"Lita..," pekik Citra. Citra pun berlari menuju tempat Lita jatuh.
Semua orang yang masih ada di lapangan langsung menoleh kearah tubuh ramping itu jatuh, seketika Rendra yang tidak jauh dari Lita langsung membopong tubuh itu menuju ke UKS, sementara Citra mengikuti Rendra dari belakang. Setelah sampai di dalam UKS Rendra meletakkan tubuh Lita di salah satu kasur yang ada di dalam ruangan itu."Kak Rendra, bagaimana dengan Lita?" Tanya Citra pada Rendra."Nanti biar di cek dulu sama Bu Nana ya Cit, kamu nggak usah khawatir," sahut Rendra.Kemudian petugas UKS yang diketahui Citra bernama Bu Nana itu langsung memeriksa Lita. Sementara Citra dan Rendra duduk menunggu di sofa dalam ruangan itu. Tidak ada sepatah kata pun yang mereka ucapkan, hanya hening."Kak, makasih ya udah nolongin Lita," ucap Citra memutus keheningan."Iya Cit, sama-sama. Kalo gitu aku pulang dulu ya Cit," jawab Rendra sambil berlalu meninggalkan ruang UKS."Iya kak, loh Pak Aby?" ujar Citra yang melihat Pak Aby masuk kedalam UKS."Bagaimana keadaan murid saya Bu?" tanya Pak Aby memastikan kondisi Lita pada Bu Nana."Murid bapak kecapean, dan dia juga sedikit demam Pak jadi pingsan begini, nanti saya siapkan obat penurun demamnya," jawab Bu Nana yang masih memeriksa suhu serta denyut nadi Lita."Ck, nyusahin aja nih anak. Gimana nanti pulangnya coba?" gerutu Citra yang sudah berada di samping Pak Aby."Huuss, jadi teman tidak boleh begitu. Temannya sedang sakit juga, nanti biar saya antar pulang sekalian sama kamu juga, saya ini wali kelas yang bertanggung jawab," cerocos Pak Aby di depan muridnya itu."Iya Pak, makasih," balas Citra yang hanya di jawab anggukan oleh Pak Aby."Ini obatnya Pak, biarkan dia istirahat dulu, setelah siuman beri dia makan dan kasih obatnya," Ucap Bu Nana sambil menyerahkan obat demam pada Pak Aby."Saya permisi dulu," sambung Bu Nana meninggalkan ruang UKS."Iya Bu, terimakasih," balas Pak Aby.~~~Pov LitaAduh kepalaku berat banget rasanya, dan aku ada dimana, perasaan tadi aku dilapangan deh. Aku pun bangkit dari kasur yang sudah tidak empuk lagi ini dan duduk ditepi ranjang karena kepalaku masih nyut nyutan sambil mnegedarkan pandangan melihat sekeliling sekitar ternyata ini di UKS."Udah bangun?" Tiba-tiba Pak Aby mengagetkan ku."Saya nggak tidur Pak, kepala saya pusing," aku menjawab sekenanya."Kamu itu pingsan dari tadi," balas Pak Aby yang berjalan ke arahku dengan begitu gagahnya.Ini ngapain Pak Aby ada disini juga, oh iya aku baru ingat beliau kan wali kelasku, jadi beliau yang bawa aku kemari, tapi Citra kemana sih masa ninggalin aku sendirian disini batinku, sambil memperhatikan wajah Pak Aby yang ternyata masih tergolong muda sebagai seorang guru, aku rasa nggak terpaut begitu jauh usianya dengaku. Dan pangeran indamanku kemana dia kok nggak nolongin aku pas pingsan, batinku lagi sambil ku tekuk wajahku didepan Pak Aby."Kenapa mukanya ditekuk gitu? Masih pusing atau laper, sebentar lagi teman kamu kesini, tadi saya suruh ke kantin cari makanan buat kamu karena kamu harus minum obat," Kata Pak Aby sambil memberikan dua butir obat padaku."Iya pak laper, makasih." Aku menerima obat itu sementara Pak Aby beralih menuju sofa yang ada di ruang UKS ini."Pak Aby kenapa belum pulang," aku bertanya pada Pak Aby saat beliau mendaratkan tubuhnya di sofa empuk itu lagi."Pak Aby yang akan mengantarkan kita pulang Lit." Citra menjawab pertanyaan ku pada Pak Aby sambil masuk ke dalam UKS dan menenteng kresek yang ku pastikan itu berisi makan."Tapi kita bisa pulang sendiri kan Cit," kesahku pada Citra."Gue nggak mau loe pingsan lagi, lagian loe masih sakit Pak Aby