Home / Romansa / Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir / Bab 5. Tidak Masuk Akal

Share

Bab 5. Tidak Masuk Akal

Author: El GeiysyaTin
last update Last Updated: 2021-12-28 16:22:17

Zemi berdiri dalam posisi siaga, dengan gadis yang ada dalam dekapannya. Ia mengernyitkan dahi saat Wuri memukul tangan besar yang membekap mulutnya. Mengisyaratkan agar Zemi percaya padanya.

Wuri menarik nafas dalam, mereleks-kan tubuhnya, agar Zemi tenang, tidak merasa terancam dan khawatir akan keamannya.

Zemi menundukkan kepalanya dan melihat Wuri yang juga menatapnya, hingga kedua mata mereka saling beradu. Tiba-tiba saja hati Zemi berdebar halus.

Zemi melepaskan dekapan dan tangan yang berada di mulut Wuri pun jatuh ke samping.

Wuri mendekat dan berbisik, "Tenanglah aku akan membantumu." Setelah itu Wuri keluar toilet.

Di dekat pintu, ia melihat ada seorang lelaki bertubuh tinggi besar berdiri sambil mengedarkan pandangan.

"Apa kau lihat ada laki-laki di dalam?" Tanya pria itu ketika melihat Wuri yang baru keluar dari toilet wanita.

"Tidak. Apa laki-laki itu buta sampai salah masuk toilet?"

Mendengar pertanyaan Wuri, pria itu mencebik dan meninggalkannya begitu saja.

Wuri kembali ke toilet dan menjulurkan kepalanya ke dalam. Ia berkata, dengan suara yang tertahan.

"Keluarlah, sudah aman sekarang."

"Mereka sudah pergi?"

Wuri mengangguk pada Zemi yang masih berdiri menempel di tembok toilet seperti cicak. Setelah itu ia meninggalkannya begitu saja dan berjalan keluar Cafe. Saat ia melewati ruang tengah cafe, wanita tua itu masih ada di sana dan memanggilnya.

Wuri menghampirinya dan bertanya, "Apa Anda memanggil saya nyonya?"

Wanita itu mengangguk dan balik bertanya, "Apa kau melihat ada orang lain di sana?"

"Di toilet, maksud Anda?"

Perempuan itu mengangguk.

Wuri menggeleng dan menjawab, "Tidak ada."

"Baiklah, kuharap kau tidak berbohong pada wanita tua sepertiku, kecuali kau mencoba melindunginya?"

Wuri terdiam, ia wanita jujur, yang tidak mungkin berbohong pada seorang wanita tua. Ia merasa tidak memiliki urusan apa pun dengan mereka, mengenalnya saja tidak.

Namun ketika mengingat ucapan Zemi, ia merasa perlu menolongnya. Ia mendengar laki-laki itu bicara tentang tanda lahir sial, yang dimilikinya, hingga membuat wanita tua itu mencarinya.

Bagi Wuri, apa yang ia dengar dari Zemi adalah hal yang tidak masuk akal.

Wanita tua itu akan mengurung Zemi, hanya karena ia tidak ingin melihat kesialan, yang mungkin akan terjadi pada cucunya. Namun bila ia melakukannya, maka itulah kesialan yang sebenarnya. Bagaimana tidak, Zemi akan dikurung di rumah dan tidak bisa pergi ke manapun, bukankah itu sebuah kesialan?

Wuri merasa memiliki nasib yang sama. Ia memiliki tanda lahir yang dipercaya oleh sukunya, membawa sebuah kutukan, ia hanya bisa menikah dengan laki-laki yang memiliki tanda lahir yang sama dengan dirinya.

"Maafkan saya, Nyonya. Tidak ada siapa pun di sana, selain saya," jawab Wuri sambil membungkukkan badannya berusaha menutupi rasa bersalahnya.

"Ya, baiklah, mungkin dia sudah menemukan penolongnya," gumam wanita itu sambil berlalu, menuju kendaraan pribadinya.

Wuri melihat kepergian wanita itu dengan tatapan kosong. Ia duduk di teras cafe yang sudah sepi, menunggu Natia, ditemani beberapa motor dan mobil milik para pegawai cafe yang masih terparkir di halamannya.

