Share

Cinta Buta yang Tak Akan Kuulangi
Cinta Buta yang Tak Akan Kuulangi
Author: Clara

Bab 1

Author: Clara
Di kehidupanku yang lalu, aku memberikan salah satu korneaku kepada pria yang kucintai dan membantunya mendapatkan kembali haknya untuk mewarisi keluarga mafianya. Namun, saat dia mendapatkan kembali penglihatannya, alih-alih menikahkanku dengannya, keluargaku malah memilih kakak perempuanku untuk menjadi pasangan hidupnya.

Keluargaku sendiri mengasingkanku dan aku mati pada malam pernikahan antara dia dan kakakku.

Kemudian, aku terlahir kembali, kembali ke masa sebelum aku diasingkan.

Aku berdiri di ruang kerja ayahku, Vito Ronan, bos mafia dari keluarga kami. Udara dipenuhi aroma wiski tua dan cerutu.

Vito duduk di balik meja mahoni raksasanya, sebatang cerutu impor yang belum dinyalakan berada di antara jarinya. Tatapannya dingin, sama sekali tidak seperti tatapan seorang ayah.

"Lena, pertunangan Elena dengan Vincent Cokro akan diadakan minggu depan." Suara Vito menggema di ruang kerja besar itu, tanpa sedikit pun kehangatan. "Ini adalah pernikahan aliansi antar dua keluarga. Aku nggak akan menoleransi gangguan apa pun. Akan lebih baik kalau kamu menjauh."

Ibuku, Isabella Ronan, berdiri di sebelah meja, memainkan syal sutranya dengan gelisah. "Sayang, ayahmu sudah mengatur semuanya. Besok pagi, kamu akan dibawa ke rumah aman kita di Sirina. Kami akan membawamu kembali setelah pernikahan mereka selesai digelar."

Mendengar kata-kata yang begitu familier, aku yakin sepenuhnya bahwa aku memang terlahir kembali, tepat di hari aku diasingkan dan dipaksa menyerahkan Vincent.

Di kehidupanku yang lalu, aku dikirim ke Sirina persis seperti ini. Namun, waktu itu aku menolak menerima semuanya.

Aku terus kabur dari rumah aman itu, mencoba mencari Vincent untuk membuktikan satu hal. Ketika dia dikhianati, buta, dan ditinggalkan dunia, akulah yang menemukannya. Akulah yang menyembunyikannya, tinggal bersamanya melewati lima tahun tergelap dalam hidupnya, dan bahkan memberikan satu korneaku agar penglihatannya pulih.

Akulah yang setia berada di sampingnya, bukan Elena.

Lima tahun lalu, sebagai pewaris Keluarga Cokro, Vincent disergap oleh keluarga pesaing. Sebuah peluru merusak retinanya. Keluarga Cokro tidak menginginkan pewaris cacat, jadi mereka membuangnya ke pinggiran kota.

Akulah yang menemukannya hampir mati, membawanya ke tempat aman, dan memanjat pagar setiap hari untuk menemaninya. "Aku akan datang setiap hari." Dalam hari-hari yang sepenuhnya gelap itu, akulah satu-satunya penghiburnya.

Aku tahu cita-citanya, menjadi bos mafia paling berkuasa di seluruh Navana. Untuk mengembalikan penglihatannya, aku secara anonim menyumbangkan satu kornea. Berkat itu, dia bisa pulih dan merebut kembali posisinya sebagai pewaris Keluarga Cokro.

Malam sebelum operasinya, dia mencium ujung jariku dengan kelembutan yang tak pernah kulihat sebelumnya. Dia meraba-raba pin keluarganya, lalu menyematkannya di mantelku. "Saat aku bisa melihat lagi," katanya. "Kamu akan menjadi orang pertama yang kulihat. Aku akan menjadikanmu Nyonya Keluarga Cokro."

Namun, ketika perbannya dilepas, orang pertama yang dia lihat adalah Elena.

