Share

PART 65: Fettucine

Author: Titi Chu
last update Huling Na-update: 2025-05-14 17:56:37

"Kalau ini bukan soal makanan lebih baik kamu lupain aja, Roy."

"Duduk dulu, Mita."

Sialan.

Sebulan aku tidak bertemu dengannya sejak yang terakhir kali. Dan di sinilah dia, dengan setelan kasual semi-formal, kemeja yang digulung sampai siku, rambut berantakan tapi tetap tampan, tangan melingkar di cangkir kopi, tatapan santai seakan menikmati hidangan.

Roy Dihan penuh kepalsuan karena ketika aku menolak, dia berkata tegas. "Kamu ingin menarik perhatian?"

Bagaimana aku bisa mengabaikannya?

Dia sengaja komplain agar bisa menemuiku. Tamu-tamu di meja lain sudah melirik, tersenyum pada Roy, tapi karena kebanyakan mereka adalah para old money yang punya adab, tidak ada yang lancang melotot kepo. Walaupun begitu, bukan berarti mereka tidak penasaran.

Roy memang sendirian tapi kehadirannya saja sudah mencuri atensi.

"Kak?" Lea berbisik dari balik punggungku, alis mengernyit menatap kami. Antara cemas dan ragu-ragu.

"Nggak pa-pa Le, kamu bisa tinggalin aku sendiri," putusku
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Titi Chu
makasih udah mampir kk
goodnovel comment avatar
SamaraGandhi
pasangan yg serasi... sm2 gebleknya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 68: Food Vloger

    Tidak seperti kemarin yang sepi, hari ini restoran kembali padat. Bell tanda orderan masuk berbunyi tanpa henti. Dapur didominasi wangi garlic. Tidak ada pasta overcooked. Tidak ada fettucine yang terlalu creamy, tidak ada saos encer. Kurasa kalau Gun ada di sini, dia akan puas melihat kinerja kami. Bahkan wartawan pun tidak ada. Kemungkinan alasan utamanya karena para bodyguard langsung dikerahkan untuk berjaga di sekeliling De Luca. Begitu tiba pagi tadi, aku pun terkejut dengan pengawalan yang Gun berikan. Namun para pengawal itu kemudian menyebar tanpa menarik perhatian, berbaur tanpa mencolok dengan para staf agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan untuk para pelanggan. Kemungkinan kedua karena mereka tidak tertarik lagi pada berita ini. "Kan, netizen itu cepat bosan, mereka butuh sesuatu yang baru terus buat jadi bahan perbincangan. Dan skandal kita nggak begitu menarik dibanding kasus perselingkuhan artis." Chef Lukas berkata setelah selesai menyajikan risotto ai fu

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 67: Truck LED

    Kami tidak bisa keluar dari akses pintu belakang, kami juga tidak bisa keluar dari pintu depan. Wartawan-wartawan itu jauh lebih pintar dari yang kami bayangkan. "Mereka mau wawancara?" "Kemungkinan iya, mereka mencari salah satu staf, nggak tau di depan tadi ada yang berhasil dipepet buat wawancara atau nggak. Mudah-mudahan sih enggak." Tanpa kesepakatan kami sama-sama memeriksa ponsel, mengecek grup staf De Luca di WA. Ternyata di sana memang sudah heboh, meminta kami yang masih di restoran berhati-hati. Beruntung semua kompak tutup mulut. "Mereka bilang wartawan itu sebenarnya cuma mau cari info tentang De Luca. Masalahnya ini restoran Chef Gun, tanpa ngapa-ngapain aja De Luca udah jadi sorotan apalagi ditambah skandal. Makin deh netizen yang diam-diam benci Chef Gun punya kesempatan buat hujat dia." Lea memberikan analisisnya. Dan dia memang benar. Setelah menunggu kurang lebih dua jam, barulah kami bisa keluar. Ditemani oleh Pak satpam yang berjaga malam. "Rame ba

