“Aku bodoh,” gumam Leon lirih, jemarinya menggenggam rambutnya sendiri. “Seharusnya aku tidak membawanya terlalu lama…” Leon berdiri di balkon istananya, menatap Amara yang tertidur damai di ruang utama. Wajahnya lembut, seolah hanya sedang beristirahat sebentar, padahal sudah berjam-jam ia tidak bangun. Ia tahu, semakin lama Amara berada di alamnya, semakin besar risiko raganya di dunia manusia akan melemah. Tanpa ragu, Leon meraih tubuh Amara, mengangkatnya dalam pelukan, lalu membuka gerbang cahaya. Wangi gaharu mengepul, dan dalam sekejap mereka lenyap dari istana, kembali ke dunia manusia. Di rumah Amara, suasana sudah seperti berkabung. Tujuh hari penuh Amara terbaring di ranjang tanpa membuka mata. Ibunya setiap hari menangis di sisi ranjang, ayahnya mondar-mandir dengan wajah kusut, sementara para tetangga berbisik-bisik, mengira Amara terkena gangguan gaib. “Dokter bilang tidak ada penyakit apapun,” keluh ayahnya pada seorang tetangga. “Semua normal. Jantungnya, na
Last Updated : 2025-10-01 Read more