wali kelas kita beliau mau bertanggung jawab memastikan muridnya baik-baik saja," jawab Citra kemudian memberikan satu bungkus nasi dan lauknya padaku."Tapi cit...""Udah makan dulu biar ada tenaga dan jangan lupa obatnya diminum Lit.""Iya bawel, kaya ibu gue aja loe Cit.""Hahaha biarin dah gue kaya ibu loe, asal loe nggak sakit lagi.""By the way tolong ambilin tas gue dikelas dong Cit.""Tuh, udah gue ambil sekalian ke kantin tadi." Citra menujuk tas ransel milikku yang diletakkan di sofa sebelah Pak Aby dudukKini baru aku sadariCinta bisa hadirTanpa disadariDengan perlahanTapi pastiMerasuk di jiwa iniTiba-tiba terdengar nada dering ponsel milikku, lagu milik Ari Lasso "Seandainya"Panggilan itu terputus karena aku tidak mengangkat panggilan itu, dan lagi terdengar sepintas lagu itu untuk yang kedua kalinya."Ponsel siapa itu, kenapa tidak dijawab," ucap Pak Aby yang masih serius dengan ponsel miliknya.Aku pun turun dari ranjang dan mengambil ponsel milikku tapi ternyata panggilan itu sudah terputus lagi. Ku daratkan tubuhku di sofa seberang Pak Aby untuk menjaga jarak.ThingAda pesan masuk di aplikasi berwarna hijau milikku, ku urungkan meletakkan kembali ponselku ke dalam tas, kemudian aku membacanya.Arka[Lit, katanya tadi kamu pingsan di sekolahan, bagaimana keadaanmu? aku jemput ya pulangnya]'Darimana Arka tahu kalo aku pingsan' batinku sembari melirik ke arah Citra"Apa Lit?" Citra yang masih mengunyah makanannya berlagak tidak tahu dengan mengangkat sedikit bahunya[Aku tidak apa-apa Ar, makasih sudah mau jemput, aku pulang bareng Citra]Ku klik tombol sendThing, notif pesan masuk lagi[Ya udah hati-hati, nanti aku kerumah kamu]Aku tidak membalas pesan Arka lagi, Arka adalah sahabatku juga sama seperti Citra bedanya aku dan Arka mulai bersahabat sejak kita sama-sama dalam satu organisasi OSIS SMP, saat itu Arka sudah kelas 3 dan aku kelas 2 sementara Citra yang satu kelas denganku tidak suka mengikuti kegiatan-kegiatan dalam organisasi. Ku letakan kembali ponsel milikku ke dalam tas."Ayo pak, kita pulang," ku ajak Pak Aby dan tentunya Citra yang sudah selesai melahap makanannya."Kamu sudah mendingan?" Pak Aby bertanya sembari memasukan ponsel miliknya."Sudah Pak.""Ya sudah kalian tunggu di depan gerbang, saya ambil mobil dulu di parkiran," Pak Aby memberi perintah kemudian berlalu menuju parkiran.Aku dan Citra menyusul Pak Aby keluar dari ruang UKS menuju gerbang sekolah untuk menunggu mobil Pak Aby. Lima menit kemudian mobil Pak Aby datang, mobil sport berwarna hitam mengkilap itu berhenti didepan ku, Pak Aby membuka pintu belakang untuk aku dan Citra. Kami berdua pun masuk kedalam mobil, kemudia Pak Aby melajukan mobilnya. Didalam mobil terasa hening, aku memilih diam sedangkan Citra asyik dengan ponselnya, sementara Pak Aby fokus pada arah jalan."Rumah kalian dimana?" Pak Aby bertanya pada kami berdua memecah keheningan saat mobil sudah memasuki jalan raya."Saya turun didepan super market Place ya Pak," jawab Citra yang masih asyik dengan olahraga jempolnya."Kalo kamu Lita?" tanya Pak Aby padaku dengan sedikit melirikku dari kaca spion yang mengarah ke bangku belakang didalam mobil sport ini."Ah saya berhenti di halte, TM 4 saja pak"," ku jawab dengan sedikit kikuk karena sudah merepotkan wali kelasku ini."Loh rumah kamu jauh, kok berhenti di halte." Pak Aby bertanya lagi."Tidak pak, rumah saya masuk kedalam gang Cemara di depan halte itu," jawabku singkatPak Aby akhirnya tidak menjawab, beliau fokus mengemudi lagi. Tidak beberapa lama Citra pun turun di tempat yang dituju olehnya, sematara aku dan Pak Aby melanjutkan perjalanan. Hari sudah sore dan jalanan pun macet karena banyak pegawai pabrik disekitar sekolahanku yang pulang bekerja. Ah kepalaku pening lagi, batinku sembari memijat pelipis berulangkali. Akhirnya aku memilih memejamkan mataku untuk menghilangkan rasa pening ini sembari menunggu kemacetan berlalu. Tidak terasa aku pun terlelap, mungkin karena kecapekan juga.