“Kamu gak perlu menyesali apa yang sudah terjadi Sar, percuma saja. Keperawanan kamu tidak akan bisa kembali dengan menyesalinya. Kamu harus pikirkan, bagaimana agar Jody tidak pindah kelain hati.”
Kristo tanyakan pada Sarlita, bagaimana mereka bisa aman berhubungan intim. Kristo juga tanyakan, apakah setiap berhubungan dengan Jody memakai alat kontrasepsi? “Jody selalu memberikan aku Pil Anti Hamil mas, alasannya agar aku tidak hamil.”“Aku gak bisa mencampuri urusan kamu dan Jody terlalu jauh Sar, tapi aku kasihan sama kamu.”“Sebagai lelaki apakah mas Kristo mau menerima gadis yang sudah tidak perawan?”“Kalau aku sih tidak pernah mempersoalkan masalah itu Sar.. bagi aku yang penting aku suka dan cinta."Mendengar jawaban Kristo, Sarlita lega hatinya. Dia merasa masih mempunyai peluang untuk mendapatkan cinta seorang lelaki. Itu kalau seandainya Jody meninggalkannya. “Aku suka dengan sikap mas Kristo, karena sangat bijak dalam menentukan pilihan.”“Kamu gak usah terlalu terbebani dengan kondisi kamu saat ini Sar. Tuhan sudah tentukan siapa jodoh kamu, tinggal bagaimana ikhtiar kamu aja.”Sarlita sangat berharap Kristo ingin mengemukakan perasaannya padanya. Namun, Kristo tidak pernah menganggap kalau Sarlita akan menjadi kekasihnya. Kristo tahu diri kalau sudah berkeluarga, dia hanya butuh Sarlita sebagai modelnya. Sebaliknya Sarlita menganggap Kristo mendekati dirinya karena perasaan suka. Memang secara gesture tubuh dan perhatian yang diperlihatkan Kristo, diterima Sarlita sebagai isyarat itu. Sarlita menganggap Kristo masih lajang, karena performanya memperlihatkan kalau dia masih lajang. “Kalau suatu saat ada laki-laki yang mau menerima aku apa adanya, aku akan tinggalkan Jody mas.”“Kenapa kamu gak mau teruskan hubungan dengan Jody? Kan dia yang merenggut kesucian kamu? Enakan dia dong kalau kamu tinggalkan?” Sarlita masih merahasiakan status hubungannya dengan Jody.***
Windi melihat ekspresi wajah Jody yang kecewa, “Kok kamu jadi lesu gitu Jod? Kamu kalau aku lagi PMS selalu gitu, paling sebentar lagi kamu pamit pulang deh.” Windi sangat kesal dengan Jody. “Gak usah ngomong gitu Win.. emangnya aku butuh kamu cuma buat begituan aja?”“Jody.. perilaku kamu seperti itu sudah menjadi pembicaraan di kampus. Semua mantan kamu itu cerita tentang keburukan kamu.”“Serius kamu Win? Apa yang kamu ketahui? Apa perilaku yang dibicarakan mantan-mantan aku?” Jody menanyakan itu dengan penuh penasaran. Windi jelaskan pada Jody, bahwa Jody sering cuek dengan pacarnya yang lagi PMS. Jody banyak gombalnya, tidak satupun ucapannya yang layak dipercaya. Mendengar penjelasan Windi, Jody protes, “Itu mah lebay Win.. gila aja kalau aku seperti itu. Kadang hanya kebetulan aja, tapi sebenarnya aku tidaklah seperti itu. Sekarang aku biasa aja sama kamu, emang aku cuek sama kamu?”Jody tinggalkan Windi begitu saja, dia tidak ingin hubungannya dengan Windi menjadi meruncing. Di tengah perjalanan Jody menerima sebuah panggilan telepon, “Okey.. tengkyu infonya brow..” Jody menutup sambungan telepon dan tancap gas. ***Sarlita bingung mau jawab pertanyaan Kristo, karena hatinya benar-benar gundah menghadapi sikap Jody. “Kalau ada laki-laki yang lebih baik dari Jody, mendingan aku pilih lelaki lain mas. Jody bukanlah laki-laki yang setia.”“Ini bukan soal setia atau tidak setia Sar, tapi soal tanggung jawab. Dia harus menikahi kamu, karena dia sudah merenggut kesucian kamu.”Sarlita menatap kedua bola mata Kristo, dia merasa kalau Kristo adalah lelaki impiannya. Tapi, Kristo menganggap tatapan Sarlita itu biasa saja. Dia sering menerima tatapan seperti itu dari model-modelnya. “Mas... kamu pernah gak memikirkan aku? Maksud aku.. mas punya rasa gak sama aku?”