Share

Bag 14

Penulis: _belummandi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-04 19:41:48

Pengawal Jony segera melaporkan pekerjaannya yang selesai sempurna kepada Tuanya.

"Tuan, semua sudah berjalan dengan lancar. Lisa sudah dipecat dari pekerjaanya sekarang," lapor Jony pada Ken di dalam telpon.

Di kantor Ken terlihat sangat bahagia karena usahanya tidak sia-sia. Lebih tepatnya usaha Joni sih, karena lebih tepatnya Ken hanya memberi perintah.

"Bagus, ikuti terus. Pastikan dia tidak punya pekerjaan lain dan kita susun rencana selanjutnya," balas Ken dengan senyum liciknya.

Telpon Tuannya segera Jony matikan. Sedikit merenungkan atas apa tadi yang telah ia perbuat kepada Lisa, namun dia tidak berani membantah perintah dari sang Tuan.

"Kasihan sekali kamu, tapi aku berjanji akan melindungi jika kamu disakiti oleh dia." Batin Jony.

Segera Jony melanjutkan langkahnya mengikuti kemana langkah kaki Lisa. Dia dan anak buahnya memang harus siap siaga mengikuti Lisa dua puluh empat jam.

Sang Tuan tidak menginginkan sehelai rambut Lisa rontok oleh orang lain. Namun di sisi Lain Ken malah justru menyuruh Jony menghancurkan karirnya.

Sementara itu di rumah Elga dan ibunya sedang berdebat. Mereka satu sama lain saling menyalahkan hanya karena sebuah keinginan.

Elga memang sedang libur bekerja, modelnya sedang tidak ada acara pemotretan yang artinya dia sekarang akan berdiam diri di rumah.

Elga dan ibunya sedang duduk di halaman belakang rumah menikmati kebun kecil dan orange juice yang sudah di siapkan oleh Lisa di lemari pendingin.

Satu sama lain sibuk dengan ponselnya masing-masing. Tak ada kesibukan lain di antara keduanya.

Elga meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap ibunya dengan penuh harap. Namun ibunya masih asyik dengan sang ponsel, belum sadar kalau sedari tadi anaknya sedang mengharapkan dirinya berbicara.

"Bu," lirih Elga.

"Hem..." singkat jawaban dari Rosa tanpa melirik Elga sedikit pun. Mendengar jawaban yang sesingkat itu membuat Elga seketika hanya diam. Rosa langsung meletakkan ponselnya di dekat ponsel Ega. "Apa ?" tanya Rosa.

"Aku ingin mobil bu?" pinta Elga merengek yang membuat Rosa sontak terkejut.

"Apa kamu tidak salah minta dengan ibumu ini?" Rosa sudah merubah intonasi bicaranya. "Kamu tahu sendiri kan, ibu mu ini tidak bekerja. Bahkan ibu hanya mengandalkan uang darimu dan anak pembawa sial itu." Tegas Rosa kembali.

Elga tidak langsung patah semangat begitu saja. Dia memegang tangan Rosa merengek agar diberi solusi untuk hal ini. "Elga sangat butuh mobil untuk bekerja bu."

Rosa bangun dari duduknya. Dia menarik kedua sudut bibirnya, bayang-bayang tentang mobil langsung muncul begitu saja. "Kalau kamu mau mobil, bujuk adikmu itu untuk menjual tanahnya yang dua hektare itu," ucap Rosa.

"Bagaimana caranya bu. Sementara dia saja tidak tahu menahu soal tanah tersebut." Balas Elga.

Elga juga tak kalah terkejutnya dengan ibunya yang mempunyai ide gila tersebut. Padahal setahu mereka Lisa tidak tahu menahu soal kepemilikan tanah atau lahan kosong tersebut. Mereka juga tidak tahu dimana keluarga Lisa menyembunyikan sertifikat tanah dan rumah yang mereka tempati sekarang.

Elga menghampiri ibunya, dia berdiri tepat di belakang Rosa. Rosa membalikkan tubuhnya menatap Elga. Jari telunjuknya menusuk-nusuk pelipis Elga. "Dasar Bodoh!" umpat Rosa.

Elga mengusap pelipisnya itu dengan jari jemarinya yang lentik dan pewarna kuku yang bermotif. "Aduh sakit bu," keluh Elga.

"Percuma ibu cari ayah buat kamu dan sekolahin kamu tinggi kalau urusan seperti itu saja tidak bisa. Ibu sudah bilang berkali-kali sama kamu, temui bibi Lisa yang ada di luar kota dan kamu kasih surat wasiat yang palsu itu. Tapi tidak pernah mau." Jelas Rosa.

"Wasiat?" Elga malah justru menggaruk–garukkan kepalanya yang tidak gatal itu. "Lembar kertas dengan tulisan yang pernah ibu berikan sama Elga itu ya ?" tanya Elga.

Rosa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang terlihat sangat bodoh. "Memangnya kamu tidak membacanya?" tanya Rosa. Namun Elga hanya menjawab dengan menggelengkan kepala.

Kepala Rosa makin pening dengan tingkah anaknya. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengacak-acak rambutnya yang lurus sering perawatan itu.