Vito dan Isabella tahu Elena juga menyukai Vincent. Mereka menyuap tim medis agar aku dibuat tidak sadar selama tujuh hari setelah operasi. Kemudian, mereka membawa Elena untuk menyerahkan pin keluarga itu pada Vincent yang baru pulih, sambil berkata, "Aku yang menemanimu bertahun-tahun ini. Korneaku yang menyelamatkanmu."

Vincent tidak mempertanyakan apa pun. Keluarga Ronan butuh dukungan Keluarga Cokro. Elena dipandang sebagai putri yang sempurna dan berbudi, sementara aku adalah "kambing hitam" yang cacat. Jelas saja Elena dianggap lebih pantas.

Vincent dan Elena pun bersama secara alami, dari pacaran hingga bertunangan, tampak sangat jatuh cinta.

Selama lima tahun, aku mencoba mencari kesempatan menjelaskan pada Vincent bahwa akulah yang bersamanya, akulah yang menyelamatkannya.

Namun, Elena menuduhku hanya cemburu dan mencari perhatian dengan kebohongan. Dengan Vito dan Isabella yang mendukung kesaksiannya, Vincent tidak pernah percaya padaku. Dia makin menjauh dan makin dingin.

"Itu semua sudah berlalu," ucap Isabella pelan, suaranya bergetar sedikit. "Kali ini berbeda, Lena. Keluarga Cokro secara khusus meminta Elena."

Aku berlutut di hadapan ibuku, memohon agar dia mengatakan yang sebenarnya, bahwa akulah yang menyelamatkan Vincent, bahwa kornea yang memulihkan penglihatannya adalah milikku. Namun, semua usahaku hanya membuat Vincent semakin membenciku.

Terakhir kali aku melihatnya adalah di pernikahan Vincent dan Elena. Vincent mencium Elena di tengah sorak-sorai semua orang. Sementara itu, aku terbunuh oleh bom yang sebenarnya ditujukan untuk keluarga pesaing. Tak seorang pun memedulikanku saat itu.

Tuhan memberiku kesempatan kedua. Aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama.

"Baik, aku akan pergi." Aku menerima surat perjalanan ke Sirina dengan suara yang tak wajar tenangnya.

Vito dan Isabella saling berpandangan heran. Putri bungsu mereka, yang dulu membuat keributan di acara Keluarga Cokro karena Vincent kini begitu patuh?

"Aku harap kamu ngerti betapa pentingnya aliansi ini," ujar Vito tegas sambil mengetuk meja. "Keluarga Cokro menguasai seluruh pelabuhan Pamur. Tanpa dukungan mereka, bisnis keluarga kita akan runtuh."

Isabella mendekat, mencoba menggenggam tanganku, tetapi kutarik menjauh. "Sayang, kami tahu kamu selalu peduli pada Vincent, tapi ini demi kepentingan keluarga. Elena lebih ... cocok untuknya."

Aku tersenyum pahit. Konyol sekali. Vincent seharusnya memang menjadi milikku. Namun, orang tuaku merenggutnya dan memberikannya pada kakakku.

Dua puluh tahun lalu, Elena membunuh seorang pejabat pemerintah. Alih-alih bertanggung jawab, orang tuaku yang kejam malah mengirimku, yang bahkan belum berumur sepuluh tahun. untuk menggantikannya. Aku masuk tahanan anak-anak, menyandang catatan yang tak pernah bisa hilang.

Dua tulang rusukku patah di sana, dan tidak ada satu pun yang menjengukku. Sementara itu, Elena memakai gaun indah, dipuji di setiap acara sebagai putri Keluarga Ronan.

Orangtuaku memanjakannya. Sejak kecil, aku harus memberikan segala yang kumiliki pada Elena. Kamarku, pengawal pribadiku, bahkan piala menembakku akhirnya terukir atas nama Elena. Hanya Vincent yang tak pernah mau kuberikan.

Kening Vito berkerut. "Besok pagi jam 6, sopir akan mengantarmu ke bandara."

Aku memegang ujung tiket itu. "Tenang. Aku nggak akan merusak pernikahan sempurna kalian. Lagian, di mata kalian, aku selalu menjadi putri yang 'cacat', bukan begitu?"