“Pastilah Sar.. kamu kan cantik, gila aja kalau ada laki-laki yang gak tertarik sama kamu. Tapi, soal rasa itu kan tafsirnya luas sekali Sar..”Sarlita hatinya berbunga-bunga mendengar pengakuan Kristo, dia merasa tidak bertepuk sebelah tangan. Padahal, Kristo katakan itu semua hanya ingin menyenangkan hati Sarlita. Kristo sendiri belum bisa menerjemahkan sebatas apa rasa sukanya pada Sarlita. “Kok aku senang ya mendengar jawaban kamu, mas. Aku pikir cuma aku yang suka sama mas Kristo.”Kristo semakin tambah bingung dengan reaksi yang diberikan Sarlita. Dia merasa ucapannya ditafsirkan secara berlebihan oleh Sarlita. Kristo sangat sadar kalau apa yang dikatakan Sarlita hanyalah pelampiasan kekecewaannya pada Jody. Sebaliknya, Sarlita merasa mendapat peluang untuk mendapatkan cinta Kristo. Sayangnya dia tidak tahu kalau Kristo sudah berkeluarga. Tanpa mereka sadari, tiba-tiba Jody muncul dihadapan mereka. Sarlita dan Kristo terpana melihat kehadiran Jody. Sarlita tidak menyangka sama sekali kalau Jody tiba-tiba muncul.Kedua mahluk yang beda usia dan berlainan jenis itu berasyik-masyuk tanpa dibaluti sehelai benangpun, Windi memegang kendali. “Win.. ritmenya lebih lembut ya,” pinta Tantrianus yang di awal sudah menurun staminanya. Windi hanya menjawab dengan anggukan kepala sembari terus memacu laju gairahnya. Diantara dendam dan nafsu, Windi ingin melihat kebengalan ayah mantan kekasihnya. Belum sampai satu putaran Tantrianus sudah mencapai puncak pelepasan, Windi sangat kecewa. “Yah om.. kok nanggung gitu? Aku gimana dong?” gerutu Windi saat terpaksa menyelesaikan keintimanya. “Sorry Win, om memang sedang dalam stamina yang tidak bagus.” dalih Tantrianus ***“Maafkan Sarlita, Ma, situasinya memaksa Sarlita harus memilih cara itu.” Sarlita sadar apa yang dilakukannya adalah kesalahan. Mama Sarlita meminta agar Sarlita tetap memberitahukan Jody, walaupun hanya via telepon. “Izin suami itu penting Sar, tidak ada yang bisa kamu lakukan kalau suami kamu tidak izinkan!!” tegas Mama Sarlita“Aku
Kedatangan Sarlita yang tiba-tiba di Bali menjadi pertanyaan Mamanya. Sehingga Sarlita dicecar berbagai pertanyaan, “Kok kamu gak kasih tahu Mama mau pulang? Tadi malam kan Mama telepon kamu? Kamu ada masalah apa Sarlita?” cecar Mama Sarlita “Ntar Sarlita jelaskan, Ma, jangan sekarang ya.. Sarlita baru sampai Nih.. “Sarlita terlihat sangat lelah, dia berusaha menahan perasan kecewa, juga kesedihannya. Setelah cipika-cipiki dengan Mamanya, Sarlita duduk di ruang tamu. Mama Sarlita duduk menjajari disamping Sarlita, “Mama curiga, Sar, kamu lagi ada masalah dengan Jody, ya? Jangan ada yang kamu sembunyikan, Sar.” ucap Mama Sarlita dengan lembutSarlita ceritakan pada Mamanya, bahwa setelah menerima telepon dengan Mamanya tadi malam dia bertengkar dengan Jody. Sarlita jelaskan juga, Jody semenjak sudah bekerja sikapnya banyak berubah. “Sekarang kamu percaya gak dengan apa yang Mama katakan? Kan Mama sudah ingatkan kamu, Sar?”“Mama benar, Sarlita tidak mendengarkan nasehat Mama. Tap
Hubungan Sarlita dan Jody kembali menegang. Keesokan harinya selepas Jody berangkat kerja, Sarlita telepon seseorang. Sarlita pesan tiket ke Bali dan minta diantar ke airport. “Mas.. tolong aku dulu ya, carikan tiket ke Bali hari ini. Kalau udah dapat, tolong antar aku ke airport.”Setelah terlibat pembicaraan yang cukup panjang, Sarlita mengakhiri sambungan pembicaraannya. Sarlita segera mengemas barang-barangnya, pikirannya begitu kalut. Situasi di rumah Jody saat itu sangat sepi, kesempatan itu digunakan Sarlita untuk meninggalkan rumah Jody. Agaknya, Sarlita tidak lagi memikirkan apakah perbuatannya tersebut salah atau benar. ***Menjelang siang di sebuah Mall, Windi terlihat asyik jalan sendirian sembari window shopping. Di sebuah gerai tanpa sengaja dia melihat Tantrianus yang sedang memilih kemeja dan dasi. Windi menyapa Tantrianus dengan sok akrab,“Hai om.. Jody gimana kabarnya?” tanya WindiTantrianus memandang Windi dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya, “Baik sih..
