Share

PART 88: Kolesterol

Author: Titi Chu
last update Last Updated: 2025-05-26 17:55:47

"Kalau kamu panggang arancini sampai kulitnya cokelat tua seperti ini, ini bukan appetizer lagi tapi bara api."

Kurasa dialah yang diam-diam habis menelan bara api, eksperesinya persis seperti itu. Hidung mengerut, kedua alis menyatu, mata menyala.

Ini masih pukul sebelas pagi, restoran baru opening sejam lalu, tapi dapur sudah seperti diserang guntur sungguhan.

Suara itu menggelegar, diikuti bantingan piring ke tempat sampah.

"Pake otak. Ini bukan lagi bakar jagung."

Beberapa cook tertunduk, yang lain pura-pura sibuk mengiris zucchini atau merapikan garnish. Berharap ketegangan ini bisa dipotong dengan pisau mentega.

Aku memejamkan mata, tenggorokan tersumbat, tapi gerakan tangan tidak sedikit pun melambat.

Setelah perdebatan semalam yang menyebalkan, aku sudah antisipasi bangun lebih pagi supaya kami tidak perlu bersinggungan lalu berusaha sibuk membuatkan anak-anak sarapan.

Tapi ternyata, menurut Madrid, Gun sudah keluar di pagi-pagi buta. Dan jika dilihat dari bag
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 95: Baby Blue

    "Lebih baik kita fokus dengan apa yang ada di depan mata dulu sekarang," katanya begitu mobil kami perlahan melaju pelan untuk menjemput Hiro dan Naga. Senin secara keseluruhan tidak pernah se-hethic ini, tapi aku mungkin harus mulai terbiasa dengan jadwal Gun. Dia sendiri tidak pernah istirahat, kalau tidak di restoran, maka dia pasti ada jadwal syuting belum photoshoot brand dan tentu saja Awards yang dimaksud Lea. "Kamu harusnya kasih tau aku lebih awal Gun, nggak semua orang punya kecepatan seperti kecepatan kamu. Dan nggak semua orang hidupnya semudah kamu." "Ini cuma penghargaan." "Ini yang pertama kali buat aku selain sebagai manajer." "Yang penting kamu nggak akan sendirian." See? Bagaimana mungkin dia menyepelekan sebuah acara yang akan diselenggarakan oleh salah satu stasiun TV bergengsi di Indonesia dan disaksikan jutaan pasang mata, serta ribuan share di sosial media? Kurasa ini adalah tipikal Gun, dia selalu memberi informasi secara dadakan. Seperti keti

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 94: Penthouse

    "Apa kabar sayang?"Luar biasa.Santai sekali beliau mengucapkan kalimat itu, aku segera berderap cepat dan menyambar lengannya, kemudian menyeretnya menjauh dari restoran."Jangan di sini," bisikku dari balik gigi yang terkatup rapat.Mama langsung menepis cengkeraman tanganku hingga terlepas. "Mita, Mama juga kangen banget sama kamuu."Dia mendekapku dengan erat, wangi parfumnya yang menyengat seketika memenuhi indera penciumanku.Aku berusaha melepaskan pelukan, tapi rangkulan Mama seperti capit. Belum lagi adegan kami mencuri perhatian tamu lain. Kutepuk-tepuk punggungnya, membujuk beliau melakukan yang kuinginkan."Ma, tolong jangan drama."Perlahan, beliau mengurai pelukan, lalu menatapku dengan mata berkristal, bibirnya yang terpoles lipstik merah berani tampak merekahkan senyum. "Kamu sehat kan?"Aku mendengus, setelah sekian lama aku menunggunya pulang. Di sinilah dia akhirnya dengan