Setelah beberapa lama, Natia akhirnya keluar tanda ia sudah selesai bekerja. Ia menghampiri Wuri dan duduk di sampingnya. Lalu memberi keponakannya itu sepotong roti khas cafe, yang ia buat sendiri sebelum pergi.

"Nona sudah makan?" Tanya Natia sambil menyodorkan sebotol air mineral.

"Ini juga makan," jawab Wuri sambil menikmati roti pemberian Natia.

"Cuma makan roti, Nona tidak akan kenyang."

"Aku tidak seberapa lapar. Oh iya, jangan panggil aku Nona, di sini."

"Ah, mana bisa begitu. Aku tidak enak hanya memanggil nama."

Setahun yang lalu, ayah Wuri mendapatkan kehormatan untuk menjadi kepala adat di daerahnya. Hingga Wuri sebagai anaknya, layak mendapatkan penggilan kehormatan seperti bangsawan. Adat Sukunya sangat menjunjung tinggi kebiasaan leluhur dengan baik.

Akan tetapi, ayahnya meninggal, setelah beberapa bulan dinobatkan. Tidak ada seorang pun di daerahnya, yang tahu penyebab kematiannya, sampai saat ini.

Masyarakat hanya melihat peti jenazah ayah Wuri di datangkan dari Kota ke Desa kecil mereka. Waktu itu, para petugas yang membawa mayatnya hanya mengatakan, bahwa kepala Adat meninggal karena sebuah kecelakaan.

Masyarakat adat waktu itu ingin Wuri yang menggantikan ayahnya. Mereka menilainya pantas menjadi kepala Adat di Desa. Walaupun masih tergolong muda, pengalaman Wuri sudah sangat banyak.

Namun, gadis itu menolak karena ia sangat menyukai pekerjanya. Ia juga berambisi mendapatkan sertifikasi kelayakan sebagai ahli dibidangnya. Ia ingin mengejar cita-citanya, menjadi seorang yang mengajarkan kebaikan dan bermanfaat bagi banyak orang.

"Bibi Nat, di sini bukan daerah kita dan di sini aku bukan bangsawan adat Doulunga. Aku hanya pegawai biasa bahkan aku akan menumpang di rumahmu."

"Kalau begitu, kau jangan memanggilku Bibi."

"Ah, tidak masalah. Aku senang bebas seperti ini, Bibi Nat. Eh, Natia!" Teriak Wuri girang, membuat seseorang di belakang mereka tertegun dan menghentikan langkahnya.

"Apa aku boleh mengenalmu?" Tanya seorang lelaki, yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan Wuri dan Natia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Ya Tentu Saja (TAMAT)

    Ya Tentu Saja (TAMAT)Wanita itu sedikit lebih berisi dan ketika wanita itu turun di tempat yang agak tinggi, di mana dia biasa turun dan naik ke leher gajah, terlihat dengan jelas perutnya sedikit membencit.Zemi menghampiri Wuri dengan langkah yang perlahan dan sedikit ragu, dia mengingat kejadian terakhir saat mereka bertemu dan waktu itu mereka sempat melakukan sesuatu yang bisa membuat wanita itu, mengandung benihnya saat ini.Begitu dua insan itu saling menatap dan berdekatan, seketika keduanya pun sama-sama mengeluarkan air mata yang, entah disebabkan oleh apa. Namun, yang jelas kerinduan itu terukir pada tatapan mereka.Zemi tiba-tiba berlutut sambil menyebut nama Wuri, beberapa kali. Air matanya mengalir lebih deras, dia yakin bahwa gadis itu menanggung beban yang cukup berat selama ini. Tentu saja benar apa yang di pikirkan oleh Zemi, jika Wuri memang sudah menanggung beban yang demikian berat, dia berusaha setengah mati menahan rindu dan cintanya sementara dia tengah m