"Tinggallah di Sirina sampai kami memanggilmu. Jangan lakukan hal bodoh." Setelah itu Vito dan Isabella pergi bersama untuk membahas detail pernikahan.

Begitu mereka pergi, ponselku bergetar. Ada pesan dari Vincent.

[ Malam ini jam 9, gudang lama. Pintu bakal terbuka. ]

Ujung jariku langsung dingin. Di kehidupanku yang lalu, aku begitu senang menerima pesan itu, mengira dia akhirnya ingin percaya padaku.

Namun ketika aku sampai di gudang itu, aku mendapati dia sengaja membawaku untuk melihat dirinya dan Elena bersama, agar aku menyerah.

Mengingat kembali kenangan menyakitkan itu, kepalaku langsung berdenyut.

Sepuluh menit sebelum pukul 9, aku berdiri di depan gudang tua di distrik industri. Di dalam, Vincent sedang memeluk Elena, keduanya telanjang sepenuhnya, dengan kondom bekas berserakan di mana-mana.

Aku tidak tahu berapa lama aku terpaku sebelum mereka akhirnya menyadari keberadaanku.

"Lena?" Elena pura-pura terkejut, menutup mulut dan merapat pada Vincent. "Kamu ngapain di sini?"

Vincent tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar jelas. "Aku yang memanggilnya. Aku cuma mencintaimu, Elena. Aku mau dia memahami kenyataan ini, kalau dia hanyalah noda di Keluarga Ronan, supaya dia berhenti mengharapkan yang mustahil."

Aku dulu sempat menangis sejadi-jadinya, tetapi Vincent hanya berkata dengan dingin, "Ada alasan kenapa aku memanggilmu. Hentikan khayalan yang nggak realistis tentangku. Aku cuma mencintai kakakmu, Elena, dan aku nggak akan membiarkanmu mencuri jasanya atau cintaku dengan kebohongan."

Aku berdiri di ambang pintu, gambar masa lalu dan masa kini berbaur di benakku. Anak laki-laki yang dulu memegang tanganku dalam gelap, Vincent yang dulu menekan telapak tanganku yang beku ke dadanya saat badai, telah berubah menjadi orang asing di depanku.

"Aku ngerti," jawabku tenang. "Aku harap kalian bahagia."

Aku berbalik hendak pergi saat suara manis Elena terdengar. "Vincent, kurasa Lena masih marah sama aku. Mungkin kita harus bicara? Lagian, kita saudara, 'kan?"

Akhirnya, Vincent menoleh. Tatapannya seperti belati beracun. "Bu Lena, lihat betapa pengertiannya kakakmu. Sedangkan kamu? Kamu selalu memusuhinya. Aku nggak mau ada ketidaknyamanan di pernikahanku."

Senyum sarkastis muncul di bibirku. "Tenang saja, Pak Vincent. Besok pagi aku akan pergi dari Navana. Aku nggak akan menodai pernikahan sempurnamu."

Saat itu juga, suara rentetan tembakan terdengar dari luar gudang.

"Keluarga pesaing." Vincent bereaksi cepat, menarik Elena ke bawah untuk berlindung.

Aku berlari mencari tempat aman, mundur beberapa langkah. Namun saat aku bergerak, Elena yang berlindung di bawah Vincent, mendorongku diam-diam.

Aku terpeleset, kehilangan keseimbangan, dan melangkah tepat ke jalur tembakan.

"Ahh!" Sebuah peluru menembus perutku.

Sambil menahan luka, aku jatuh bersandar pada peti kayu. Aku melihat Vincent membawa Elena berlari ke pintu keluar darurat, tanpa menoleh sedikit pun ke arahku.

"Pemandangan yang sangat familier," gumamku sambil terbaring di lantai beton, nyawaku perlahan hilang. Kenangan hidupku yang lalu membanjiri benakku. Anak laki-laki di dalam gelap yang berjanji menikahiku dulu telah dibutakan oleh kekuasaan dan kepentingan keluarga.

