Irena enggak paham sama Igna, sepertinya dia berlebihan. Dulu waktu dia masih pacaran sama Rara tidak seperti itu. Irena bingung dan juga enggak paham sama jalan pikiran Igna. Irena berusaha konsentrasi pada pelajaran di depannya, namun otaknya melayang mengingat kejadian tadi dan juga mimpi buruknya semalam. Irena sampai lupa sarapan dan hanya minum air putih saja tadi. Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, rasanya Irena ingin segera pulang karena perutnya lapar, memakan masakan ibunya dan makan bersama keluarga itu mungkin bisa mengurangi rasa galau dalam hatinya.
“Ir!” Irena menatap cowok yang tengah senyum ke arahnya itu dengan tatapan kesal. Igna seperti hantu ada di mana-mana.
“Ada apa?”
“Kita ‘kan mau pergi jalan-jalan lu lupa?”
“Malas ah, harusnya lu itu nyesel gebukin anak orang.”
“Harusnya lu belain gue dong, dia udah menghina lu.”
“Gue udah biasa dipanggil
Igna gelisah sepanjang malam, matanya susah untuk terpejam. Amarah menguasai dadanya, dan semua terasa sesak. Memang dia ingin Irena putus dengan kekasihnya tapi bukan dengan cara seperti ini, Igna masih tidak yakin dan percaya jika Arie selingkuh. Dia berusaha melakukan panggilan pada nomor line Arie namun tidak tersambung, begitu juga chat yang berkali-kali dia kirim meminta penjelasan tidak ada jawaban apa pun. Hida pun sama, mereka saling bertukar pesan dan Hida meminta Igna buat merahasiakan ini dari Irena. Namun Igna enggak bisa jamin gadis itu tidak tahu."Sial!" Igna mengumpat kesal lalu membungkus tubuhnya dengan selimut berharap bisa tidur.Igna sampai repot-repot membeli air humidiffier dan menggunakan aroma terapi agar bisa secepatnya tidur. Besok hari libur, dia sudah mempunyai janji dengan gadis chubby itu untuk pergi ke taman hiburan.Igna menonton tutorial yoga dan meditasi di youtube namun tetap saja dia tidak bisa tidur. Akhir
Kahida meremat ponselnya, ini sudah hampir seminggu dan Arie tidak satu pun membalas semua email yang dia kirim atau pun chat. Bagaimana dengan adiknya? Tentu saja kepopuleran Dewi nampak di mana-mana salah satunya televisi nasional, Irena hanya terdiam tatkala netranya melihat Arie dan Dewi di TV. Dia hanya mampu menggigit bibirnya dan berkata, “Tidak apa-apa, itu pasti hanya salah paham semata.” Irena berusaha meyakinkan nuraninya agar tidak percaya pada kabar yang beredar. Baginya, dia mempercayai sang kekasih seutuhnya. Kahida mencoba menghubungi nomor Arie namun, pria itu tidak mengangkat ponselnya. Kahida benar-benar kesal setengah mati.“Apa yang harus aku lakukan?” Hida menatap langit-langit kantornya, semua teman keluar untuk makan siang, hanya dia yang berkutat dengan dokumen dan pikiran yang tertuju pada sang adik. Hida hanya takut, Irena akan seperti dulu lagi.Sementara itu, di kampus mulai terdengar desas-desus perihal Arie dan Dew
Irena memegang tangan sang kakak dan menggelengkan kepalanya ribut.“Apa yang Aa katakan? Enggak usah A, aku baik-baik saja.” Irena menatap Hida yang kini mengajaknya bicara berdua di halaman belakang.“Tapi dia—”“Tidak apa-apa, kalaupun iya. Mungkin sudah waktunya, aku melepaskannya A, apa yang kita inginkan tidak selamanya berjalan dengan sempurna. Cinta tidak selamanya harus memiliki kan? Aa tidak perlu melakukan itu, aku sudah dewasa. Biarkan aku menyelesaikan ini sendiri.” Irena tersenyum. Hida mau tak mau mengalah dan membiarkan adiknya menyelesaikan masalah itu sendiri dengan caranya.Kuala Lumpur“Tell me why? Kenapa kamu selalu bersikap seperti ini Hans? Ini semua rencana kamu ‘kan? Mengirim Dewi ke sana dan mendekati Arie?!” Ayuni menatap garang mantan suaminya. Dia selama ini diam, namun saat melihat berita itu dia tak tenang dan menemui Hans di Malays
“Bangsat!”Hida memukul wajah Arie, Irena kaget dan memisahkan mereka. Irena meminta Pie membawa Hida pergi sementara itu dia tersenyum dan menjabat tangan Arie. Berusaha tegar dan menerima kenyataan pahit, karena menurutnya sebaiknya dia melepaskan apa yang sudah tidak lagi menginginkanya. Semua yang telah dia berikan hanyalah dosa yang tidak perlu diingat lagi.“Selamat, dan terima kasih atas semuanya. Aku turut berbahagia untukmu, Kak.” Irena pergi berbalik dengan air mata berlinang, Arie terduduk lesu di lantai.“Rie, lu udah bego banget dan sekarang biarin gue mengejarnya. Lepasin dia buat gue.” Igna tertawa miris sebelum pergi mengejar Irena.Dewi mengusap pundak lelaki itu namun Arie menepisnya dengan kasar. Dao keluar dari kamar rawat ibunya dan menatap keponakannya yang kini sudah kalah telak dari segalanya."Rie, sebaiknya kamu pulang saja. Mamamu sedang kritis sekarang jika melihatmu dia ak
