Home / Romansa / Cinta Antara Dua Dunia / Bab 4 : Siapa Itu??

Share

Bab 4 : Siapa Itu??

Author: Rascal Girl
last update Last Updated: 2025-09-23 14:53:56

Pagi itu, Amara duduk di depan cermin. Rambut hitam panjangnya disisir rapi, wajahnya dipulas tipis dengan bedak sederhana. Ia mengenakan kemeja putih dan rok hitam selutut penampilan standar pelamar kerja. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

“Semoga aku diterima…” gumamnya lirih sambil menarik napas panjang.

Ruang wawancara terasa tegang. Seorang pria paruh baya dengan jas abu-abu, Kepala HRD, menatap Amara dari balik meja.

“Amara Sarasvati, ya?” tanyanya sambil membuka berkas.

“Iya, Pak.” Suaranya lembut tapi tegas.

“Lulusan SMA, nilai cukup baik, aktif di organisasi sekolah. Tapi kenapa ingin bekerja di sini, di kantor ekspor-impor?”

Amara tersenyum kecil, menahan gugup. “Saya ingin belajar, Pak. Saya ingin mandiri, dan saya percaya tempat ini bisa memberi saya pengalaman yang berharga. Saya juga cepat belajar.”

Pria itu menatapnya sebentar, lalu tersenyum tipis. “Hmm… semangatmu bagus. Baiklah, nanti kami kabari hasilnya.”

Amara berdiri, membungkuk sopan. “Terima kasih banyak, Pak.”

Keluar dari ruangan itu, dadanya masih berdegup kencang, tapi ada secercah lega.

Sore harinya, Amara pulang dengan langkah ringan. Ibunya menyambut di teras rumah.

“Bagaimana, Nak?”

Amara duduk, meletakkan tasnya. “Belum ada keputusan, Bu. Tapi aku sudah berusaha sebaik mungkin.”

Ayahnya yang sedang membaca koran ikut bersuara, “Yang penting kau berani mencoba. Hasilnya belakangan. Ayah bangga padamu.”

Amara tersenyum, matanya berbinar. “Terima kasih, Yah. Bu. Aku akan menunggu kabar baik.”

Malam itu, setelah semua anggota keluarga tertidur, Amara terjaga di kamarnya. Ia menatap langit-langit, pikirannya melayang. Dan saat itu, aroma gaharu perlahan memenuhi udara.

“Sudah lama aku tidak melihatmu tersenyum begitu lepas,” suara berat itu terdengar dari sudut kamar.

Amara menoleh, dan di sana seperti biasa berdiri Leondaru Dewantara. Rambut coklat gelapnya berkilau samar diterpa cahaya bulan dari jendela.

“Leon…” Amara tersenyum lega. “Aku gugup sekali tadi. Tapi… aku juga merasa senang. Aku seperti benar-benar melangkah ke dunia baru.”

Leon mendekat, sorot matanya teduh. “Kau sudah tumbuh banyak, Amara. Dari gadis kecil yang tersesat di hutan… menjadi perempuan yang berani menghadapi dunia.”

Amara terdiam, pipinya merona samar. “Kalau tidak ada kau, mungkin aku sudah lama menyerah pada rasa takut.”

Leon menatapnya dalam, lalu tersenyum samar. “Aku hanya membantumu menemukan keberanian yang sudah ada di dalam dirimu.”

Suasana hening sejenak, hanya wangi gaharu yang mengisi udara.

Amara menunduk, lalu berbisik, “Tetaplah di sisiku, Leon.”

Leon tidak langsung menjawab. Ia hanya mengangkat tangan, menyibakkan helaian rambut dari wajah Amara, gerakannya lembut. “Aku selalu ada… meski tidak selalu bisa kau lihat.”

Amara terdiam sejenak, menatap wajah Leon dari jarak sedekat itu membuat jantungnya tidak beraturan.

"Leon.. " ucapnya.

ada rasa yang sulit di artikan menelusup di hatinya. Ia ingin mengungkapkannya, tapi lidahnya terasa kelu.

"Ya" Jawab Leon sambil menatap mata Amara.

Ia tahu, ada rasa yang timbul sejak pertama kali melihat Amara di hutan dan rasa itu semakin hari semakin bertambah, itulah mengapa ia selalu menjaga Amara, karena ia mencintai Amara.

Ya, ia mencintai anak manusia.

Amara buru buru berpaling, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Leon hanya tersenyum.

"Tidurlah Mara.. besok kamu masih harus bertarung dengan hari yang berat" ucap Leon kemudian duduk di sebelah Amara

"kenapa berat? " tanyanya

"karena akan ada kejadian yang membuatmu harus merasakan sakit kepala besok" ucap Leon sambil berlalu, menghilang seperti terbawa angin dan hanya menyisakan wangi gaharu di kamar Amara.

Amara mendengus...

"Kebiasaan pergi tanpa menjelaskan dulu" omelnya.

