Setelah PROLOG--"Ditolak."Sayup suara burung gagak terdengar di telinga.Setelah mengatakan satu kata buruk tersebut laki-laki berkacamata yang tengah duduk di bangku taman itu dengan santainya membuka kembali buku yang tadi sedang ia baca, telunjuknya yang panjang terangkat sekilas untuk menaikan bingkai kacamata sebelum kemudian turun kembali, membaca dengan begitu tenang.Sesantai itu. Wajahnya juga seperti manusia yang tidak punya dosa. Seolah menolak perasaan anak gadis orang bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.Aurora berhasil dibuat terdiam beberapa detik sebelum akhirnya perempuan cantik itu menaikan satu alisnya tinggi-tinggi. "Ha?"Angin menerbangkan dedaunan kering, menemani hening dan rasa tak percaya seorang gadis tentang sesuatu yang baru didengarnya dua detik lalu.Ini merupakan kali pertama Aurora meminta seseorang untuk menjadi pacarnya.Dan orang itu adalah Dante Andromeda.Ares? Oh, Aurora selalu mengajak Ares menikah, bukan untuk jadi pacar, jadi jika dibilan
--Aurora diledek habis-habisan!Sampai ingin pindah ke Pluto saking malunya.Aurora lupa memberitahumu ini tetapi kemarin waktu ia melakukan proses pengakuan pada Dante, Alda dan juga Cassy memantau dari kejauhan, di tempat yang cukup jauh untuk dilihat tetapi dari jarak itu mereka juga masih mampu mendengar suara percakapan yang Aurora dan Dante ciptakan.Mulai dari Bandung Bondowoso sampai Raden Wijaya. Karena hal itu pula Aurora yang dipanggil Rora Jonggrang oleh kedua teman laknatnya.Sayang sekali Cassy dan Alda pergi saat semua belum selesai, mereka melewatkan adegan di mana Dante ditembak kaum pelangi dan berlanjut mencubit pipi Aurora dengan kedua tangan. Padahal itu best part-nya. Dan saat Aurora menceritakannya, tidak ada yang percaya, mereka hanya percaya bahwa Aurora sudah ditolak, dan dengan cara yang tidak terhormat pula.Cassy mengingatkan satu kali lagi bahwa Dante mengatakan dengan sadis; Aurora bukanlah tipenya.Tetapi coba pikirkan. Kalau cowok itu tidak berpikir b
--Aurora tidak gila.Barangkali ada beberapa dari kalian yang ingin mengatakan hal itu pada Aurora setelah melihat beberapa bukti nyata betapa kendurnya saraf otak gadis itu.Berkunjung ke rumah Alda setelah menciptakan masalah bukanlah hal besar, kan?Ya masa cuma karena Aurora yang ditolak terang-terangan dan menyebabkan kekesalan Ares, hubungan Aurora dengan keluarga Onty Maria ikut karam. Aurora tidak menginginkan hal itu, karena berpikiran terbuka merupakan salah satu hal yang ada dalam proses pendewasaan diri, Aurora pun hanya pasrah saat Alda menyeretnya untuk bermain ke rumah. Tidak seorang diri, Cassy juga ikut. Lagipula sudah lama.Lebih-lebih... Alda bilang kalau Ares akan segera kembali ke Australia. Tidak lebih lama dari dua hari lelaki itu di rumah, dia bahkan belum bertemu Samuel dan sudah mau pergi lagi. Teman masa kecil memang bukan prioritas, dengan hal itu Aurora mengerti betapa kesibukan dan hidup amatlah berubah setelah orang beranjak dewasa. Namun daripada menye
"Minggu depan ulangan akhir semester, Dante."Siang itu bel tanda istirahat pertama di sekolah baru saja berbunyi. Di ruang guru yang memiliki personil lengkap pada tiap kubikelnya itu, seorang guru perempuan duduk sembari memberi pengertian pada siswa berkacamata yang berdiri mendengarkan kalimatnya. Sebagaimana percakapan dan diskusi yang sudah guru itu bicarakan dengan wali murid, hingga sebuah keputusan telah didapatkan.Dante sendiri hanya diam mendengarkan, menyangkal pun tidak bisa, percuma juga, permohonan pindah yang ia buat satu bulan yang lalu itu agaknya masih saja didiskusikan. Padahal Dante sudah sangat ingin pergi, dengan keinginannya sendiri, tapi agaknya dunia masih ingin Dante menjadi bagian dari tanah yang ia pijak sekarang.Guru perempuan berambut pendek itu terdengar menarik napas. "Ibu sudah bicara dengan Ayah kamu dan beliau juga setuju kepindahan ditunda sampai kamu resmi kelas tiga.""Kamu boleh hubungi ayahmu dulu, diskusikan kembali," lanjut wali kelas Dante