"Dasar bodoh," umpat Rosa sambil menusuk-nusuk pelipis milik Elga.

Rosa kembali ke tempat duduknya meneguk minuman dinginya sampai habis. Mendinginkan kepalanya yang sudah kebakaran akibat darah dagingnya sendiri tersebut.

"Punya anak satu saja bodohnya keterlaluan," Batin Rosa kesal.

Elga tidak tinggal diam, dia duduk berlutut di bawah ibunya untuk meminta penjelasan mengenai surat wasiat yang Rosa maksud.

"Ayolah jelaskan bu menegenai surat wasiat itu," bujuk Elga.

Rosa geram dan menusuk-nusuk pelipis Elga dengan jari telunjuknya. "Dasar bodoh!" umpat Rosa. "Ibumu ini sudah mengeluarkan uang banyak hanya untuk membuat surat wasiat itu tapi kamu malah justru merobeknya." Ungkap Rosa.

"Maafkan Elga bu, sungguh Elga tidak tahu. Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Elga.

Rosa sudah bersikap santai karena anaknya bertanya mengenai rencana. "Kita buat yang baru dan kamu antar ke sana!" perintah Rosa dengan tegas sambil tersenyum kecut. Sementara Elga hanya mengiya-iyakan saja perintah ibunya tersebut.

Elga kala itu diperintah oleh ibunya untuk menemui saudara Lisa yang berada di luar kota untuk memberi surat wasiat palsu. Surat wasiat yang di dalamnya berisi pembagian atas harta peninggalan Hendra.

Surat itu sengaja di buat oleh Rosa karena peninggalan Hendra untuknya sudah habis lenyap karena ulahnya sendiri. Sebuah perusahaan travel yang sudah lumayan berkembang. Makanya Rosa sengaja melakukan cara licik agar bisa mendapatkan separuh harta milik Lisa.

Mengenai harta warisan Lisa memang tidak tahu menahu. Hendra sengaja tidak memberitahu dan menitipkan sertifikat rumah dan tanah kepada adiknya yang di luar kota agar tidak di ketahui oleh Rosa dan Elga. Karena hanya mereka lah yang bisa melindungi satu-satunya peninggalan Hendra untuk Lisa.

Lisa memang selalu di cegah oleh Rosa untuk tidak ikut bersama dengan bibinya di luar kota. Itu karena Rosa sengaja akan memperalat Lisa sebagai pembantu dan mesin penghasil uang.

Mungkin sampai sekarang bibi Lisa tidak mengetahui kejahatan Rosa selama ini, sebab Rosa selalu bersikap baik jika bibinya berkunjung ke rumah mereka.

Sementara Elga diperalat oleh ibunya untuk memberi surat wasiat palsu itu karena dia tidak ingin berdebat dengan adik iparnya. Rosa yakin betul kalau adik iparnya tidak akan langsung percaya dengannya.

Dalam surat wasiat palsu tersebut tertulis bahwa tidak hanya Lisa yang berhak menerima surat wasiat itu, tapi Elga juga. Bahkan lebih konyolnya lagi Elga mendapatkan hak yang lebih banyak dibandingkan dengan Lisa.

Bersambung. . .

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 80

    Menginap semalaman dan menghabiskan malam-malam indah dengan bercinta ternyata tak membuat Zae puas. Rasa rindu itu masih menyelimuti dirinya, mengingat beberapa bulan Zae tak bertemu dengan kekasihnya.Siang ini Juwita dan Zae pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di ibu kota. Dengan senang hati Zae menemani Juwita untuk pergi berbelanja, melewatkan pekerjaannya di perusahaan yang sebenarnya menumpuk.Mereka bergandengan layaknya pasangan kekasih. Hehe, tapi memang benar sih mereka adalah pasangan kekasih. Mengacuhkan setiap perkataan orang yang mencibir hubungan mereka. Itu adalah sesuatu yang wajar, nitizen julid selalu akan menghujat kebaikan dan semakin menghujat keburukan.Juwita mengenakan pakaian casual, leging hitam, kaos berwarna nude pink dengan dipadukan rompi hitam dan rambut yang diikaf ke atas. Sementara Zae masih setia dengan pakaian formalnya, kemeja berwarna navy dan celana hitam. Mereka nampak serasi meskipun usia yang terpaut jauh, perempuan

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 79

    Elga terkekeh. "Ah kau ini. Nampaknya belum tahu ya jika pagi ini aku mendapatkan undangan spesial dari adik ipar." Lisa mempertajam tatapannya. Elga mengangguk antusias. "Ya, undangan sarapan pagi bersama kalian." Elga melirik Ken. "Artinya aku orang terpenting di mansion ini bukan?" Seringai itu terbit di bibir Elga.Lisa menatap tajam ke arah suaminya, melipat kedua tangannya di atas perut. Bibirnya semakin mengerucut, membuatnya menggemaskan.Tingkah Lisa membuat Ken tak berkedip sedikitpun. "Ah, menggemaskan." Pikir Ken. Bisa-bisa disaat seperti ini menganggap Lisa menggemaskan. Dasar kau, Ken.Merasa kesal diacuhkan, Lisa mencubit lengan Ken dengan keras. Hingga Ken terpekik kesakitan. "Aw," keluhnya. Ken mengusap bekas cubitan dari Lisa yang mungkin sudah memerah.Ken membawa Lisa ke dalam dekapannya. Membisikkan sesuatu yang membuat Lisa tersenyum.Adegan mesra itu terlalu membuat Elga memanas. Ia meleraikan pelukan sepasang suami istri tersebut