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 93: Almost Sexy

    "Risotto ai funghi porcini.""Thank you. Meja lima ya, Kak."Aku menggumamkan oke, sebelum berbalik, merasa puas karena akhirnya aku bisa membuat makanan itu tanpa cela.Setelah penjelasan agak intelek di meja sarapan, Gun yang mendadak manis itu tidak mengizinkan aku untuk menuju ke kitchen, katanya aku tidak mampu, bahkan dia bersikeras agar aku berhenti kerja."Apa yang bakal aku lakuin?" Begitulah pertanyaan masuk akal yang kusemburkan ke wajahnya ketika di kamar tadi."Kamu bisa di meja kasir."Gila kan? Kenapa makin lama jabatanku makin nyungsep saja? Tanpa mengurangi rasa hormat pada pekerjaan tersebut yang halal, dan pasti memiliki tantangan tersendiri. Tapi heii... lama-lama aku bingung dengan Gun.Dari manajer, asisten chef dan sekarang dia hanya ingin aku berdiri di balik mesin. Lalu selanjutnya apa? Dia mau aku menjadi penyiram tanaman rosemary?"Itu lebih baik," katanya tanpa dosa ketika a

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 92: Krim Keju

    "Pagi Madrid." "Pagi Mba Mita." "Hiro dan Naga ke mana ya?" "Itu di belakang Mba, lagi main-main di halaman sama Mas Gun." Alisku terangkat. Tumben sekali? Biasanya Gun jam segini sudah meluncur ke restoran. Tapi mau tidak mau saat melihat keduanya dari glass sleeding door yang terbuka. Di mana Hiro memegang baskom dan Naga sedang melompat bersama Gun, bibirku mengulum senyum. Dalam perjalanan ke bawah, aku sempat mengintip perpustakaan, tempat itu sangat rapi. Hanya ada beberapa buku yang tergeletak di meja samping sofa. Sementara di sofanya sendiri terdapat selimut yang sudah terlipat rapi. Apakah Madrid melihatnya? Entahlah, tapi pagi ini hatiku terasa menghangat. "Mereka kelihatan mirip." "Apa?" Aku menoleh sedikit. "Eh maksud saya Mas Hiro wajahnya dan senyum lesung pipinya mengingatkan saya dengan Mas Gun waktu masih kecil."

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 91: Air Panas

    Jelas aku masih marah. Selama pertengkaran kami, aku membayangkan dia akan menyerah dalam seribu cara yang berbeda, tapi aku tidak pernah mengira bahwa dia akan melakukannya tanpa basa-basi seperti ini. "Kamu mau tidur di luar lagi?" "Gun..." Aku menggeliat sedikit agar pelukan kami terlepas. Gun langsung mundur, tidak ada pemaksaan dalam gerakannya. Dia mondar-mandir di kamar. Menyugar rambut, mendongak menatap langit-langit, menahan rambutnya, sebelum kembali menatapku. Jika aku tidak mengenalnya dengan baik, mungkin aku akan berpikir laki-laki ini sedang gusar. "Maafin aku Mita." Hatiku sontak mencelos. "Aku benar-benar bodoh, apa yang aku ucapkan ke kamu sangat kasar. Kamu nggak pantas diperlakukan seperti itu." "Kenapa kamu marah?" "Kamu tiba-tiba pergi," katanya jujur. Dia kelihatan sangat jengkel. Mengalihkan pandangan seolah sedang berusaha menahan sesuatu sebelum kembali menatapku. "Aku udah bilang kalau kita akan makan, tapi ketika aku turun ke bawah, kamu s

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 90: Trapesium

    "Kalau bumi itu bulat, kenapa di gambar kelihatan datar?" Here we go. Kulirik jam dinding, pukul sepuluh malam. Harusnya mereka sudah bobo cantik dengan selimut. Tapi berhubung weekend, Hiro dan Naga seperti mengambil kesempatan untuk begadang. "Bukannya ada teori kalau bumi itu datar?" "Gimana kalau trapesium?" "Kamu tau trapesium itu apa Hiro?" Aku bertanya sambil membantu mereka menyusun mainan ke dalam box setelah dilempar sana-sini. Menolak Madrid untuk ikut turun tangan membantu. Anak-anak harus diajarkan untuk tidak bergantung dengan orang lain. Lagipula hatiku masih jengkel karena tuduhan tidak masuk akal Gun. Dia pikir selama ini aku pontang-panting mengurus Hiro dan Naga bagaimana kalau tidak sendiri? Madrid berdeham di ambang pintu. "Mba Mita itu pertanyaan yang terlalu—" "Sisi samping bak mandi kita waktu kecil bentuknya trapesium, Ma." Hiro menjawab datar. Memungut action figur spiderman. Lalu dilempar ala basket ke box. "Bagus, satu kosong untuk Hiro."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status