Home / Romansa / Chef Galak Itu Mantan Pacarku / PART 11: Less Talk, More Action

Share

PART 11: Less Talk, More Action

Author: Titi Chu
last update Last Updated: 2025-04-14 18:06:01

Aku terbangun saat mendengar alarm ponsel, dan langsung diserbu rasa pusing di kepala ketika segera duduk tegak. Lenganku terangkat untuk memijatnya kemudian menyadari selembar selimut terasa merosot dari bahuku.

"Tidurnya nyenyak Mita?"

Mataku melebar, menoleh dan menemukan Gun sudah duduk di ruangan.

"Saya membayar kamu untuk bekerja bukan untuk terlelap di ruangan saya."

"Maaf Pak, ini..." Kulirik jam digital di ponsel, pukul satu siang. Aku harus segera menjemput Hiro dan Naga.

Sial.

"Kamu pikir di sini hotel?"

"Saya sudah membacanya, Pak."

"Oh ya, apa kesimpulan kamu kalau begitu?" tanyanya sinis.

Aku meringis, menurun jemariku yang masih memijat kepala dan berusaha menatapnya. Berharap tidak ada liur yang tertinggal di sudut bibirku. "Banyak Pak, tertutama tentang program-program Bapak yang memiliki rating tinggi dan bisa dipertahakan di tahun ini."

"Contohnya?"

"Master Chef."
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 12: Favorite Car

    "Kenapa Bapak bawa saya ke mobil ini?" "Jadi kamu lebih senang diinjak-injak di sana?" "Bukan begitu Pak, mobil saya masih di Lumeno, tolong putar balik aja, Pak." "Kamu mau saya diserbu fans?" "Bapak nggak usah keluar, biar saya aja." Gun tampak berdecak. "Sayang sekali, kita sudah jauh, saya nggak punya waktu untuk putar balik." Aku melotot, memandang jalanan di sekitar kami, tidak sejauh yang dipikirkan. "Anak saya gimana nasibnya Pak?" "Saya akan antarkan ke mana kalian akan pergi." "Saya nggak minta diantar." "Cara kamu mengatakannya seolah saya sangat buruk," katanya tersinggung. "Seharusnya kamu berterima kasih karena saya menyelamatkan kamu dari kemungkinan digeprek kerumunan orang." "Tapi saya butuh kendaraan buat antar anak saya pulang," balasku gusar. "Saya yang akan mengantarnya, sekarang diamlah, kamu cerewet sekali, kepala saya jadi pusing." Aku auto mingkem sementara Gun mulai bersandar di jok penumpang seraya memijat keningnya. Apakah dia tidak

    Last Updated : 2025-04-15
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 13: Serba Hitam

    Gun menatap sinis pada mereka, wajahnya sudah kembali tertutup masker dan hanya menyisakan segaris mata yang memicing. Penampilannya yang hari ini full mengenakan setelan serba hitam jelas membuat anak-anakku terkejut."Pak." Aku merangsek maju. "Bapak bisa nggak pindah di depan, biar saya sama anak-anak saya duduk di belakang.""Nggak bisa," tolaknya datar. "Terlalu bahaya jika saya keluar dan dilihat orang lain, tempat ini sangat ramai.""Bapak kan sudah pakai masker, sepertinya nggak akan ada yang mengenali Bapak.""Memangnya dia siapa?" Hiro menyeletuk bertanya.Mata Gun dengan cepat memandang Hiro. Aku menahan napas saat kontak mata terjadi di antara mereka. Apakah Gun akan menyadari bahwa si kembar adalah anak-anaknya? Secara fisik mereka sangat mirip bahkan Hiro dan Naga mewarisi lesung pipi Gun ketika tersenyum, rambut yang lebat dan mata yang menatap tajam.Namun setelah lama beradu tatap, Gun melengos, membuan

    Last Updated : 2025-04-15
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 14: Jago Nikung

    Mataku terbelalak dengan jantung berdegup kencang mendengar jawaban Hiro. Tapi sepertinya Gun tidak terkesan karena dia hanya mengernyit. "Papa kami?" "Itu nama program Om di salah satu stasuin TV kan?" jawab Hiro yakin. "Om memasak bersama anak TK dan dipanggil Papa." Butuh waktu sepuluh detik untuk kami mencerna maksud dari program yang Hiro katakan lalu memekik berbarengan. Gun langsung mengerling padaku yang duduk di depan, seolah dia heran kenapa aku ikut-ikutan merasa lega. Program yang dimaksud adalah memasak Ceria dengan anak-anak TK berjudul Papa Chef yang kebetulan baru kubaca. Ternyata ada manfaatnya juga aku membaca program-programnya sampai ketiduran, Gun sangat visioner. "Benar," sahut Gun, matanya menunjukkan kepuasan. "Jadi kamu tahu siapa nama saya?" "Enggak." Gubrak, sepertinya Hiro sengaja ingin membuat Gun jengkel, aku bisa melihat hidung laki-laki itu kembang-kempis dari balik masker. "Karena Om nggak mau dipanggil Om, apa kita boleh memanggil Om Papa?" t