“Emang kamu harus pulang malam setiap hari Jod? Kalau ada apa-apa dengan isteri kamu gimana?” Tantrianus tanyakan itu dengan baik-baik. “Ya.. habis gimana dong, Pa, kerja Jody memang seperti itu. Atau Jody fokus kuliah aja, gimana Pa?” Jody balik bertanya Tantrianus naik pitam mendengar jawaban Jody, “Terserah kamu Jod!! Silahkan kamu tentukan sendiri! Papa sudah capek nasehati kamu!!”Tantrianus tinggalkan Jody begitu saja, dia tidak peduli ada isterinya dan Sarlita di situ. Mama Jody membujuk Jody, “Jod.. kamu yang dewasa dong jawabannya, kok kamu selalu menjawab seperti itu dengan Papa kamu?”Sarlita tatap Jody yang sikapnya sangat cuek, Jody seperti tidak ingin disalahkan. Dia merasa bekerja itu bukanlah atas keinginannya. Sehingga merasa tidak punya beban. “Jody bingung, Ma, Papa selalu salahkan Jody. Sementara, Sarlita juga ingin Jody kerja.”“Kamu ini aneh ya.. Seakan-akan kamu gak punya beban hidup sama sekali! Kamu tahu gak kalau sekarang calon seorang ayah?”Jody hanya t
“Kalau aku diposisi Kiano, aku sudah buang kamu, Jod! Kecuali kalau kamu sebagai lelaki simpanan aku.”Jody katakan kalau Cathrine beda dengan Kiano, menurutnya Kiano mau melakukan itu karena punya kedekatan dengan Sarlita. “Gini Cathrine, Kiano mau lakukan itu semua, karena dia dekat dengan isteri aku. Dengan begitu dia bisa aman dekat dengan isteriku.”Diam-diam ternyata Jody sudah tahu apa tujuan Kiano mau menerimanya sebagai karyawan. Jody tahu kalau Kiano punya hati terhadap Sarlita. Cathrine malah aneh dengan sikap Jody, “Kok kamu bisa tidak mempermasalahkan kedekatan isteri kamu dengan Kiano? Kamu sengaja jual isteri kamu pada Kiano, Jod?”Apa yang dikatakan Cathrine itu seperti menampar wajah Jody, “Aku tahu kalau hubungan mereka biasa aja, Cathrine, gak mungkin Kiano berani lebih dari itu.”“Wah! Sok tahu kamu, Jod! Aku ini wanita, aku tahu seperti apa perasaan seorang wanita. Kamu aja gak peduli sama isteri sendiri!!”***Kiano ingin tahu apa rencana Sarlita ke depan, mes
Satu bulan kemudian Apa yang dikhawatirkan Tantrianus terhadap Jody benar-benar jadi kenyataan. Disamping bekerja dengan Kiano, Jody tetap menjalin hubungan dengan Cathrine. Jody rupanya sudah berubah selera, yang tadinya sangat terobsesi pada gadis perawan, sekarang malah takluk pada janda muda kinyis-kinyis. Sarlita kerap mengadu pada Kiano tentang rumah tangganya, “Dugaan aku gak salah Kiano, Jody semakin berubah sekarang. Padahal, kehamilanku sudah masuk pada bulan ke 6.”Cerita Sarlita pada Kiano ssat mereka bertemu di sebuah tempat, dipinggiran dermaga pada sebuah danau nan indah. “Sar.. biarin aja dia seperti itu, justeru itu yang akan menjadi alasan aku minta kamu dari dia nantinya.”Sarlita keberatan dengan cara Kiano itu, dia ingin situasi seperti itu tidak dijadikan alasan Kiano merebut Sarlita dari Jody. “Aku rasa jangan karena alasan itu, Kiano, aku tidak ingin Jody berpikir kita sengaja merencanakannya.”Kiano tetap berusaha menjaga sikapnya terhadap Sarlita, dia ti