Share

Bab 5

Author: Khairaz
Aria bangkit perlahan, berjalan pincang saat keluar dari kamar mandi.

Dia ingin mengambil kembali ponselnya. Bagaimanapun, dia tak punya uang lebih untuk membeli yang baru.

Darah segar dari dahinya mengaburkan penglihatannya, membuatnya hampir terjatuh saat tubuhnya oleng.

Untung saja sepasang tangan muncul dari belakang dan menahannya. Saat menoleh, dia melihat paman Ian menatapnya dengan sorot mata penuh kesedihan.

Kebetulan, hari ini paman Ian memang datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan ulang.

"Aria, kenapa lukamu begitu parah?"

Aria tak menyangka bisa bertemu paman Ian dalam keadaan seperti ini. Dia menunduk dengan canggung.

Namun, justru sikapnya yang seperti ini membuat hati sang paman semakin nyeri. Dia langsung menyadari, semua luka di tubuh gadis ini pasti perbuatan keponakannya sendiri.

"Bajingan itu memperlakukanmu seperti ini?"

Awalnya dia mengira telah menjodohkan dua anak muda yang serasi, tetapi ternyata dia malah mendorong Aria ke dalam neraka.

Sang paman membawa Aria ke UGD. Setelah mengurus segala keperluan, dia pun pamit pergi.

Sebelum pergi, dia sempat berkata bahwa dirinya akan membantu Aria menyelesaikan semuanya.

Aria tak mengerti maksudnya. Dia hanya menggenggam ponsel yang layarnya sudah retak dengan ekspresi kosong.

"Ternyata kamu di sini. Susah sekali mencarimu."

Aria berbalik dan melihat Letty entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya. Dia menatap Aria yang seluruh tubuhnya basah kuyup, bibirnya melengkung penuh rasa puas.

"Kamu sudah lihat sendiri betapa perhatian Ian padaku, 'kan? Kalau kamu tahu diri, sebaiknya kamu pergi sendiri dari hidupnya. Kalau nanti sampai diusir, akan lebih memalukan."

Aria menggigit bibirnya. Memang dia sudah berencana pergi, tetapi mendengar ucapan itu dari mulut Letty terasa sangat menyakitkan.

Dia menyimpan kembali ponselnya dan membalikkan badan, tak ingin berurusan lebih jauh.

Namun, Letty langsung menariknya dengan kesal, "Sikap macam apa itu? Kamu meremehkanku? Sudahlah, aku nggak akan bersikap perhitungan sama orang bisu. Aku tahu kamu pasti susah cari kerja. Jangan bilang aku kejam. Ambillah uang ini dan tinggalkan Ian sekarang juga."

Tanpa memberi kesempatan berbicara, Letty menyodorkan selembar cek. Jumlahnya tidak terlalu besar, hanya sekitar ratusan juta. Namun bagi Aria, itu adalah nominal yang sangat besar.

Melihat Aria ragu-ragu, Letty mencibir. "Masih kurang? Selama setengah tahun ini kamu juga sudah ambil banyak dari Keluarga Kurnia. Jangan nggak tahu diri!"

Aria membuka mulut dan menggeleng. Dia tak bisa menjelaskan bahwa selama ini dia tidak pernah meminta apa-apa dari Ian. Bahkan uang pengobatan harian untuk adiknya sudah membuatnya sangat bersyukur. Dia tak pernah berani berharap lebih, takut membuat Ian semakin muak padanya.

Awalnya Aria ingin menolak, tetapi setelah berpikir ulang, dia tak punya penghasilan setelah pergi dari Keluarga Kurnia. Selain itu, ada satu nyawa kecil dalam perutnya yang harus dia lindungi.

Kalau Letty benar-benar ingin membayar untuk menyingkirkannya, kenapa tidak menerimanya saja?

Aria dibesarkan dengan prinsip tak menginginkan apa yang bukan miliknya. Maka, kali ini dia seolah-olah melawan nurani sendiri saat menerima cek itu. Wajahnya tampak bersalah.

Dia berpikir dalam hati, suatu saat nanti jika dia punya uang, dia pasti akan mengembalikannya pada Letty.

Aria melipat cek itu dengan hati-hati dan menyimpannya di saku bajunya. Menurutnya, Letty akan tinggal di rumah sakit cukup lama dan Ian pasti akan menemaninya. Itulah waktu yang tepat untuk mencairkan ceknya di bank.

Dia memutuskan untuk kembali ke rumah Keluarga Kurnia dulu untuk mengganti baju. Seluruh tubuhnya basah kuyup, dia bisa masuk angin.

Kalaupun dia sakit, itu tak jadi masalah. Namun, dia tidak ingin bayi dalam kandungannya terdampak.

Rumah Keluarga Kurnia sangat luas. Selain kamar utama, masih banyak kamar tamu. Meskipun secara status, Aria adalah Nyonya Keluarga Kurnia, dia hanya tidur di kamar tamu. Dia baru akan dipanggil ke kamar utama saat Ian ingin menyalurkan hasratnya.