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 66: Nasi Jeruk

    De Luca hampir kosong oleh tamu. Lampu-lampu gantung menyala temaram, menyisakan cahaya hangat yang membias di atas meja marmer dapur terbuka. Wangi kopi dan cokelat masih menggantung di udara sejak tadi sore. Jam menunjukkan pukul sembilan lewat, melebihi jam operasional. Tapi aku masih di sini. Dan begitu juga staf lain. "Ini kacau." Benar, Mas Gilman sudah berusaha mencari kalimat yang halus. Tapi tetap saja, tidak ada yang bisa menggambarkan situasi ini kecuali kekacauan. Roy benar-benar melancarkan ancamannya. Kupikir awalnya dia hanya main-main. Tapi ternyata tidak. Pagi tadi sebelum tamu VIP pertama datang, medsos dikejutkan dengan sebuah video yang nyaris membuat tanganku teriris pisau. Aku berdiri di dalam video tersebut lalu membentak Roy untuk keluar. Sudut pengambilan videonya direkam dengan pas, persis di samping meja kami. Wajahku terpampang dengan mata membelalak dalam kemarahan. Video itu diuploud semalam, dan langsung trending di X, Lambe Nyinyir bahkan berk

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 65: Fettucine

    "Kalau ini bukan soal makanan lebih baik kamu lupain aja, Roy." "Duduk dulu, Mita." Sialan. Sebulan aku tidak bertemu dengannya sejak yang terakhir kali. Dan di sinilah dia, dengan setelan kasual semi-formal, kemeja yang digulung sampai siku, rambut berantakan tapi tetap tampan, tangan melingkar di cangkir kopi, tatapan santai seakan menikmati hidangan. Roy Dihan penuh kepalsuan karena ketika aku menolak, dia berkata tegas. "Kamu ingin menarik perhatian?" Bagaimana aku bisa mengabaikannya? Dia sengaja komplain agar bisa menemuiku. Tamu-tamu di meja lain sudah melirik, tersenyum pada Roy, tapi karena kebanyakan mereka adalah para old money yang punya adab, tidak ada yang lancang melotot kepo. Walaupun begitu, bukan berarti mereka tidak penasaran. Roy memang sendirian tapi kehadirannya saja sudah mencuri atensi. "Kak?" Lea berbisik dari balik punggungku, alis mengernyit menatap kami. Antara cemas dan ragu-ragu. "Nggak pa-pa Le, kamu bisa tinggalin aku sendiri," putusku

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 64: Extra Creamy

    Kuyakin Hiro bukannya bertanya apa arti dari Principessa, yang dia maksud adalah kenapa ada yang memberikan Mama bunga? Dan untuk balita yang pikirannya masih dangkal, itu hanya berarti satu hal. 'Mama punya pacar!' "Ini dari restoran, Mama yakin staff ngirim ini sebagai ucapan selamat karena bergabungnya Mama di sana." Kepala Hiro langsung berputar dari jendela memandangku dari balik kaca spion dengan mata menyipit. "Untuk apa bunga? Aku lebih suka mereka mengirimkan pizza." Naga yang jawab, tampaknya dia pun tidak terkesan. Bucket itu sangat cantik. Sebuah bunga tulip berwarna orange. Warna kesukaanku yang dipadukan baby's breath. Gun paham apa yang paling kusuka. Tapi jujur aku tidak expect dia akan mengirimkan bunga segala. Maksudku terlepas dari pertanyaan Hiro, dalam hati aku pun diam-diam menanyakan hal yang sama. Kenapa Gun mendadak mengirimkan bucket bunga? Apakah ini karena ciuman kamu? Namun kuputuskan untuk berterima kasih padanya melalui WA, yang belum dibal

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 63: Sereal

    Aku terbangun dengan dering suara ponsel yang memekakan telinga. Mata perlahan terbuka. Sejenak seperti terdisorientasi lalu merasakan kecupan lembut di kening. Menoleh, Naga sedang duduk di sampingku dengan ponsel yang menempel di telinga. "Mama udah bangun..." serunya, seperti berbicara pada seseorang dari balik panggilan telepon. "Yaa... oke... Tapi apa Papa Gun akan ke sini?" Bagus sekali, bahkan pagi-pagi sekali dia sudah merecoki kami. Kulirik jendela yang masih dalam keadaan tertutup rapat, cahaya matahari mengintip dari baliknya. Jam dinding memperlihatkan pukul tujuh pagi. Bukannya aku lupa bahwa kami ada janji datang lebih awal di restoran hari ini, tapi sekarang bahkan belum lima belas menit menuju jam masuk kerja. "Yah, kenapa?" Sepertinya jawaban Gun mengecewakan Naga karena dia cemberut. "Aku akan diam-diam." Aku meregangkan lengan, menggeliat sedikit dan bangkit duduk, menebak-nebak apa yang mereka obrolkan. "Oh?" Hanya satu kata kemudian wajah Naga berubah se