Sebelum kesadaranku sepenuhnya lenyap, aku kembali ke rumah aman lima tahun lalu. Mata Vincent masih tertutup perban. Dia dengan hati-hati meraba wajahku, suaranya selembut embun hingga membuatku ingin menangis. "Saat aku bisa melihat lagi, kamu akan menjadi orang pertama yang kulihat. Aku akan menjadikanmu Nyonya Keluarga Cokro."

Anak laki-laki yang hanya memilikiku di hatinya itu sudah pergi selamanya. Akhirnya, aku bisa melepaskannya sepenuhnya.

Suara sirene terdengar samar dari kejauhan, tetapi aku tidak bisa mendengarnya lagi. Kesadaranku tenggelam dalam kegelapan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Buta yang Tak Akan Kuulangi   Bab 14

    Setelah hari itu, aku tak pernah melihat Vincent lagi.Aku hanya mendengar bahwa dia dengan cepat dan sepenuhnya mengonsolidasikan kekuasaan di dalam Keluarga Cokro, menyingkirkan semua potensi oposisi internal dan sepenuhnya menguasai atau menghancurkan sisa kekuatan serta aset Keluarga Ronan.Kemudian, dia sendiri seolah-olah lenyap dari muka bumi. Tidak ada lagi yang tahu di mana keberadaannya. Dunia mafia Navana tetap bergolak, hanya saja tanpa nama besarnya yang dulu selalu terdengar.Vito dan Isabella juga mencoba menghubungiku kemudian. Mereka telah kehilangan keluarga, putri kesayangan, dan kini tak memiliki apa-apa. Entah karena menyesal, atau sekadar mencari pegangan terakhir, mereka entah bagaimana menemukan alamatku di Samen dan mengirimkan surat.Isi surat itu penuh pengakuan terlambat dan pembelaan yang lemah. Mereka menulis tentang ketidakberdayaan dan keberpihakan mereka di masa lalu, memohon maaf dan berharap aku, demi darah yang sama, bisa menerima mereka kembali atau

  • Cinta Buta yang Tak Akan Kuulangi   Bab 13

    Langit Samen tiba-tiba menggelap tanpa peringatan dan gerimis ringan mulai turun, menggagalkan rencanaku untuk keluar makan. Aku baru saja berhasil melewati wawancara di sebuah firma desain dan tadinya ingin mengajak Dominik merayakannya bersamaku.Melihat wajahku yang sedikit kesal, Dominik langsung menyarankan, "Kamu jago masak, 'kan, Lena? Karena keluar agak merepotkan, gimana kalau kita makan di rumah saja? Misalnya hotpot?"Dia diam sebentar, lalu menambahkan dengan nada santai yang pas, "Kebetulan, temanku baru bawain aku kuah hotpot asli dari negaranya. Kita bisa coba bareng."Ucapannya langsung membuat keningku yang tertaut kembali melonggar. "Aku baru ngeluh beberapa hari lalu soal betapa terbatasnya pilihan makanan di sini! Dominik, kamu memang penyelamat!" seruku bahagia. "Kalau gitu, aku bikinin kamu dessert.""Oke." Dia tersenyum dan mengangguk. "Bahan-bahannya biar aku yang urus."Kami langsung bergerak. Berbagi payung hitam besar yang dia bawa, kami berjalan ke supermark

  • Cinta Buta yang Tak Akan Kuulangi   Bab 12

    Setelah Vincent "membereskan" Vito, Isabella, dan Elena, rasa getir di dadanya belum sepenuhnya hilang. Karena aku sudah menandatangani dokumen resmi untuk memutus hubungan dengan Keluarga Ronan, dia bisa menuntaskan balas dendamnya tanpa ragu sedikit pun.Dia memberi perintah untuk memanfaatkan "kekacauan" Keluarga Ronan dan meluncurkan akuisisi besar-besaran terhadap bisnis legal mereka, bisnis yang diam-diam terkait dengan penyelundupan dan pencucian uang.Dengan pengaruh Keluarga Cokro, Vincent memutus beberapa jalur penyelundupan utama mereka, menekan pangsa pasar mereka, bahkan membuang barang-barang ilegal yang mereka simpan dengan harga sangat murah.Pendekatan yang nyaris melanggar aturan ini dengan cepat memicu ketidaksenangan dan perlawanan dari keluarga lain beserta para mitra mereka. Reputasi Keluarga Ronan di lingkaran itu menurun drastis dan mereka segera tersingkir dari rantai bisnis.Namun, itu belum cukup. Vincent sengaja menyuruh anak buahnya ke basemen untuk secara