    Last Updated : 2025-04-15
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 15: Dia Normal

    "Belikan apapun yang Prily suka." Begitulah pesan yang dikirimkan Gun ke ponselku sebagai tambahan peraturan.Masalahnya, aku bahkan tidak tahu apa yang Prily suka, dan aku bukan asistennya."Beliin aja tas mewah Mit, perempuan mana yang nggak suka dikasih barang-barang branded?" usul Mba Niken saat kami berada di studio syuting Master Chef. Mba Niken ini posisinya cukup mantap, dia manajer para celebrity Chef junior yang masih merintis atau baru debut, terhitung ada tiga seleb yang berada di bawah naungannya.Karena baru merintis para celebrity Chef itu cenderung nurut dan tidak banyak tingkah. Berbeda dengan Gun Saliba yang exclusive dan tidak ingin perhatian manajernya terbagi dengan selebriti lain."Tapi dia udah beliin itu sebagai hadiah milad tahun lalu, Mba."Gun sangat rewel jadi aku tidak ingin membuat kesalahan, aku bahkan sampai melakukan observasi ke akun sosmed Prily Priscilla untuk menemukan apa yang dia suka, dan malah menemukan satu story khusus yang dia simpan saat p

    Last Updated : 2025-04-16
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 16: Alibi

    "Apa kamu pernah tidur dengan sa—hmp." Aku bangkit dan buru-buru membekap mulutnya lalu tersenyum canggung pada Mba Niken. Gun segera memberontak dan berusaha melepas tanganku, tapi dengan segenap kekuatan yang ada aku mencoba menarik lengannya menjauh."Maaf Mba, permisi."Mba Niken hanya melongo melihat tingkah absurd kami."Kamu berani berbuat nggak sopan sama saya Mita?" Gun bernapas tersengal ketika berhasil melepaskan bekapanku, matanya melotot judes karena sudah kutarik paksa."Bapak yang berani nggak sopan sama saya!" Kubalas dia dengan mata terbelalak, tidak kalah galak. "Ngapain Bapak ngomong begitu di depan Mba Niken?"Mohon maaf, hanya kami berdua, Tuhan, Ibunya dan mantan manajernya Luna yang tahu kami pernah memiliki hubungan. Lupakanlah soal Ibunya karena dari dulu beliau tidak pernah menyukaiku, sementara Luna sudah kabur keluar negeri karena menggelapkan pengahasilan Gun, jadi kini tersisa kami berdua dan Tuhan, dan aku jelas tidak ingin menambah daftar itu. Cukuplah

    Last Updated : 2025-04-16
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 17: Mas-Mas Pribumi

    "Mita." Ya ampun, baru juga aku keluar dari tempat persembunyian, kini langsung berhadapan dengan Roy yang mendadak mendekat. "Apa kabar?" Apa kabar, apa kabar? Kenapa dia harus menggunakan basa-basi seperti ini? "Sehat." Aku menjawab seadanya. "Aku dengar kamu jadi manajer Gun." "Seperti yang kamu lihat." "Aku senang kamu bisa langsung dapat pekerjaan setelah resign," katanya. Lalu dia menggaruk tengguknya yang tidak gatal. Roy Dihan bertubuh menjulang, berkulit sawo matang khas mas-mas pribumi, dia punya bentuk bibir yang selalu tampak melengkung seolah sedang tersenyum meski hanya diam, pembawaannya pun ceria, persis seperti laki-laki brengsek. "Kalau nggak ada yang mau diomongin, aku permi—" "Sebentar." Dia mencekal lenganku yang akan melewati tubuhnya. Bukan belagu, tapi secara refleks aku segera menepis tangan itu, Roy langsung melepasnya dan mengangkat kedua tangan di udara. "Sorry... aku cuma mau minta maaf soal pertemuan terakhir kita, kontrak kerja kita nggak berak

    Last Updated : 2025-04-17
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 18: Mba Kunti

