Share

Move On

Jika ingin kuulang lagi, aku tak akan membuatmu kecewa.

—Ummi Salmiah—

Hari ini rencananya Rey berkeliling rumah sakit untuk melihat situasi rumah sakit. Elsa berdebar-debar karena Rey akan mengecek ruangannya dan ruang operasi. Rencananya fasilitas yang sudah tidak layak akan segera diganti. Rey benar-benar profesional, begitu datang dia langsung membuat konsep. Sepertinya dia sudah hafal betul dengan rumah sakit ini.

Elsa menahan kecewa, sepertinya Rey sudah menganggap dia bukan siapa-siapa lagi. Setibanya Rey, tak ada sapaan, dia hanya fokus dengan kepala dokter bedah tanpa melirik Elsa sedikit pun. Berkali-kali Elsa menahan nafas tidak percaya, Rey sudah melupakannya sejak kejadian 10 tahun yang lalu.

"Sepertinya aku harus berdamai dengan keadaan," batin Elsa.

Elsa pulang lebih awal kondisi mentalnya belum siap menghadapi kenyataan hari ini. Dia berharap setidaknya Rey menyapanya, tapi jangankan disapa, dilirik pun tidak. Apa segitu marahnya dia, hanya sekedar menyapa saja dia tidak mau. Elsa terus berpikir dengan kesalahannya di masa lalu yang menolak orang sebaik Rey.

"Hei, Dokter El tumben buru-buru," sapa Dokter Fahri.

"Iya, dok, tetiba pengen rebahan."

"Oke. Kalau gitu, hati-hati, ya."

Elsa tersenyum, dalam hati berkata, “Hari yang berat.”

*****

Elsa kembali menyibukkan dirinya walau rumah sakit masih hangat dengan kepala rumah sakit yang baru. Kabar yang beredar Rey kembali karena akan segera bertunangan. Padahal, hari masih pagi, tetapi sudah ada yang gosip.

"Katanya Dokter Aldi sudah punya tunangan, ya?" tanya salah satu suster.

"Kabarnya sih begitu, tapi sebelum janur kuning melengkung masih ada kesempatan, say.” Salah satu suster menyahut sambil terkekeh.

Sepertinya Rey sudah benar-benar melupakan masa lalu.

"Baiklah mungkin sudah saatnya melupakan Rey," batin Elsa.

Baru saja memikirkan si doi, tetiba Rey ke luar dan berpapasan dengannya, tetapi lagi-lagi Elsa harus menahan pahit, jangankan disapa, dilirik pun tidak.

"Tarik nafas Elsa, ayo profesional kamu itu bukan orang yang gampang baperan." Elsa  terus menyemangati diri sendiri. Lebih baik berdamai dengan keadaan daripada berharap lebih dari orang yang mulai menjauh.

***

Hari yang luar biasa, hari ini Elsa melakukan operasi sebanyak dua kali dan berjalan dengan lancar, setidaknya melupakan kebaperan yang sudah mencapai maksimal. Harusnya kejadian 10 tahun yang lalu hanya menjadi kenangan meski selalu berharap dengan dia yang selalu ada untuknya.

Si Nita tiba-tiba muncul. Seperti biasa, gosip terbaru tak akan pernah dia lewati.

"Hei, El aku mencarimu ke mana-mana."

"Teruss?"

"Stop jangan pakai kata terus, gue bosan!” Melihat ekspresi Nita membuat siapa saja pasti terkekeh.

"Tau gak El, Dokter Aldi—my Oppa katanya sudah punya tunangan, say."

"Hooh."

"Dan kabarnya dia akan segera menikah."

"Hooh."

 

"Elsaaa, stop hooh … hooh itu!"

"Terus, urusannya denganku apa, Nit??"

"Masak kamu gak tertarik, El? Dokter Reynaldi Baskoro itu gantengnya sudah maksimal, dia juga sangat cerdas. Tau gak? Gosip yang beredar kemarin, dia menegur salah satu dokter karena salah memberi resep. Dia dengan gentel menjelaskan begitu detail fungsi obat yang dokter itu berikan. Hal itu bikin aku makin kesemsem, El. Tanpa memalukan sesama dokter, dia menasihati dokter tersebut di ruangannya. Sepertinya jangan main-main, deh. Dia tahu semua yang kita lakukan, setiap lorong rumah sakit sudah dia pasang CCTV." Ceritanya Nita sudah mengalahkan infotaiment.

"Alhamdulillah, itu tandanya dia keren."

"Lo gak tertarik, El? Secara sejak kuliah aku gak pernah lihat kamu dekat dengan laki-laki mana pun, El."

"Itu tandanya calon imamku bakal jadi satu-satunya di hati."

"Uwu, banget sih Dokter Elsa ini, kira-kira mau gak aku jodohkan dengan kakakku?"

"Ih, apaan Bu Dokter ini, biarkan laki-laki pujaan itu yang datang baik-baik kepadaku," jawab Elsa semanis mungkin.

"Jika yang datang itu aku gimana, El?"

Sontak kami berdua menutup mulut, tidak menyangka yang datang adalah....

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status