuk ke dalam kamarnya dengan wajah yang lesu. Tapi samar sama dia mendengar suara isak tangis dari arah ranjang. Panik jelas, dia langsung menghampiri Kavaya yang sedang berdiam diri di ranjang sambil menangis. "Sweety, ada apa?" King mendekati Kavaya dengan perasaan panik. Dia takut jika Kavaya kenapa Napa. Tapi kemudian Kavaya mengangkat beberapa baju yang dia punya. "Kenapa sama baju baju kamu?" tanya King dengan wajah polosnya. "King, apa aku terlihat gemuk sekarang? Kenapa semua bajuku tak muat?" King meneguk ludahnya kasar, dia terlihat berpikir dan mencari kalimat yang pas sebagai jawaban. Membawa tiga bayi dan memang Kavaya terlihat lebih berisi
Kavaya saat ini berada di dapur. Di saat semua orang masih terlelap dia sudah masuk dapur dan entah sedang melakukan apa. King yang meraba kasur di sebelahnya dan tak menemukan istrinya pun langsung bangun dengan cepat. Dia berjalan dengan cepat mencari keberadaan istrinya. Dia mulai panik saat tak menemukan keberadaan istrinya di mana mana. Sampai pada akhirnya bau masakan tercium dari arah dapur. King bergegas kesana dan dia bernapas lepas saat melihat Kavaya sedang berkutat dengan semua peralatan dapur itu. "Sweety, kamu sedang apa?" King mendekat ke arah Kavaya dan melihat Kavaya sedang membuat salad tapi King meringis ngeri. Pasalnya di dalam salad itu ada beberapa potongan cabe yang terlihat pedas. Dia sudah meneguk ludahnya kasar. "Aduh, apa lagi ini?" batin King. King tak berani bersuara lagi atau tanya pada Kavaya apa saja yang dia buat. Melihat semua makanan itu berbahan cabai pun membuatnya ngeri. "Ini salad sayur, tapi aku menambah beberapa potongan cabai s