    Aku pulang untuk menjemput Hiro dan Naga dalam keadaan mood berantakan kemudian disuguhi pamandangan mengenaskan di halaman rumah Mama. Barang-barangnya berserakan di luar, panci-panci, lemari, bahkan kasurnya tergeletak begitu saja di ubin. "Apa yang terjadi?" tanyaku pada si kembar yang duduk di teras, dengan kantung belanjaan yang siang tadi masih mereka nikmati. "Kenapa kalian di luar tengah malam begini?" "Nenek harus pindah." Naga menyahut. "Lebih tepatnya diusir." Hiro mengoreksi. "Dia belum bayar kontrakan lima bulan, jadi harus angkat kaki." Kepalaku mendadak pening, belum sempat aku mengatasi masalah dengan Gun, kini Mama...? "Terus sekarang Neneknya mana?" Hiro mengangkat bahu sambil mengunyah keripik kentang. "Entah, dia pergi tadi naik mobil." "Lama perginya?" "Dari jam lima." Naga menjawab. Mataku melotot, itu artinya sudah hampir enam jam Mama meninggalkan anak-anakku. "Jadi daritadi kalian sendirian di sini?" "Kami nunggu Mama jemput." Astaga, ini awal tahu

    Last Updated : 2025-04-17
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 19: Pancake

    "Mama keterlaluan ninggalin anak-anak aku sendirian, seenggaknya kalau Mama mau kabur, Mama kabarin aku biar aku jemput mereka." "Nggak sempat, kamu tau Mba Kin itu udah keburu mau menyita tas mewah Mama, harganya aja lebih dari lima belas juta, mana sudi Mama biarin dia ngerebutnya gitu aja." "Iya tapi mobil aku nyaris jadi jaminan Ma, kalau memang tas Mama harganya mahal, kenapa nggak dijual buat lunasin kontrakan?" "Apa?" Mama terdengar kalut dari seberang telepon. "Enak aja, jangan dong, ini tuh buat Mama arisan, buat Mama kondangan, kalau Mama jual nanti gimana penampilan Mama di depan teman-teman?" serunya. "Mama nggak mau kelihatan kayak gelandangan." "Nah, sekarang Mama jadi gelandangan beneran karena nggak punya tempat tinggal." "Siapa bilang Mama nggak punya tempat tinggal? Turun, Mama di lobi apartemen kamu sekarang." "Apa?" "Buruan, kamu mau Mama masuk tanpa kartu akses dan bikin keributan?" "Mama ngancem?" "Kamu nggak punya pilihan, anak-anak kamu masih butuh Mam

    Last Updated : 2025-04-17

Latest chapter

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 45: Loker Seragam

    "Apalagi yang perlu dibicarakan, Gun?" Aku sudah lelah dengan drama pencurian ini, jika dia ingin mengkonfrontasi dan membuatku mengaku bahwa akulah yang mencuri barang miliknya, maka lebih baik Gun pergi daripada menghabiskan waktu. "Ke ruangan saya, atau ribut di sini." Namun Gun adalah Gun kan? Setiap kata-katanya tidak bisa dibantah mutlak, hingga ketika dia menggidikkan kepala agar aku mengikutinya, aku tidak memiliki pilihan selain nurut. Belum lagi jika kami ribut di koridor maka itu bisa menarik perhatian para karyawan. Dengan gontai aku memasuki ruangan Gun, merasa sedikit trauma ketika wanginya yang maskulin sontak menyerbu. Inilah tempat yang membuatku dituduh melakukan tindakan amoral. "Duduklah." Aku nurut. Gun melangkah tenang, membuka lemari bening yang berada di sudut ruangan. Mengeluarkan satu botol yang terlihat mahal, menuangkan isinya ke gelas kemudian mengulurkannya padaku. Kepalaku terangkat, bingung. "Aku—" "Minumlah, kamu butuh rileks sekarang." Dia k

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 44: Kotak Pizza

    Siapapun yang melihat pasti akan langsung sadar bahwa benda itu terbuat dari berlian. Bentuknya kecil seperti kancing manset pada umumnya, namun berkilauan. Aku bisa mendengar semua karwayan menahan napas. Harganya pasti di atas 1M, pantas saja Pak Punjab tampak senewen, meskipun Gun sempat tidak peduli. Mba Niken megap-megap tidak paham. "Saya nggak tau itu ada di sana." Semua pasang mata langsung menatapnya. "Itu barang kamu?" tanya Pak Punjab. "Y-ya," gagap Mba Niken. "Tapi saya nggak mencuri, dan saya juga nggak tau kenapa benda itu ada di dalam sana Pak." "Ini benar milik kamu kan, Gun?" tanya Zara. Aku mengangkat alis, menyadari dia memanggil Gun tanpa embel-embel Pak atau Chef seperti karyawan yang lain, akrab sekali, bund. "Seharusnya ada sepasang kan? Di mana yang satunya lagi?" "Saya nggak tau!" Mba Niken memekik. "Sebaiknya Anda bicara yang sopan." Gerald memperingatkan dengan tajam. "Nggak apa-apa, dalam keadaan seperti ini semua pasti tegang, dia berhak untuk mem