~~~Pov Author15 menit berlalu mobil sudah melaju dan sampai di halte"Lita!" Seru Pak Aby memanggil Lita, tapi nyatanya Lita masih terlelap dalam tidurnya. Akhirnya Pak Aby membelokan mobilnya ke arah gang Cemara, didalam gang itu hanya terdapat beberapa rumah minimalis namun elite, Pak Aby yang tidak tega untuk membangunkan Lita pun akhirnya bertanya pada seorang ibu-ibu yang sedang menyapu dihalaman rumahnya. Pak Aby memberhentikan mobilnya sebentar."Maaf bu, saya mau tanya, dimana rumah saudari Jelita Arthamania Pramono.""Oh disebelah sana Pak, rumah dengan cat warna hijau muda," jawab ibu tersebut."Baik bu, terimakasih," balas Pak Aby yang melajukan mobilnya kembali.Sampai dirumah yang disebutkan ibu-ibu tadi Pak Aby memberhentikan mobilnya dan keluar kemudian membuka pintu belakang."Lita, bangun! Sudah sampai dirumah kamu ini," Pak Aby menepuk-nepuk bahu Lita untuk membangunkannya."Ah iya Pak, maaf saya ketiduran.""Ya sudah tidak apa-apa, ayo keluar!""Iya Pak," Lita pun keluar dari dalam mobil sport milik Pak Aby."Ayo pak mampir dulu!" Ajak Lita pada Pak Aby."Baiklah, saya akan menjelaskan pada orang tua kamu, kenapa kamu pulang terlambat," Pak Aby mengekori Lita yang sudah didepan pintu masuk rumahnya.Tok tok tok"Assalamualaikum.. Lita pulang!""Wa'alaikumssalam, sudah pulang sayang,, kenapa pulangnya terlambat," jawab Hastina, ibu Lita sembari membuka pintu rumah."Loh nak Aby?" Hastina terlihat terkejut saat melihat Aby bersama Lit.a'Nak Aby? Tunggu, tunggu, jadi ibu kenal sama Pak Aby?' Batin Lita....Tempat baru, orang-orang baru dan negeri baru yang pertamakali Lita injak tanahnya tadi malam. Kemarin Lita benar-benar dijual kembali oleh Marco, laki-laki biadab yang hanya memikirkan tentang uang. Heiji, nama yang Lita pernah dengar saat masih berada di negara tercintanya Indonesia. Dan sekarang laki-laki berkulit putih dengan mata hazel berwarna biru terang serta pahatan wajah yang tegas itu tepat berada didepan Lita berdiri.Ken Heiji Nagawa, laki-laki berusia 28 tahun yang masih lajang itu membeli Lita dari Marco atas dasar untuk menjadikan Lita sebagai seorang pembantu di usaha gelapnya. Namun Heiji tidak menyangka akan langsung tertarik dengan Lita saat bertemu dengannya untuk pertama kali.Lita sendiri terpana dengan laki-laki asal Jepang itu, Lita tahu Heiji fasih berbahasa Indonesia. Jadi Lita tidak akan sulit untuk berkomunikasi dengan Heiji sekarang."Tuan, bisakah anda mengirim saya kembali ke Indonesia, kembali ke keluarga saya" pinta Lita pada Heiji yang ada didepanny
Lita dengan tenang duduk di dalam mobil mewah yang membawanya menuju bandara, ya bandara seperti yang Lita dengar tadi dari Marco sebelum berangkat. Sebenarnya untuk kabur saat ini bisa saja dengan nekat melompat dari dalam mobil, karena Lita tidak satu mobil dengan Marco. Tapi Lita tidak cukup nyali untuk melompat keluar karena mobil yang melaju cukup cepat jadi bisa dipastikan kalau dirinya bisa saja terlindas mobil lain yang melaju dari arah berlawanan dengan mobil itu. Lita memilih menggunakan rencana yang disusunnya tadi saat masih berada di hunian Laknat tadi, seperti itu Lita menyebut tempat tinggal para pekerja seks. flashback onSetelah selesai membersihkan diri Lita keluar dari dalam kamar mandi. Kemudian duduk di atas ranjang sempit itu. Lita memandang para laki-laki yang bertingkah seperti wanita itu satu persatu.Lita tahu itu menyalahi kodrat sang pencipta, namun Lita yakin bahwa orang-orang yang tengah sibuk mempersiapkan make up itu pasti memiliki alasan masing-masi