Pagi datang dengan sinar matahari yang menyusup di sela tirai kamar. Amara terbangun dengan mata sedikit berat. Malam itu tidurnya tidak benar-benar nyenyak, wangi gaharu masih samar tertinggal di kamarnya membuat ingatannya kembali ke percakapan terakhir dengan Leon.

“Kejadian yang membuat sakit kepala… apa maksudnya?” gumam Amara sambil menghela napas panjang.

Ia mencoba mengabaikannya. Hari ini terlalu penting untuk dihantui firasat aneh. Ia merapikan rambutnya, sarapan seadanya, lalu berangkat ke kantor tempat ia melamar kemarin untuk menunggu kabar.

Suasana kantor itu sibuk. Orang-orang lalu lalang membawa berkas, suara telepon berdenging dari berbagai meja. Amara duduk di kursi tamu sambil menggenggam map cokelat berisi dokumen lamaran.

Tak lama, seorang staf HRD menghampiri. “Amara Sarasvati?”

Amara berdiri cepat. “Ya, saya.”

“Silakan ikut saya.”

Amara dibawa ke ruang rapat kecil. Di sana sudah ada Kepala HRD yang mewawancarainya kemarin, kali ini bersama seorang wanita muda berpenampilan tegas, berkacamata, yang tampaknya asisten manajer.

“Kami sudah memutuskan, Amara,” ujar Kepala HRD. “Mulai minggu depan, kau bisa bekerja di sini sebagai staf administrasi.”

Amara terperangah. “Benar, Pak?”

“Asal kau bisa disiplin dan cepat belajar.”

Senyum lega merekah di wajah Amara. Ia membungkuk hormat. “Terima kasih banyak! Saya tidak akan mengecewakan.”

Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Begitu keluar dari ruangan, kepalanya mendadak berdenyut keras. Dunia seolah berputar, pandangannya sedikit kabur. Ia menahan dinding, berusaha tetap tegak.

Inikah yang dimaksud Leon? pikirnya panik.

Dari sudut mata, ia melihat sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri. Seorang pria tua berpakaian lusuh berjalan melintas koridor tetapi bayangannya di lantai tidak mengikuti geraknya. Malah menyeringai, seolah hidup sendiri.

Amara membekap mulut, berusaha menahan teriakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Antara Dua Dunia   Bab 12 : Cemburu Tipis

    Malam itu, Amara baru saja pulang. Hujan tipis masih mengguyur, sisa-sisa petir jauh terdengar. Ia menaruh tas di meja, melepas sepatu, lalu menghela napas panjang. Hari ini terasa berat, dan sebagian karena tatapan Gio yang makin sulit diabaikan. Ia berjalan ke kamar, mengganti baju, lalu duduk di ranjang sambil menatap kalung kecil pemberian Leon. Tangannya menggenggam erat. “Leon… di mana kau sekarang?” bisiknya. Tak lama, wangi gaharu muncul, pekat, menusuk hidung. Dari sudut kamar, cahaya samar menampakkan sosok Leon. Kali ini ia tidak basah atau terluka, tapi aura di sekitarnya dingin, kuat, seolah ada badai yang ditahan di dalam tubuhnya. “Leon…” Amara tersenyum lega, namun tatapannya berubah ragu saat melihat sorot mata pria itu. “Ada apa?” Leon menatapnya lama, lalu berjalan mendekat. “Aku melihatnya.” Amara mengerutkan kening. “Melihat apa?” “Pria itu.” Suara Leon dalam, nyaris seperti geraman. “Dia menatapmu seperti aku menatapmu, Mara. Dan kau membiarkannya.” Amara

  • Cinta Antara Dua Dunia   Bab 11 : GIO

    Tiba-tiba wangi gaharu menyeruak, pekat, lebih kuat dari biasanya. Amara tersentak. Ia bangkit, menoleh ke arah jendela. Dan di sana dalam cahaya kilat tampak sosok Leon berdiri, tubuhnya basah kuyup, rambutnya acak-acakan, dan darah menodai pakaian putihnya. “Leon!” Amara berlari menghampiri, menahan tubuhnya yang hampir roboh. “Astaga… kau terluka parah!” Leon tersenyum samar, meski bibirnya pecah. “Aku harus memastikan… kau baik-baik saja.” Suaranya serak, melemah, tapi sorot matanya tetap tajam, menatapnya penuh keyakinan. Air mata Amara langsung pecah. Ia memeluk Leon erat, tak peduli bajunya ikut ternoda darah. “Aku merasakan semua lukamu… seolah aku juga yang diserang… kenapa kau harus datang dalam kondisi begini…?” Leon mengangkat tangannya dengan susah payah, mengusap rambut Amara. “Karena aku tak tahan… jika kau merasa sakit tanpa tahu alasannya.” Amara menggigit bibir, dadanya sesak. Ia menuntun Leon ke ranjang, mendudukkannya perlahan. Tangannya gemetar saat membersi