  • Cinta Buta yang Tak Akan Kuulangi   Bab 11

    Vincent berdiri di depan jendela kaca besar di ruang kerja kediaman Keluarga Cokro, frustrasi karena menemukan jalan buntu lagi dalam pencariannya terhadapku."Bos." Suara asistennya terdengar hati-hati dari belakang. "Ini penyelidikan lanjutan yang kamu perintahkan. Kami menemukan ... bukti yang lebih konkret."Vincent berbalik, tatapannya jatuh pada map yang agak lusuh di tangan asistennya. Dia berjalan ke meja kerjanya dan duduk, memberi isyarat agar map itu diletakkan.Saat map dibuka, beberapa dokumen hukum yang sudah menguning dan beberapa foto hitam-putih yang buram tampak di dalamnya.Dokumen-dokumen itu mengungkap masa lalu yang selama ini dibungkam Keluarga Ronan. Lebih dari sepuluh tahun lalu, saat terjadi bentrok dengan keluarga pesaing, Elena Ronan dengan impulsif menembak dan membunuh seorang penasihat senior pemerintah yang memiliki kedekatan dengan FBI.Untuk melindungi putri sulung kesayangan mereka dan menjaga citra bersih Elena, Vito dan Isabella membuat keputusan ya

  • Cinta Buta yang Tak Akan Kuulangi   Bab 10

    Matahari Samen menembus jendela apartemenku, menyinari lantai yang baru saja aku pel. Aku mengenakan gaun katun sederhana, berniat turun ke supermarket dekat apartemen untuk membeli tepung. Malam ini, aku pikir aku akan mencoba membuat kue.Saat aku berjalan melewati semak-semak di depan gedung apartemenku, sebuah suara "meong" lemah membuatku berhenti seketika. Aku berjongkok, menyingkap daun-daun hijau yang rimbun. Di dalam pipa pembuangan plastik bekas, aku menemukan sepasang mata amber, membelalak penuh ketakutan.Itu seekor anak kucing oranye, kurus sampai tulang-tulangnya terlihat. Kaki belakang kanannya tertekuk pada sudut yang aneh, darah kering mengeras di sekitar bulunya.Napasku tercekat ketika aku melihat kalung kulit yang hampir putus di lehernya. Tertanam di dalamnya ada sebuah liontin perak kecil yang sudah usang.Aku mengenali pola itu di mana pun. Itu adalah segel pribadi kakekku, mantan bos mafia Keluarga Ronan. Dia membuat desain itu hanya untuk dirinya sendiri, sesu

  • Cinta Buta yang Tak Akan Kuulangi   Bab 9

    Begitu aku menginjakkan kaki di Samen, udara langsung dipenuhi aroma asin laut dan aura panas menyengat dari matahari.Keterbukaan kota ini sangat kontras dengan tekanan berat gedung-gedung pencakar langit yang ada di Navana. Aku tidak takut. Bahkan, ada rasa berharap dalam diriku untuk kehidupan baru ini.Aku menarik koper ke tepi jalan dan mengecek alamat yang dikirim agen perantara. Tidak terlalu jauh, tetapi menyeret koper besar lewat transportasi umum jelas merepotkan. Aku memakai ponselku untuk memanggil taksi.Mobilnya datang dengan cepat. Sopirnya seorang pria berbadan besar dengan wajah garang, kedua lengannya penuh campuran tato lama dan baru yang rumit. Dia turun tanpa banyak bicara dan memasukkan koperku ke bagasi.Dia pasti bisa merasakan keteganganku. Dia melirik lewat kaca spion dan bertanya dengan suara berat beraksen tebal, "Turis? Orang Amril?""Dari Navana," jawabku singkat.Dia hanya menggumam kecil, tidak bertanya lebih jauh, fokus menyetir. Beberapa saat kemudian,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status