Aurora tidak bohong saat ia bilang kalau dirinya bersedia lahir dan batin menjadi parasit bagi Dante sampai cowok itu menerima permintaan pendekataan darinya.Aurora dikenal baik sebagai pribadi yang tidak mau mengalah. Dan oleh karena itu saat ada proses 'Lo jual gue beli, lo jual lagi gue beli lagi' Aurora tidak keberatan untuk menuruti, sekalipun ia enggan dan kesal tetapi ego Aurora tidak membiarkan dirinya kalah.Saat Dante berkata bahwa dia memperbolehkan Aurora menempel padanya, Aurora tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia pikir Aurora tidak berani? Dia pikir Aurora cuma ngomong doang?Enak saja! Lihat nanti, Aurora akan buat Dante menyesal karena tidak menerima tawaran PDKT darinya sejak awal.Memang untuk beberapa jam pertama Dante tidak terlihat keberatan Aurora mengikutinya melangkah, mengikuti ke perpustakaan, duduk sambil mengamati Dante membaca buku, mengikuti Dante saat cowok itu berkeliling rak untuk mencari bacaan, menunggu Dante keluar dari toilet pria dan bahkan
"Beneran diterima?" seruan tak percaya itu terdengar hingga telinga Aurora mau meledak rasanya, namun karena perasaan Aurora juga sedang baik dan tidak ingin mengajukan komplen hanya karena suara Alda mengganggu telinga Aurora pun hanya berdehem dan mengangguk jumawa. Aurora menggumam mengiyakan pertanyaan temannya itu. Alda langsung meneruskan. "Ini nggak prank? Masa sih si ketos mau sama lo.""Bentar lagi juga lepas jabatan," balas Aurora sembari mendecak pelan. "Dan gue pastiin satu kali lagi. Beneran nggak lagi tinggi. Iya seratus persen. Gue beneran taken!"Aurora sendiri sedang berjalan masuk ke dalam gedung apartmen yang ditinggalinya selama beberapa hari terakhir. Dengan dua tangan menggenggam bawaan untuk keperluan yang kurang, tidak banyak, Aurora hanya membawa sandal rumah dan lilin aromaterapi dengan wangi yang berbeda. Ia masih menggunakan seragam sekolah, rambutnya dikuncir separuh dan tak lupa earphone berkabel menghiasi telinganya.Aurora menyapa satpam di depan sebelu
--"A-Aurora?!"Setelah teriakan mereka membahana, tangan Dante yang panjang dengan cekatan mengambil benda apapun yang bisa menutupi tubuhnya.Lelaki tinggi itu terlihat panik dan benar-benar terkejut, mata yang biasanya terlihat datar kini untuk pertama kalinya nampak terbelalak.Detik itu Aurora menyadari bahwa penampakan yang ada di depannya beberapa saat lalu bukanlah iblis yang menyerupai Dante. Tetapi benar-benar Dante itu sendiri. Beneran Dante! Dante yang beberapa jam lalu resmi jadi kekasih Aurora!Aurora sendiri belum mampu menyadarkan diri sendiri, gadis yang wajahnya tiba-tiba pucat itu masih terduduk di tempatnya jatuh bersama mata memandang kosong, bahkan sampai Dante menyingkir dari sana buru-buru untuk meraih pakaian Aurora masih duduk mencerna apa yang tengah terjadi di dalam hidupnya ini.Saat Dante kembali, raut wajah kebingungan lelaki itu masih terpampang jelas, kaos setengah basah yang dipakainya dan juga celana pendek selutut seakan tidak mempunyai banyak peng
-"Lo ngapain di rumah gue?"Setelah mendudukkan Aurora di sofa dan membiarkan gadis itu diam menunggu ketenangan datang dalam dirinya, akhirnya Dante pun bertanya. Pertanyaan yang sepertinya sudah hampir sepuluh kali ia tanyakan pada Aurora dalam kurun waktu kurang dari satu jam itu masih belum mendapat jawaban.Dan bila jawaban belum didapatkan, Dante akan terus bertanya dan bertanya lagi.Aurora mengangkat kepala. Melirik pada Dante yang datang membawa satu gelas air putih untuknya. Dante tanpa kacamata tidak terlihat seperti siswa berprestasi yang merangkap jabatan sebagai ketua osis, cowok yang memakai kaos hitam dan celana coklat itu terlihat sangat tampan bak kakak tingkat di perkuliahan.Sebelum memberi Aurora minum, Dante juga lebih dulu membereskan bunga-bunga Aurora yang berserakan, dia juga memboyong semua isi paperbag besar milik Aurora ke atas meja di depan mereka.Seolah bertanya tanpa kata. 'Kenapa bawa beginian ke rumah gue? Mau apa lo?' begitu.Aurora sendiri sudah k