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 62: Mascarpone Cream

    “Kenapa harus saya, Chef?” Aku bertanya, merapikan rambut yang tadi sempat kugulung sekenanya. Sesuai kesepakatan, aku akhirnya datang lima belas menit lebih awal dari jam opersional. Kitchen praktis dalam keadaan kosong. Hanya ada staf OB yang sedang bersih-bersih di restoran saat aku tiba. Gun sedang menyiapkan bahan-bahan di atas meja berupa ladyfinger, kopi hitam yang baru diseduh, keju mascarpone, kuning telur, gula, dan bubuk kakao. Tidak seperti biasanya yang mengenakan seragam, pagi ini Gun hanya mengenakan kemeja yang digulung sampai siku. Kelihatan rapi tapi tetap santai. “Karena saya mau." Dia menjawab kalem sambil membuka lemari penyimpanan. “Dan kamu satu-satunya yang bikin tiramisu di De Luca jadi berasa asin.” Astaga. “Itu cuma sekali.” “Dua kali,” koreksinya, memutar badan dan melempar apron putih ke arahku. “Satu kali pakai garam, satu kali kamu memasukkan bubuk lada putih. Ingat?" Wajahku terasa panas, itu terjadi sebelum huru-hara di kantor Lumeno En

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 61: Cabai Kering

    "Mita!" Aku terenyak, mata mengerjap cepat seolah baru terjaga dari mimpi. "What are you doing?" Apa? Oh! Suara panci di atas meja stainless berbunyi nyaring. Aku segera mematikan kompor, berniat mengangkatnya turun ke island, tapi karena buru-buru, sarung tangan terlupakan. Aku memikik tertahan, menggoyangkan tangan, rasa perih seketika menjalar ke jemariku. Gun berdecak, menggeser tubuhku ke samping dan mengambil alih. "Ini yang kamu sebut kerja?" Para chef lain otomatis menghindar ke sisi kanan dapur, tahu persis bahwa Chef Gun yang terhormat sedang meledak. “M-maaf, Chef…” Aku meringis, meremas jemariku di celemek. Gun mengernyit, dia tampak sangat murka. “Saya pikir—" “Kalau kamu berpikir spaghettinya nggak bakal sematang ini dan keliatan seperti benang kusut. Ini asal rebus." Aku memejamkan mata. Oke, mungkin pastanya agak lembek. Tapi tadi timernya belum berbunyi. “Saya sudah ikuti timer. Mungkin kompor—” "Jangan menyalahkan kompor. Salah kamu yang ng

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 60: Tinkerbell

    (Flashback)'Princess'Itu bukanlah sekedar panggilan biasa. Pertama kali kami berkenalan, dia memanggilku dengan sebutan yang sama.Nada suaranya waktu itu masih terngiang di telinga—sama seperti saat ini, mengejek tapi bedanya sedikit dikombinasikan dengan nada kagum dan... hangat.Malam itu, sebelas tahun lalu, aku baru saja selesai masa KKN dan seperti burung yang keluar dari sangkar. Akhirnya bisa menghirup udara Jakarta.Sebenarnya aku bukan tipikal orang yang suka party-party tapi Meira sahabatku berhasil meyakinkan aku untuk datang ke sebuah bar yang berada di bilangan Jakarta Selatan. Tempat itu sedang mengadakan event party bertema 'Fairy Tale After Dark'. Semua orang berdandan seperti tokoh dongeng yang mabuk glitter.Aku?Setelah puas scroll IG mencari referensi, kuputuskan untuk datang sebagai Tinkerbell. Meira yang berkulit pucat memilih kostum Snow White.Yes. Aku, mengenakan gaun hijau menyala, sayap plastik, dan glitter di pipi. Tinkerbell versi kurang tidur dan kehab

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status