Tentu saja setelah selesai, dia akan langsung disuruh kembali ke kamar tamu.

Aria melepas pakaian basahnya dan mengeringkan tubuh dengan handuk. Tanpa sadar, tangannya menelusuri perutnya. Pinggangnya masih ramping dan perutnya belum menonjol, tetapi dia merasa ajaib. Di dalam sana, ada kehidupan yang sedang tumbuh.

Dia menghela napas. Dia memang menantikan kelahiran bayi ini, tetapi juga ragu apakah dirinya bisa menjadi ibu yang baik.

Saat hendak mengenakan pakaian, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Entah sejak kapan Ian sudah kembali. Dia berdiri di ambang pintu dan melihat Aria berdiri telanjang, matanya sedikit menyipit.

Tubuh Aria yang mungil, kulitnya yang putih mulus, dan pipinya yang memerah. Aria panik dan buru-buru menarik selimut untuk menutupi dirinya. Semua itu membuat tenggorokan Ian terasa kering.

Namun, dia sangat pandai menyembunyikan perasaannya. Tak ada satu pun emosi yang terlihat di wajahnya.

Ian berkata dengan datar, "Tangan Letty cedera cukup parah. Kamu juga harus tanggung jawab. Aku nggak berharap kamu bisa merawatnya dengan baik, tapi mulai sekarang kamu masak di rumah dan aku yang akan antar makanannya ke rumah sakit. Paham?"

Aria mengangguk panik, menarik selimut lebih erat. Wajahnya yang memerah pun ditutupi dengan selimut.

Tatapan Ian menyapu kulitnya beberapa detik, lalu dia menggerakkan jemarinya untuk melonggarkan kerah bajunya. Saat hendak berbalik pergi, matanya tiba-tiba menangkap ujung kertas mencuat dari tumpukan pakaian basah di lantai.

Dia merasa aneh, lalu mengambilnya. Begitu melihat isi kertas itu, ekspresinya langsung berubah. "Aria, kamu minta uang dari Letty?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Dalam Keheningan   Bab 25

    Ian tak tahu apakah dirinya masih hidup atau sudah mati. Dia merasa dirinya sedang berjalan ke sebuah tempat yang serba putih, dunia di sekelilingnya hanyalah lautan putih tanpa akhir.Dia tidak peduli apakah dirinya bisa selamat atau tidak. Yang dia pikirkan hanyalah Aria dan anak mereka. Perempuan itu sudah menderita bertahun-tahun lamanya dan kehidupannya baru mulai membaik. Bagaimana mungkin Tuhan tega mengambil nyawanya sekarang?Ian terus melangkah ke depan, hingga dia menyadari dirinya tiba di tempat yang familier. Di luar restoran, dia pernah mendorong Aria sekuat tenaga, lalu dengan lembut melindungi Letty dalam pelukannya.Adegan berganti ke rumah sakit. Dia mencekik Aria dan memaksa perempuan itu berlutut meminta maaf kepada Letty. Saat itu, sorot mata Letty yang penuh kesombongan membuat Aria tampak sangat menyedihkan.Kemudian, di kamar mandi, dia seperti iblis yang mendorong Aria ke pojok dengan air panas menyiksa, mengancamnya dengan biaya pengobatan Ariel, memaksa perem

  • Cinta Dalam Keheningan   Bab 24

    Ian sudah terlalu lama tinggal di kota kecil ini, sampai-sampai orang tuanya menelepon khusus untuk memarahinya."Cuma karena seorang wanita bisu kamu sampai begitu? Keluarga kita nggak butuh pecundang kayak kamu!"Ian diam saja, membiarkan mereka memaki. Setelah puas, mereka menyuruhnya segera pulang, tetapi Ian hanya menjawab dengan satu kalimat tegas, "Aku nggak akan pulang."Kemudian, dia langsung menutup telepon.Aria tidak tahu soal ini dan Ian pun memang tidak berniat memberitahunya.Tak lama kemudian, tibalah hari peringatan kematian orang tua Aria. Ian langsung menawarkan diri untuk menemaninya. Tentu saja Aria tak bisa melarang. Akhirnya, mereka berdua pergi bersama ke makam.Makam orang tua Aria berdiri berdampingan. Ini pertama kalinya Ian benar-benar mengunjungi mereka.Kondisi keluarga Ian memang jauh lebih baik, jadi sulit baginya membayangkan bagaimana Aria bisa bertahan selama ini sambil merawat adiknya yang sakit. Parahnya lagi, gadis sekuat itu malah sial bertemu dir