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 43: Cufflink

    "Saya bukan mau menuduh kamu melakukan pencurian, tapi saya perlu melakukan konfirimasi apa yang kamu lakukan di dalam ruangan Gun." "Benar Pak, saya melihat dia keluar dari ruangan Chef Gun siang ini." Lusi tiba-tiba menyela, suaranya terdengar berapi-api. Pak punjab merentangkan tangan, meminta agar perempuan itu tidak memotong pembicaran. "Kita perlu memberikan Paramita waktu untuk menjelaskan." "Apanya yang perlu dijelaskan Pak? Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri kok. Ketika saya tanya apa yang dia lakukan di sana karena Chef Gun sedang nggak ada. Mita sendiri kelihatan ketakutan, seolah dia baru kepergok melakukan sesuatu." Ya Tuhan. Tidak menuduh aku melakukan pencurian? Tapi jelas sekali kata-kata beliau justru menunjukkan yang sebaliknya. Aku bahkan tidak diminta duduk tanpa basa-basi. Di antara empat pasang mata, kecuali Gun, mereka menatapku menunggu jawaban. Punggungku panas dingin. "Apa maksud Bapak pencurian?" tanyaku, lidah terasa pahit saat mengatakan itu

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 42: Keturunan Hindi

    Apartemen kami ternyata sudah rapi, tempat itu sudah tidak dipasang garis polisi. Dan ruang tamunya yang acak-acak dengan perabotan terbalik serta pecah belah sudah dibersihkan dan ditata seperti semula. Aku hanya perlu menyimpan barang-barang kami di kamar masing-masing, membujuk Hiro dan Naga untuk tidur kemudian istirahat. Walaupun aku sendiri insomnia. Bangun-bangun, kepalaku terasa berat, badanku sakit semua seperti habis digebuki. Aku mandi dengan menahan nyeri, kemudian menyadari aku melupakan jadwal pertemuan bersama Miss Clara. "Nggak pa-pa kok Mam, kalau memang masih sibuk, kami maklum. Silakan datang kalau Mama kembar nggak sibuk ya." Aku menggumamkan terima kasih untuk pengertiannya. Lalu meninggalkan anak-anak di kelas. Mengabaikan tatapan kepo dari trio Ibu Nuri, Yuli, dan Yuni. "Ibu-Ibu foto jalan-jalan kemarin sudah dikirim ke grup ya, silakan dicek. Ini saya juga punya bingkisan untuk Ibu-Ibu di rumah, tapi untuk yang ikut-ikut aja." Ibu Nuri mengumumkan di depa

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 41: OCD

    Aku segera melompat bangkit dari kursi, jantung berdebar penuh antisipasi. Mata mendelik nyalang menatapnya. "Apa maksud kamu?" Gun menyesap air putih di meja, gerakannya begitu tenang terkendali, sikap judes yang selalu diperlihatkannya mendadak hilang digantikan sikap dingin, tak tersentuh dan tak terbantah. Seolah dia telah sepenuhnya berubah dari Gun yang dulu pernah kukenal, menjadi seseorang yang sama sekali berbeda. "Kamu mengerti apa yang saya maksud," jawabnya lambat-lambat. Telingaku berdenging panjang, alarm tanda bahaya menyala. "Kamu bercanda kan, Gun?" "Do I look like I am joking?" Tapi ini sama sekali tidak masuk akal, bahuku merosot lemas, mundur selangkah. Gun bukan laki-laki pemaksa, aku tahu dia sangat galak, judes, dan sulit ditangani. Sebagai pengidap Obsessive Compulsive Disorder (OCD) Gun selalu menuntut kesempurnaan, dia tidak akan bisa bekerja sama dengan orang-orang lamban. Hanya saja, sepanjang kami berpacaran, tidak pernah sekalipun dia

