Share

7. Sarlita Tertangkap Basah

“Kamu gak perlu menyesali apa yang sudah terjadi Sar, percuma saja. Keperawanan kamu tidak akan bisa kembali dengan menyesalinya. Kamu harus pikirkan, bagaimana agar Jody tidak pindah kelain hati.”

Kristo tanyakan pada Sarlita, bagaimana mereka bisa aman berhubungan intim. Kristo juga tanyakan, apakah setiap berhubungan dengan Jody memakai alat kontrasepsi? 

“Jody selalu memberikan aku Pil Anti Hamil mas, alasannya agar aku tidak hamil.”

“Aku gak bisa mencampuri urusan kamu dan Jody terlalu jauh Sar, tapi aku kasihan sama kamu.”

“Sebagai lelaki apakah mas Kristo mau menerima gadis yang sudah tidak perawan?”

“Kalau aku sih tidak pernah mempersoalkan masalah itu Sar.. bagi aku yang penting aku suka dan cinta."

Mendengar jawaban Kristo, Sarlita lega hatinya. Dia merasa masih mempunyai peluang untuk mendapatkan cinta seorang lelaki. Itu kalau seandainya Jody meninggalkannya. 

“Aku suka dengan sikap mas Kristo, karena sangat bijak dalam menentukan pilihan.”

“Kamu gak usah terlalu terbebani dengan kondisi kamu saat ini Sar. Tuhan sudah tentukan siapa jodoh kamu, tinggal bagaimana ikhtiar kamu aja.”

Sarlita sangat berharap Kristo ingin mengemukakan perasaannya padanya. Namun, Kristo tidak pernah menganggap kalau Sarlita akan menjadi kekasihnya. Kristo tahu diri kalau sudah berkeluarga, dia hanya butuh Sarlita sebagai modelnya. 

Sebaliknya Sarlita menganggap Kristo mendekati dirinya karena perasaan suka. Memang secara gesture tubuh dan perhatian yang diperlihatkan Kristo, diterima Sarlita sebagai isyarat itu. Sarlita menganggap Kristo masih lajang, karena performanya memperlihatkan kalau dia masih lajang. 

“Kalau suatu saat ada laki-laki yang mau menerima aku apa adanya, aku akan tinggalkan Jody mas.”

“Kenapa kamu gak mau teruskan hubungan dengan Jody? Kan dia yang merenggut kesucian kamu? Enakan dia dong kalau kamu tinggalkan?” Sarlita masih merahasiakan status hubungannya dengan Jody. 

***

Windi melihat ekspresi wajah Jody yang kecewa, “Kok kamu jadi lesu gitu Jod? Kamu kalau aku lagi PMS selalu gitu, paling sebentar lagi kamu pamit pulang deh.” Windi sangat kesal dengan Jody. 

“Gak usah ngomong gitu Win.. emangnya aku butuh kamu cuma buat begituan aja?”

“Jody.. perilaku kamu seperti itu sudah menjadi pembicaraan di kampus. Semua mantan kamu itu cerita tentang keburukan kamu.”

“Serius kamu Win? Apa yang kamu ketahui? Apa perilaku yang dibicarakan mantan-mantan aku?” Jody menanyakan itu dengan penuh penasaran. 

Windi jelaskan pada Jody, bahwa Jody sering cuek dengan pacarnya yang lagi PMS. Jody banyak gombalnya, tidak satupun ucapannya yang layak dipercaya. Mendengar penjelasan Windi, Jody protes, 

“Itu mah lebay Win.. gila aja kalau aku seperti itu. Kadang hanya kebetulan aja, tapi sebenarnya aku tidaklah seperti itu. Sekarang aku biasa aja sama kamu, emang aku cuek sama kamu?”

Jody tinggalkan Windi begitu saja, dia tidak ingin hubungannya dengan Windi menjadi meruncing. Di tengah perjalanan Jody menerima sebuah panggilan telepon, “Okey.. tengkyu infonya brow..” Jody menutup sambungan telepon dan tancap gas. 

***

Sarlita bingung mau jawab pertanyaan Kristo, karena hatinya benar-benar gundah menghadapi sikap Jody. 

“Kalau ada laki-laki yang lebih baik dari Jody, mendingan aku pilih lelaki lain mas. Jody bukanlah laki-laki yang setia.”

“Ini bukan soal setia atau tidak setia Sar, tapi soal tanggung jawab. Dia harus menikahi kamu, karena dia sudah merenggut kesucian kamu.”

Sarlita menatap kedua bola mata Kristo, dia merasa kalau Kristo adalah lelaki impiannya. Tapi, Kristo menganggap tatapan Sarlita itu biasa saja. Dia sering menerima tatapan seperti itu dari model-modelnya. 

“Mas... kamu pernah gak memikirkan aku? Maksud aku.. mas punya rasa gak sama aku?”

“Pastilah Sar.. kamu kan cantik, gila aja kalau ada laki-laki yang gak tertarik sama kamu. Tapi, soal rasa itu kan tafsirnya luas sekali Sar..”

Sarlita hatinya berbunga-bunga mendengar pengakuan Kristo, dia merasa tidak bertepuk sebelah tangan. Padahal, Kristo katakan itu semua hanya ingin menyenangkan hati Sarlita. Kristo sendiri belum bisa menerjemahkan sebatas apa rasa sukanya pada Sarlita. 

“Kok aku senang ya mendengar jawaban kamu, mas. Aku pikir cuma aku yang suka sama mas Kristo.”

Kristo semakin tambah bingung dengan reaksi yang diberikan Sarlita. Dia merasa ucapannya ditafsirkan secara berlebihan oleh Sarlita. Kristo sangat sadar kalau apa yang dikatakan Sarlita hanyalah pelampiasan kekecewaannya pada Jody. 

Sebaliknya, Sarlita merasa mendapat peluang untuk mendapatkan cinta Kristo. Sayangnya dia tidak tahu kalau Kristo sudah berkeluarga. 

Tanpa mereka sadari, tiba-tiba Jody muncul dihadapan mereka. Sarlita dan Kristo terpana melihat kehadiran Jody. Sarlita tidak menyangka sama sekali kalau Jody tiba-tiba muncul. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status