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Tidak Menemukannya

    Tidak MenemukannyaSemalaman mereka bergadang, sesekali Zemi menggantikan Ajer menyetir karena pria itu terlihat mengantuk.Sesampainya di sana, hari sudah menjelang pagi, mentari sudah menampakkan cahayanya. Dua mobil kontainer yang tiba lebih dulu, menunggu perintah dari majikan mereka untuk menurunkan barang. Setelah mobil mewah yang dikendarai Zemi, Renata dan Ajer tiba, barulah semua barang mereka turunkan semuanya.“Kau datang lagi?” tanya Khazanu menyapa Zemi.“Ya, Tuan Khazan, apa ada masalah dengan kedatanganku?” tanya Zemi penuh percaya diri.“Tidak,” sahut Khazanu.Dia mengabaikan Renata dan Ajer, karena hanya Zemi yang dia kenal. Saat melihat dua truk besar tiba, dia segera melihatnya dan begitu melihat Zemi, dia pun heran karena pria itu begitu gigih berjuang demi mendapatkan Wuri, seperti keinginannya. Kedatangannya kali ini menunjukkan jika ujiannya berhasil setelah sekian lama.Wuri tidak ada di tempat itu, karena sejak kejadian terungkapnya penyebab kematian aya

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Hadiah Sekampung

    Hadiah SekampungBeberapa bulan berlalu setelah kejadian itu, Zemi berharap Wuri mengirimnya pesan melalui ponsel tapi, benda canggih itu selalu hening, tanpa adanya panggilan dari orang yang dia rindukan. Hatinya sakit karena merasa diabaikan padahal hanya dirinyalah satu-satunya harapan.Zemi memutuskan untuk kembali ke negaranya dan, menjalaninya hari-hari seperti biasa. Dia kembali menyibukkan diri di perusahaan bahkan, pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah disentuhnya, pun sekarang selesai di tangannya. Dia melakukan semua itu hanya karena ingin melupakandisentuhnya, setelah merasa dicampakkan oleh kekasihnya begitu saja, tanpa pesan dan kata-kata, hanya karena kesalahpahaman belaka.Zemi sudah mengirimkan bukti walaupun tidak kuat dan tidak banyak, tetapi, bukti itu seharusnya cukup untuk meyakinkan kepala suku Khazanu, juga Wuri, jika keluarganya terutama sang kakek tidak bersalah dalam kejadian itu.“Kedua orang itu bersahabat karib sejak lama, tidak mungkin saling menya

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Antara Percaya Dan Tidak

    Antara Percaya dan Tidak Wuri diam dan hanya menangis bahkan, saat Zemi hendak menghapus air mata di pipinya pun dia menolak bahkan menepis tangannya dengan kasar. Oleh karena itu, Zemi langsung menghubungi kakaknya karena saat kejadian itu berlangsung kakaknya pun berada di sana. Dia mengatakan apa yang terjadi di tempat itu semuanya, tanpa kecuali bahkan sejak pertemuan awalnya dengan Wuri secara singkat. “Bukan begitu ceritanya, yang dilihat laki-laki itu salah, kamu sudah melarangnya untuk mengambil boneka milik anakku. Memang anakku terus menangis karena dia tidak bisa tidur kalau tidak memeluk bonekanya.” Kakak Zemi bercerita dari ujung telepon. “Jadi, itu hanya salah paham?” kata Zemi. “Ya, aku dan Kakek sudah melarangnya, dan itu pun sudah kami bawa dia berlari lebih cepat, bukankah Kakek juga terluka kakinya hingga dia harus memakai kruk sampai dia tiada?” “Ya!” “Semua karena kejadian itu, tapi, kakek selalu bilang itu karena kecerobohannya, padahal saat itu, Kakek sed

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Keluarga Seorang Pembunuh

    Keesokan harinya ketika Wuri keluar dari kamar, Khazanu, sang kepala suku sudah menunggu bersama seorang pembantunya. Tentu saja Wuri mengenal dua orang yang sangat akrab selama ini. Mereka kemudian duduk secara berhadap-hadapan di ruang tamu.Kepala suku Khazanu, sengaja datang ke rumah Wuri karena dia mendengar sebuah informasi bahwa, gadis itu bermalam dengan seorang laki-laki. Kecurigaannya muncul karena dipicu oleh rasa khawatir jika anak dari sahabatnya itu memiliki hubungan khusus dengan orang yang kemarin datang dan bermesraan sampai malam tiba.“Apa kau melindunginya di sini?” kata Khazanu memulai pembicaraa setelah mereka berbasa basi sebentar.“Siapa maksud Anda, tidak ada orang lain di sini selain aku!” Wuri berkata membala diri.“Jangan berbohong padaku aku mengetahui semuanya!”“Apa maksudmu Jemi? Kalau dia yang Anda maksud, ya ... memang dia datang kemarin malam dan aku mencegahnya untuk pulang, memangnya Apa salahnya dengan hal itu?”“Apa kau lupa dengan resiko