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 40: Tomato Farcies

    Sesuai dugaan, aku memang tidak bisa begitu saja memutus kontrak menjadi manajer Gun, apalagi pindah dengan entengnya menjadi asisten chef. Stres. Aku merasa seolah baru saja dioper dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Tapi apa daya, aku cuma cungpret (kacung kampret) yang bisa disuruh-suruh. Gun bahkan tidak ambil pusing meskipun dia sepertinya kesal, namun raut wajahnya tetap santai tanpa minta maaf. "Sama saja kan, mau kamu jadi manajer ataupun asisten chef saya. Kalau nggak ada syuting kamu bisa balik menjadi asisten. Kalau ada syuting kamu bisa menemani saya. Fleksibel, semua aman." Gila, kenapa sejak awal dia tidak mengatakan ini? Dan justru membuatku terperosok dalam jurang? "Masalah libur gimana?" "Kita akan tetap pada kesepakatan awal Mita." Aku menahan diri untuk tidak mengumpat. Lemas sebadan-badan. Merasa baru saja dipermainkan. Apakah Gun sengaja melakukannya? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Tapi masalah lain yang lebih memdesak adalah posisiku pun terancam.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 39: Blazer Rapi

    "Apa maksudnya ditolak Pak, bukannya Bapak sendiri yang menawarkan saya buat jadi asisten chef dan bisa pindah?" Aku merasa seperti terombang-ambing. Kemarin kami ke Lumeno tapi tidak ada hasil apapun. Hari ini, pagi-pagi sekali kami kembali lagi ke agensi itu. Tapi aku merasa seolah sedang dikerjai habis-habisan. Belum ada 2x24 jam aku menjadi asistennya, mendadak sekarang aku harus kembali menjadi manajer Gun. "Ini masalah birokrasi agensi. Kamu harus bayar pinalti kalau tiba-tiba mau pindah." Begitulah penjelasan Gun, karena secara teknis aku masih terikat kontrak bersama Lumeno Ent, dan kontrak itu berlaku sampai setahun ke depan, jika aku mengundurkan diri, maka akan ada konsekuensinya Demi Tuhan. Aku sadar masalah ini sejak awal, itulah kenapa aku sempat skeptis dengan tawaran tiba-tiba Gun. Namun dia membujuk dengan iming-iming gaji tinggi, libur, dan kelebihan lain, itu sebabnya aku menyerah. Tapi sekarang aku harus mendapati kenyataan kalau semua ini salah? "K

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 38: Remaja Puber

    "Kamu bilang, mereka nggak bisa didakwa dengan tuntutan pengerusakan?" "Saya sudah bilang, kalau untuk menyerahkan semuanya pada Jerikho, dia sudah terbiasa mengurus kasus seperti ini." Jujur, aku merasa lega sekaligus bertanya-tanya. Sayangnya pertanyaan itu tidak bisa terjawab karena Gun tidak mengizinkan aku untuk menemui pelaku. "Setidaknya aku harus tau gimana orang-orang yang udah nyaris mencelakakan aku," kataku beralasan setelah kami beradu argumen. "Untuk apa Mita? Yang penting mereka sudah ditangkap, terbukti melakukan pengrusakan dan penyalahgunaan wewenang dengan bertindak semena-mena. Itu sudah lebih dari cukup." Gun membalas tegas. "Untuk apa kamu harus menemui mereka lagi? Hanya menghabiskan waktu." Gun benar, dan tidak benar di saat yang bersamaan. Aku kesal, ingin melihat bagaimana tampang seseorang yang sudah membuat si kembar ketakutan. Tapi pendapat Gun juga tidak salah. "Itu berarti, apa aku dan anak-anak udah bisa pulang ke apartemen sekarang?" Hiro dan Na

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 37: Panna Cotta

    "Aku janji akan ajarin Dimas lagi, kalau dia udah bisa, aku akan suruh dia ngerjain tugas-tugas di buku cetak Chef Gun." Aku hanya bisa meringis ketika dengan semangat Naga membawa buku-buku milik Gun, lalu melompat turun dan berlari ke gerbang TK, sementara Hiro dengan santai mengekori adiknya. Di sisi lain aku senang mereka nurut, tapi perasaan was-was karena mereka berada di sekitar Gun semakin menggebu-gebu. Kuputuskan untuk cepat-cepat ke De Luca. Setelah semalam menolak Gun dengan terang-terangan, aku yakin mood laki-laki itu kini dalam keadaan berantakan. Maksudku, hei... dia kan punya Prily, bagaimana dia bersikap kurang ajar padaku sementara memiliki hubungan dengan perempuan lain? Mohon maaf, aku belum mau dicap sebagai pelakor. Dapur sangat hethic, baru masuk, aku langsung dilempar berbagai pekerjaan. Mulai dari membuat risotto, sampai harus gesit berada di sisi Gun ketika dibutuhkan. "Kurang seasoning," komentarnya ketika aku mengambil alih ravioli dan menyajikan maka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status