Share

4. Rencana jalan-jalan

Alif baru saja datang, ia langsung duduk di samping Chandra. Saat menoleh ke arah Khanza, gadis itu terlihat kesal.

"Lo lama banget di toilet Lif, Chandra aja yang dari perpus udah sampe dari tadi."

Tadi memang Alif izin ke toilet dan meminta Khanza memesankan makanan untuknya, mungkin karena menunggunya terlalu lama Khanza jadi kesal.

"Biasalah ketemu adkel tadi, jadi kita ngegosip dulu. Mana pesenan gue?" Alif terlihat mencari pesanannya.

Khanza menggeser semangkok mie ayam kepada Alif. Beruntung mie itu tidak tumpah karena Khanza menggesernya dengan kasar.

"Makasih ya Khanza, Khanza yang paling baik pokoknya,"  puji Alif. Ia berusaha menghilangkan rasa kesal Khanza.

Sepertinya usahanya itu tidak berhasil. Khanza tak membalas dan malah terlihat menyeruput minumannya dengan kasar.

Beralih dari Khanza, Alif kini memperhatikan Chandra dan Rain yang sedang memakan pesanan mereka masing-masing. Mereka berdua terlihat tenang dan tidak terpengaruh dengan kedatangannya. Alif merasa senang, setidaknya kedua temannya itu tidak ribut seperti kemarin.

"Nah gitu dong. Kalo istirahat tuh makan, bukan debat apalagi ngembat makanan gue," celetuk Alif. Chandra dan Rain terlihat mengacuhkannya membuat Alif berdecak.

"Dikacangin. Eh Btw Chan katanya lo ke perpus, kok gak ada buku? Gak jadi pinjem?" Alif melihat ke arah Chandra.

Tadi saat di kelas Chandra memang bilang kalau ia ingin meminjam buku di perpustakaan. Bahkan lelaki itu sempat mengajak Rain untuk menemaninya, tapi tentu Rain menolaknya mentah-mentah. Apalagi jika harus berdua dengan Chandra.

Chandra mengangguk sebagai respon terhadap pertanyaan Alif.

"Kenapa?" tanya Alif.

"Bingung mau pinjem buku apa."

"Gimana sih lo Chan, mau pinjem buku tapi bingung mau pinjem buku apa," ujar Khanza. Gadis itu membalikkan sendok dan garpu yang ia gunakan, pertanda ia selesai makan.

"Iya nih, si Chandra aneh," sambung Alif.

"Gak ada saran dari Rain." Chandra menatap Rain, sedangkan Rain tidak terusik, gadis itu terus melanjutkan makan.

"Rain emang jahat," celetuk Alif.

Rain menatap tajam ke arah Alif.

"Bercanda Ra, gak usah di anggep serius. Eh pulang sekolah kalian kemana? Kita jalan-jalan dulu yuk." Alif mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Boleh tuh, gue kayaknya juga butuh refreshing." Khanza terlihat antusias.

Sebagai anak pengusaha yang sibuk, orang tua Khanza memang jarang sekali mengajaknya pergi liburan. Selain itu Khanza juga dituntut untuk belajar dan belajar agar bisa meneruskan usaha kedua orangtuanya kelak. Setelah pulang sekolah biasanya Khanza pergi bimbel dan pergi berlatih taekwondo, tapi kadang Khanza bolos tanpa sepengetahuan orang tuanya. Ia juga merasakan lelah jika harus dipaksa belajar terus.

"Aku ngikut aja, kalo Rain ikut aku ikut juga." Seperti biasa, Chandra selalu mengikuti Rain.

"Gue sibuk, gak bisa. Ada beberapa materi yang belum gue rangkum," ucap Rain tanpa minat.

Rain mungkin kebalikan dari Khanza, bahkan Khanza sering menyebut Rain sebagai manusia super karena gadis itu tidak pernah lelah untuk membaca.

"Ah Rain, gak asik. Belajar mulu," gerutu Alif.

"Gimana kalo besok, besok kan libur jadi kita bisa lebih lama jalan-jalan," usul Khanza, Alif langsung menyetujuinya sementara Rain terlihat berpikir.

"Ayolah Ra, kita jarang Lo jalan-jalan bareng. Ya, please," bujuk Khanza. Ia berharap temannya ini mau pergi dengannya.

"Yaudah iya," putus Rain pada akhirnya.

Khanza terlihat sangat senang. Akhirnya Rain mau pergi. Rain adalah orang yang sangat sulit untuk diajak jalan-jalan, biasanya Khanza harus memaksanya agar Rain mau pergi.

"Berarti lo ikut ya Chan, kan Rain ikut," ujar Alif.

"Iya Lif, aku ikut kok," sahut Chandra.

"Yeay, besok kita jalan-jalan." Alif dan Khanza terlihat semangat.

***

Akhir-akhir ini cuaca tak menentu, kadang hujan, kadang panas, kadang hanya mendung tanpa hujan. Seperti sekarang, mendung memang menghiasi langit, tapi hujan tak juga turun. Matahari sore itu memang tak terlihat karena tertutup awan, tapi suhu menjadi panas karena tidak ada angin.

Beruntung Rain dan Chandra menaiki motor hari ini, jika tidak mereka mungkin akan berdesak-desakan di angkot atau berjalan kaki di suhu sepanas ini.

Jalanan tidak terlalu ramai, tapi Chandra melajukan motornya cukup pelan, agar bisa berlama-lama dengan Rain.

"Bisa agak cepet gak sih Chan!" Rain menyadari kecepatan motor Chandra yang melambat. Ia tak sabar untuk sampai ke rumah. Berdua bersama Chandra benar-benar mimpi buruk bagi Rain.

"Kalo ngebut nanti kecelakaan Ra."

Rain berdecak. "Kalo lo gak mau, biar gue yang nyetir!"

"Emang kamu bisa nyetir Ra?" tanya Chandra.

Rain memang bisa mengendarai sepeda, jika untuk motor sepertinya harus dipikirkan kembali. Rain pernah dua kali kecelakaan saat menggunakan motor. Yang pertama karena lupa untuk mengerem dan yang kedua karena menghindari seorang anak kecil Rain berakhir dengan menabrak pohon. Setelah itu, Rain tidak pernah diijinkan lagi untuk mengendarai motor.

"Bisa gak Ra?" tanya Chandra lagi karena Rain tidak menjawab pertanyaannya.

"Udahlah, cepetan pokoknya!"

"Yaudah deh iya." Chandra langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Rain yang kaget, reflek mencengkram erat pundak Chandra.

"Chandra!" Rain memukul punggung Chandra, sementara lelaki itu banyak tertawa dengan kencang.

"Kan kamu yang bilang buat lebih cepet," ucap Chandra tanpa rasa bersalah.

 

"Maksud gue bukan ngebut juga!"

"Yaudah maaf." Chandra menurunkan kecepatan motornya.

"Ya."

"Ra—"

"Diem Chan, gue males ngomong."

Chandra menutup mulutnya. Tak ada pembicaraan diantara mereka sampai mereka tiba di rumah.

"Makasih," ucap Rain saat Chandra menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Rain.

"Iya Ra, sama-sama. Besok ...." Chandra tidak melanjutkan perkataannya karena Rain tidak menggubrisnya. Gadis itu terlihat berjalan ke dalam rumahnya tanpa mempedulikan Chandra.

"Sabar Chan, cuma sampe dia jatuh cinta," ucap Chandra pada dirinya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status