Sinar mentari tampak malu-malu menembus gorden berwarna coklat tua di kamar berukuran 3x3 meter itu. Namun mata gadis yang menempati kamar itu tidak kunjung bisa terlelap juga. Walaupun badannya sudah sangat terasa lelah, di situasi yang seperti dikandang harimau itu tak lantas membuat Lita bisa tenang.Dari semalam Lita mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari hunian Laknat yang ditempatinya saat ini. Hingga lingkaran hitam dimatanya muncul dan mentari sudah tampak tak kunjung juga mendapatkan ide untuk kabur. "Ckckck, bagaimana aku bisa keluar dari sini. Terlalu banyak penjaganya" ucap Lita yang merasa sudah berada dititik frustasinya. Lita dari semalam melihat para penjaga yang mondar-mandir melakukan pengamanan diarea tersebut melalu kaca jendela di kamar itu. Bahkan Lita melihat wanita-wanita yang sepertinya berada dibawah tekanan bos Marco saat dibawa keluar dari hunian itu juga dilakukan penjagaan dengan ketat. Benar-benar seperti didalam kandang harim
Pak Aby hampir tengah malam sampai di rumah keluarga Lita, tapi dengan tangan kosong dirinya pulang. Herman dan Hastina yang menunggu dengan harap-harap cemas di depan rumahnya langsung berbinar saat melihat mobil Pak Aby masuk ke halaman rumah. Namun rasa senang itu seketika lepas tergantikan rasa sesak di dada saat melihat Pak Aby keluar dari dalam mobil sendirian. "Dimana Lita nak?" tanya Hastina lembut pada Pak Aby sembari celingukan kesana-kemari. "Iya dimana anakku?" Herman juga menodongkan pertanyaan yang sama pada Pak Aby. Pak Aby merasa sangat bersalah pada kedua orangtua Lita, "Maaf Tante, om." Seketika pertahanan Hastina runtuh begitu saja saat mendengar jawaban dari Pak Aby. Air matanya tidak dapat dibendung lagi. "Dimana kamu nak," lirih Hastina. "Tenanglah Bu, kita pasti akan menemukan Lita," ucap Herman menenangkan istrinya. Herman juga tidak kalah sedih dan marah. Emosinya bercampur menjadi satu. "Sialan Arka itu, berani sekali dia membohongi kita semua," ucap He
Hiruk pikuk orang-orang di pelabuhan mengangkut barang yang dinaikkan ke kapal tidak serta merta membuat Hadi takut membawa Lita menuju kapal yang sudah menunggunya sejak sore tadi. Hadi melipir menuju area terlarang di pelabuhan itu agar apa yang akan dilakukannya tidak diketahui oleh orang-orang. Setelah memberitahukan tujuanya kepada para penjaga, Hadi lolos untuk menuju kapal terlarang yang ada di pelabuhan paling ujung itu. Lita melihat bahwa bukan dirinya saja yang dibawa menuju kapal itu. Ada beberapa gadis seumurannya dan beberapa wanita berusia tiga puluhan yang ada disitu juga, tetapi mereka jauh lebih tenang, mereka juga dibawa menuju sisi dek yang berbeda dengan Lita. Gemerlap lampu-lampu suasana pelabuhan yang membius mata seakan menampakkan keindahan pinggiran pantai disisi Utara itu, namun itu tidak berlaku bagi Lita. Lita yang berjalan terseok-seok ditodong senjata oleh Hadi dari belakang membuat gadis yang akan merayakan ulang tahunnya sebentar lagi itu bergidik nge