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 78

    Keesokan harinya. Nampak Ken sudah bangun pagi sekali dari tidur panjangnya. Ia segera turun ke lantai dasar untuk menemui para koki.Masih mengenakan bathrobenya, dengan langkah yang angkuh namun berwibawa. Ken mendekati dapur, mengagetkan para koki dan maid yang sedang asyik dengan pekerjaan mereka.Mereka seketika langsung menunduk memberi rasa hormat, meski kaki mereka gemetar namun masih tetap beediri dengan tegak. Aura dingin mencengkram memenuhi dapur tersebut.Ini adalah kali petamanya Ken menginjakkan kakinya, apalagi wajahnya datar dan tatapannya masih saja tajam. Dan ini masih sangat pagi sekali, masih pukul setengah enam. Wajar saja semua pekerjannya bergetar ketakutan.Paman Li yang mengetahui situasi ini segera mendekati Ken, tak mau kondisi pagi ini menjadi semrawut. "Selamat pagi Tuan," sapa paman Li sambil tersenyum. "Maaf Tuan, kenapa merepotkan diri datang ke dapur. Tempat ini sangat kotor, kenapa tidak memanggil saya saja.""Ck!" Ken

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 77

    Harap bijak memilih bacaan, konten ini mengandung adegan dewasa. Bagi yang dewasa dan berpuasa, harap membaca setelah berbuka atau sebelum sahur. Terima kasih ;)"Antarkan mama pulang dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi!" Titah Ken pada Zae.Ken segera berlalu dari ruangan tersebut, lagi pula ia juga sudah mendengarkan sendiri bahwa Lisa baik-baik saja. Ia segera menuruni anak tangga melihat situasi dan kondisi di bawah sana. Baginya membiarkan Juwita berkeliaran sebentar saja sudah membuatnya was-was. Apalagi tadi ia menghabiskan beberapa menitnya menyaksikan Lisa baik-baik saja.Suara riuh dan gerumulan para maid membuat jantungnya berdesir begitu kencang. Zae mengedarkan pandangannya mencari sosok Juwita. Ia mempercepet langkah kakinya setelah mendapati Juwita sedang marah-marah pada Elga. Bukan karena ia khawatir pada Elga, melainkan karena ia khawatir pada Juwita.Juwita berdiri berkacak pinggang di hadapan Elga yang tersungkur di lantai, entah apa

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 76

    Juwita menghentikan langkahnya, mendengar sapaan tersebut. Ia menatap Elga dari ujung kaki hingga ujung rambut. Berasa asing dengan maid yang satu itu. Sementara itu Elga besar kepala, ia menunduk tersipu. Menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga. Ia pikir Juwita terkesima karena kecantikannya.Juwita tesenyum masam. Sudah hafal dengan gelagat iblis betina itu sepertinya. "Apa kau baru disini?" Tanya Juwita dengan suara yang dingin.Elga masih belum menyerah menghadapi Juwita, orang yang ia klaim sebagai calon mertuannya tersebut. "Iya Nyonya," balasnya dengan suara anggun yang dibuat-buat.Juwita mengangkat dagu Elga agar menatapnya, ia tersenyum miring melihat Elga yang bersemu. "Memangnya kau pikir aku ku apakan," ucapnya mengejek.Rona wajah Elga memudar seketika. Raut wajahnya sudah masam, tapi dia tetap bersikap tenang agar tidak berbuat masalah pada Juwita yang telah ia klaim sebagai calon mertuanya tersebut.Kini Elga mengeluarkan jurus pa

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 75

    Iblis betina. Julukan yang sangat pantas untuk Rosa. Wanita penggoda dan perebut lelaki orang, selain itu ia juga sangat kejam pada anak tirinya."Tapi kau tenang saja sayang, kau akan sangat aman jika bersama dengan Ken."Lisa terdiam sejenak, mengingat kejadian tempo dulu. "Ya mama bisa katakan itu. Coba saja kalau tahu pernikahan ini dulunya bermula karena apa. Apa mama masih ingin mengatakan jika aku akan aman di dalam mansion ini?" Pikir Lisa.Juwita menautkan kedua ujung alisnya, ia merasa heran dengan diamnya Lisa. "Kenapa kau diam saja sayang? Apa anak nakal itu berbuat kasar padamu? Katakan saja, jangan takut. Karena mama yang akan maju untuk memotong burungnya."Lisa terkekeh. "Ya benar ma, burungnya sangat nakal tidak mau berhenti bermain di sarang." Balas Lisa, namun dalam hati. Mana mungkin ia berani mengatakannya langsung. Sama saja urat malunya telah putus jika mengatakan hal tersebut secara langsung."Dia sama sekali tidak berbuat macam-

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status