  • Cinta Antara Dua Dunia   Bab 10 : Satu Jiwa Dua Tubuh

    “Dan aku berjanji… aku akan selalu memilihmu, Leon. Apa pun yang terjadi.” Air mata menitik di mata Amara, tetapi bibirnya tersenyum. Saat itu juga, angin berhembus lebih kencang, membawa aroma gaharu yang lebih pekat. Pohon-pohon bercahaya di taman ikut bergemerlap, seolah menjadi saksi atas sumpah mereka. Leon menarik Amara ke dalam pelukan, mencium keningnya penuh khidmat. “Sekarang… kau bukan hanya milikku. Kau adalah bagian dari diriku.” Amara menutup mata, tenggelam dalam hangatnya dekapan. Hatinya tahu, ia baru saja mengikat dirinya pada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh dunia manusia. Malam itu, di antara cinta, tubuh, dan darah, mereka tidak hanya saling memiliki… tapi juga saling mengikat selamanya. Setelah darah mereka menyatu, Amara merasakan sesuatu yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Hangat. Dalam. Seolah ada denyut baru di dalam dadanya bukan jantungnya, melainkan denyut asing yang ritmenya serupa dengan milik Leon. Ia terkejut, napasnya tercekat.

  • Cinta Antara Dua Dunia   bab 9 : Denyut di Antara Dua Jiwa

    Sejak malam itu, Leon menjadi lebih berhati-hati. Ia masih sering menjemput Amara ke dunianya, tapi setiap kali ia menggenggam tangan gadis itu dan membuka gerbang cahaya, sorot matanya selalu diliputi kewaspadaan. “Aku akan pastikan kali ini tidak lama, Mara,” ucapnya suatu malam, sebelum mereka melangkah masuk ke pusaran cahaya. Amara hanya tersenyum lembut. “Aku percaya padamu.” Dan seketika, langit ungu bertebar bintang hidup kembali menyambut mereka. Kini, setiap kali mereka berada di alam Leon, waktu seperti menjadi milik mereka berdua. Amara sudah tidak lagi terperangah seperti pertama kali ia mulai terbiasa melihat burung kristal yang meninggalkan jejak cahaya, pohon-pohon bercahaya yang kelopaknya bisa bernyanyi, dan lantai kaca istana yang memperlihatkan galaksi berputar di bawah kakinya. Namun yang membuatnya tak pernah berhenti kagum adalah cara Leon selalu memperhatikannya. Setiap kali Amara melangkah terlalu dekat ke tepi balkon istana, Leon meraih tangannya. Seti

  • Cinta Antara Dua Dunia   Bab 8 : Tujuh Hari Tidur

    “Aku bodoh,” gumam Leon lirih, jemarinya menggenggam rambutnya sendiri. “Seharusnya aku tidak membawanya terlalu lama…” Leon berdiri di balkon istananya, menatap Amara yang tertidur damai di ruang utama. Wajahnya lembut, seolah hanya sedang beristirahat sebentar, padahal sudah berjam-jam ia tidak bangun. Ia tahu, semakin lama Amara berada di alamnya, semakin besar risiko raganya di dunia manusia akan melemah. Tanpa ragu, Leon meraih tubuh Amara, mengangkatnya dalam pelukan, lalu membuka gerbang cahaya. Wangi gaharu mengepul, dan dalam sekejap mereka lenyap dari istana, kembali ke dunia manusia. Di rumah Amara, suasana sudah seperti berkabung. Tujuh hari penuh Amara terbaring di ranjang tanpa membuka mata. Ibunya setiap hari menangis di sisi ranjang, ayahnya mondar-mandir dengan wajah kusut, sementara para tetangga berbisik-bisik, mengira Amara terkena gangguan gaib. “Dokter bilang tidak ada penyakit apapun,” keluh ayahnya pada seorang tetangga. “Semua normal. Jantungnya, na

  • Cinta Antara Dua Dunia   Bab 7 : Bolehkah??

    “Aku sudah tahu, Leon.” Leon mendongak, bingung Sorot mata biru itu melebar. “Apa…?” Amara melangkah mendekat, berdiri hanya sejengkal darinya. “Saat aku hilang di hutan dulu, para tetua kampung datang padaku setelah aku kembali. Mereka bilang aku diselamatkan oleh siluman macan putih. Leluhur penjaga yang tidak semua orang bisa lihat.” Ia menyentuh tangan Leon dengan lembut. “Sejak saat itu, aku selalu curiga kalau kau bukan manusia biasa. Tapi aku tidak pernah merasa takut. Karena bagiku, kau tetap Leon. Kau tetap… orang yang selalu ada untukku.” Suasana hening. Wangi gaharu mengisi ruangan lebih pekat, seakan ikut menenangkan hati Leon yang bergolak. Mata Leon bergetar, penuh emosi yang tak terbendung. “Kau tidak takut…?” Amara menggeleng pelan. “Tidak. Kau sudah bersamaku bertahun-tahun. Menjagaku. Mendengarkanku. Menemani setiap kesepianku. Kalau itu bukan manusia, lalu apa artinya? Yang aku tahu… kau adalah Leon. Dan itu cukup bagiku.” Untuk pertama kalinya, waja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status