Arka tersenyum penuh kemenangan saat kedua orang tua Lita mengijinkan dirinya untuk menemui Lita. Arka berjalan menuju ke kamar milik Lita, mengetuk pintu kamar yang terbuka itu dengan pelan.Tok TokTokLita yang mendengar ketukan pintu bangun dari tidurnya, mendudukkan dirinya di atas ranjang kemudian berkedip beberapa kali. Matanya membulat sempurna saat melihat sosok Arka berada diambang pintu.Dengan mata yang bengkak karena menangis terus-menerus membuat wajah Lita menjadi begitu berantakan namun tetap cantik. "Mau apa loe kesini Ar?" tanya Lita dengan nada lembut pada Arka, Lita masih berharap kalau Arka tidaklah serius dengan apa yang dikatakan padanya saat itu.Arka berjalan mendekat ke arah Lita duduk, berdiri didepannya kemudian berkata dengan nada serius, "Gue tidak pernah bercanda dengan apa yang gue katakan Ta."Lita tertawa sinis saat mendengar itu, "Jadi benar?""Buat apa loe kesini?" sambung Lita lagi bertanya pada Arka tentang tujuannya.Arka memegang tangan Lita de
"Semua yang ada padamu akan aku miliki secara perlahan namun Pasti" __CitraAmbisi Citra yang selalu menginginkan apa yang dimilik dan apa yang di dekat Lita membuat Citra menjadi seorang cewek yang iri hati terhadap sahabatnya itu. Kemarin Citra sudah berhasil menghancurkan Lita dengan memiliki Arka, laki-laki yang menjadi cinta pertama Lita. Benar-benar membuat Citra puas dan tersenyum lebar pagi ini.Namun ambisinya belum juga selesai sebelum Lita benar-benar hancur, seperti saat ini Citra tengah berada diruang wali kelasnya itu. Citra tahu bahwa diam-diam wali kelasnya itu selalu memperhatikan Lita, Citra pun tidak mau kalah dengan mendekati Pak Aby. "Pak, saya ingin dekat dengan bapak," ucap Citra blak-blakan pada Pak Aby. "Kenapa kamu ingin dekat dengan saya," tanya Pak Aby penasaran pada Citra, Pak Aby tahu kalau niat Citra tidaklah baik. Citra berjalan mendekati Pak Aby, berdiri di samping pria yang tengah sibuk dengan laptopnya itu. Berbisik dengan nada seksi di telinga sa
POV Pak AbyNamaku Abymana Prasetya, satu-satunya keturunan yang tersisa dari keluarga Prasetya. Bapak dan ibuku sudah meninggal sejak aku masih umur lima tahun, sehingga aku diasuh oleh nenekku yang seorang ibu tunggal dengan satu orang anak. Eyang Sekar Mulya Prasetya, orang yang sudah berjasa dalam kehidupanku itu sudah tenang di alam surga sana. Dulu, empat tahun yang lalu aku tidak pernah berfikir akan kehilangan Eyang Sekar dalam hidupku namun takdir berkata lain. Saat kecelakaan beruntun yang juga membuat gadis yang aku cintai menjadi hilang ingatan, membuat ku semakin runtuh diterpa badai yang tiba-tiba, saat dokter di rumah sakit yang menangani Tata mengatakan bahwa dia mengalami amnesia sebagian dan kemungkinan untuk sembuh hanya sedikit harapan. Flashback onRumah Sakit Permata saat itu tengah dibuat sibuk oleh adanya kasus kecelakaan beruntun yang menimpa beberapa mobil dijalan tol Utara ibu kota. Hiruk pikuk para dokter dan suster yang menangani pasien yang datang deng
Saat ini Lita tengah duduk dikelilingi oleh tiga orang laki-laki, ayahnya sendiri, Arka dan tentu saja gurunya yang sok kepo plus suka tebar pesona padanya siapa lagi kalau bukan Pak Aby.Mereka berempat sedang membahas acara yang akan diadakan saat weekend tiba, satu persatu memberi saran tempat wisata yang ada disekitar tempat mereka tinggal. Namun sudah hampir 2 jam tidak ada keputusan yang diambil. Lita tidak tahu kenapa ketiga orang itu dengan kompaknya ingin berlibur bersama saat weekend tiba. Tapi baguslah biar silaturahmi semakin terjaga pikir Lita. Pak Aby sesekali melirik Lita dan terseyum masam saat dengan lembutnya Lita mengelus kepala Arka yang diletakkan di bahunya. "Bisa-bisanya mereka berdua bermesraan dihadapan ku," batin Pak Aby. Herman yang dapat membaca raut wajah Pak Aby pun terkekeh mengetahui bahwa teman masa kecil Lita itu cemburu dengan Arka."Kenapa ayah cekikikan begitu yah? Kaya mbak Kunti di gang depan aja." Lita bertanya pada ayahnya karena heran dengan