  • Cinta Dalam Keheningan   Bab 23

    Aria lebih dulu tiba di depan rumah sakit. Saat itu, Rafa menghubunginya lewat panggilan video untuk meminta pendapatnya tentang menu baru.Ian berjalan keluar sambil membawa sekantong salep luka bakar, lalu melihat Aria sedang berkomunikasi dengan Rafa menggunakan bahasa isyarat. Wajahnya tersenyum tenang.Ian terpaku di tempat, enggan melangkah lebih dekat karena takut merusak momen indah itu. Dia sudah tak ingat kapan terakhir kali melihat Aria tersenyum begitu ringan dan alami.Dulu, Aria juga seorang gadis yang gemar tertawa. Namun, senyuman itu perlahan hilang, terkikis habis oleh sikap dingin Ian yang ditunjukkan di hari-hari biasa yang tak terhitung jumlahnya.Ian seperti orang kehausan, menatapnya beberapa detik lebih lama, lalu baru melangkah maju.Aria melihatnya dan tampak sedikit terkejut, seolah-olah baru ingat bahwa Ian juga ada di sana.Ian tersenyum kecut. "Aku sudah selesai. Ayo kita pulang."Aria mengangguk, lalu memasukkan ponselnya ke tas. Senyuman yang tadi masih

  • Cinta Dalam Keheningan   Bab 22

    Ian akhirnya tahu apa arti dari menanggung akibat dari perbuatan sendiri. Dialah yang telah menguras habis semua cinta Aria padanya."Aku tahu aku pernah melakukan banyak hal yang menyakitimu. Itu karena aku terlalu bodoh. Sekarang aku baru sadar, dibandingkan Letty, aku sebenarnya lebih peduli padamu!"Kata-katanya terdengar sangat tulus dan penuh penyesalan, tetapi di telinga Aria itu tak berbeda dengan sebuah lelucon.'Apa karena aku sedang hamil?'Ian mencoba memahami bahasa isyaratnya, lalu segera menggeleng. "Ini nggak ada hubungannya sama anak. Saat aku datang mencarimu, aku belum tahu kamu hamil. Aku ke sini karena kamu."Aria tersenyum datar. Orang yang tidak mengenalnya mungkin mengira dia senang, tetapi kalau dilihat lebih dekat, senyumannya justru penuh jarak.Dia kembali memberi isyarat tangan. 'Kalau begitu, mungkin kamu cuma butuh seorang pengasuh yang sabar dan nggak banyak nuntut.'Ian langsung terdiam. Dia ingin membantah, tetapi anehnya tak tahu harus mengatakan apa.

  • Cinta Dalam Keheningan   Bab 21

    Aria sebenarnya sudah bisa menebak maksud Ian. Namun, membeli unit di sebelah adalah hak Ian dan Aria tak bisa mengusir orang seenaknya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah mengabaikan Ian sepenuhnya.Sejak hari itu, Ian selalu datang tepat pukul 7.30 pagi dan mengetuk pintu. Dia selalu membawa sarapan yang tampak mewah dan dibuat dengan sangat hati-hati. Sekilas saja Aria sudah tahu itu pasti dipesan dari hotel mahal di sekitar."Aku tahu kamu lebih suka makanan yang ringan, jadi aku minta mereka jangan pakai terlalu banyak minyak. Bubur seafood ini pakai bahan-bahan premium. Coba deh," kata Ian, menatapnya penuh harap, bahkan terlihat gugup.Dia sudah terlalu sering ditolak oleh Aria. Sampai-sampai sekarang, bahkan untuk sekadar memberi sarapan pun dia harus ekstra hati-hati.Seperti yang bisa diduga, kali ini pun Aria tidak menerima pemberiannya.[ Jangan buang waktumu untukku lagi. ]Aria mengetikkan kalimat itu di ponsel, lalu menunjuk ke arah makanan dalam kotak termos itu, memb

  • Cinta Dalam Keheningan   Bab 20

    Aria mengalami luka yang cukup parah akibat pukulan itu, tetapi untungnya tidak ada yang fatal. Selama dia beristirahat dan merawat diri dengan baik, kondisinya bisa pulih.Sejak kejadian itu, Ian menjadi jauh lebih serius dalam menjaga keselamatan Aria. Dia bukan hanya menugaskan beberapa pengawal untuk secara diam-diam melindungi Aria, tetapi juga hampir setiap hari berjaga di sekitar Restoran Ariel, khawatir akan terjadi sesuatu lagi.Aria sudah mencoba membujuknya agar tidak perlu serepot itu. Namun, Ian seolah-olah menjadi terobsesi dengan keselamatannya. Apa pun yang Aria katakan, dia tetap keras kepala. Akhirnya, Aria pun malas berdebat lagi dan membiarkannya sesuka hati.Setelah Letty ditangkap, Ian terus berkoordinasi dengan pengacara untuk mengikuti perkembangan kasusnya. Dia berjanji pada Aria, "Aku pasti akan memastikan Letty membayar harga paling mahal atas semua yang dia lakukan."Aria hanya bisa menghela napas. Dia tahu Ian pasti merasa bersalah padanya. Namun, masalahny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status