Irena berdecak kesal, ini sudah hampir 30 menit dia menunggu di parkiran tapi pemuda bernama Igna itu tidak datang juga. Dia pun kembali menghubunginya dan kali ini terangkat. Namun bukan suara Igna melainkan orang lain."Halo, Lo Irena ya?""Iya, ini Irena mana Kak Igna?""Gue Iqbal dan si Igna sekarang ada di rumah sakit dekat kampus lo tahu 'kan?""Astaga? Kok bisa?""Lo ke sini aja terus liat sendiri." ujar Iqbal. Irena pun tergesa-gesa pergi toh rumah sakit itu hanya butuh jalan kaki beberapa kilo saja, dan berada di seberang jalan. Irena merasa khawatir bagaimana pun juga Igna adalah temannya. Sesampainya di rumah sakit dia langsung mencari ruangan yang tadi dikirim oleh Iqbal lewat telepon. Di sana ada beberapa mahasiswa berseragam PDL Tekhnik."Lo Irena?""Iya, Kak Igna kenapa?""Gue Iqbal yang tadi di telepon, Igna lagi dirawat sama Dokter. Dia ditusuk pisau sama senior gara-gara kem
Gadis berpipi chubby itu berdiri di dekat jendela kamarnya. Menatap bintang di langit yang berkelip dengan indah. Semilirnya angin malam membuat suasana hatinya terasa gundah. Apa yang dia lakukan sudah baik. Pergi dan lupakan semua yang sudah terjadi, tidak ada lagi kisah cinta diantara dirinya dan Arie Lucas. Semua kenangan indah bersamanya akan dia simpan dalam sebuah kotak bernama Pandora dan membuangnya ke dalam Palung terdalam di dalam lubuk hatinya. Dia menarik napas panjang dan mencoba membuat hatinya bahagia. 'Aunty, aku ikhlas menolong Mama Ayuni. Aku minta maaf mungkin ini adalah terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Aunty terima kasih atas segalanya, akan sangat tidak baik jika Mama Ayuni menemui saya. Bagaimana pun juga Dewi adalah calon istri Kak Arie.' ucapnya kala di rumah sakit tadi. Dao hanya bisa pasrah dan mengangguk. Irena mendonorkan darahnya pada Mama Arie dan setelah itu dia pulang dengan hati yang lega. Sayup-sayup terdengar suara petikan gi
Irena duduk di tikar bersama Igna. Cowok itu sedang lahap memakan nasi hangat dengan sayur asem dan ikan tembang goreng. Perutnya terasa lapar, dia enggak suka bubur rumah sakit. Padahal Ayah dan Ibunya akan datang hari ini. Seharusnya dia masih dirawat tapi dia bersikeras pulang, orang tuanya juga baru bisa pulang hari ini karena kemarin ada masalah di sana. Selesai makan, dia duduk di sisi ranjang sambil meminum teh hangat. "Mantap. Enak banget, kenyang." Kata Igna sambil mengelus perutnya. Irena membereskan rantang bekas makan Igna dan hanya menggelengkan kepalanya saat melihat makanan yang dia bawa habis, hanya tersisa sayur asemnya sedikit lagi. Tak lama sebuah mobil mewah berhenti di depan kostan Igna. Dari dalam turun dua orang dewasa yang tampak cemas dari raut wajahnya. "Igna! Ini Mama!" Irena membuka pintu kostan Igna dan melihat dua orang dewasa itu tampak mengernyit heran ada seorang gadis gemuk di depan mereka. "Mama, Papa udah datang?"
Irena memulai pekerjaanya di pet shop milik Mas Rino, pekerjaan di sana cukup gampang hanya membersihkan toko, lalu menata barang dan melayani pembeli. Pet Shop juga memiliki klinik hewan dan ada satu Dokter yang bekerja di sana namanya Dokter Hannie, dia adalah istrinya Mas Rino. Dokter Hannie sangat ramah seperti Mas Rino. Mereka belum dikaruniai keturunan jadi Dokter Hannie setiap harinya akan berada di klinik, terkadang merescue anjing atau kucing yang membutuhkan pertolongan. Cara untuk melupakan mantan adalah belajar mencintai diri sendiri atau mencintai sekitarmu. Contohnya Irena, sejak bekerja di pet shop dia menghabiskan waktunya dengan mengajak bermain para kucing di sela-sela istirahatnya. "Hai," "Loh, Kak Igna ngapain ke sini?" tanya Irena saat melihat pemuda itu sudah berdiri di depannya dan tersenyum cerah. "Mau ajak makan malam nanti, btw Gue ulang tahun hari ini, jadi...." "Eh, serius? Ya ampun, maaf Gue lupa."