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 55. Sebuah Tanda

    Sebuah Tanda Yang SamaSesampainya di rumah Wuri, Zemi meminta gadis itu untuk menunjukkan di mana kamarnya.Tentu saja Wuri enggan tapi, Zemi berkata, “ Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, dan sebelum orang lain tahu, aku ingin kau yang lebih dahulu tahu!”“Apa itu, katakan saja padaku!” Wuri masih tidak mengerti dengan apa yang akan ditunjukkan oleh Zemidean.Zemi melihat ke sekeliling dan dia tidak menemukan orang lain selain mereka.“Ke mana semua pelayanmu?” tanya Zemi.“Mereka bekerja di kebun, dan baru akan pulang sore nanti.”“Baiklah kalau begitu, tidak masalah aku membuka bajuku di sini!”“Tunggu, apa yang akan kau lakukan?”“Wuri, aku punya tanda yang sama seperti di tubuhmu!”“Bagaimana kau tahu, apakah itu sama atau tidak?”Zemi hendak membuka Hoodienya di ruang tamu, saat Wuri mencegah dan menarik tengan pria itu ke kamarnya. Pandangan mata Zemi berputar ke sekeliling kamar yang rapi dan menyebarkan aroma bunga anggrek bercampur asap dupa. Tidak ada perabot

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 54. Bagaimana Kalau Aku

    Bagaimana Kalau Aku?“Setelah aku mengajakmu ke sana, baru aku akan mengajak Jubi jalan-jalan untuk menghibur hati,” kata Wuri. “Apa sekarang kau sedih?” “Ya kalau aku ini ingin hiburan atau aku sedih, Juni lah yang menghiburku!” “Apa kau akan tidur dengannya, sampai dia membuatmu bahagia?” “Ya! Aku sering tidur di perutnya. Kita akan bermain dan dia akan menggendongku, aku bisa bermain dengan belalainya. Itu menyenangkan!” “Oh!” Zemi mengangguk. Mereka kembali ke rumah, Zemi dipersilakan untuk masuk dan duduk sambil menunggu Wuri membawa persembahan. Pria itu melihat ke sekeliling ruangan yang dipenuhi pernak pernik kerajinan khas adat dan sukunya termasuk beberapa hiasan khas dari berbagai negara, ada juga foto-foto ayah Wuri dalam berbagai aktivitas. Ada juga foto ibunya, foto gadis itu saat masih kecil dan juga beberapa gelang kehormatan yang berjajar di dinding, yang artinya sudah banyak kemampuan dasar yang dimiliki Wuri serta keluarganya menurut adat. Wuri keluar dengan

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 53. Bersikap Menerima Kenyataan

    Bersiap Menerima KenyataanSetelah lama menunggu, Zemi tidak lagi mendapatkan jawaban meskipun pesan itu terbaca. Tanpa sepengetahuan pria itu, Wuri menangis dengan wajah ditutup bantal agar tidak terdengar oleh para pelayan rumah dan pekerja lain, yang masih belum tidur dan tinggal di rumah itu. Mereka yang mengisi rumah saat dirinya tidak ada. Gadis itu tidak siap jika harus kehilangan Zemi, ini adalah ke sekian kalinya dia merasakan jatuh cinta, tapi, untuk ke sekian kalinya pula dia harus patah hati. Namun, mau tidak mau harus siap kehilangan lagi. Akhirnya wanita itu tertidur setelah lelah mendingan hati yang sesak karena rindu. Kalau saja Zemi tidak berjasa begitu besar padanya maka, dia akan mudah melepaskan rasa. Keesokan harinya Zemi datang terlalu pagi, hingga saat dia muncul di rumah itu, pintunya pun belum di buka, bahkan Wuri belum bangun karena baru tertidur setelah menjelang pagi. Pria itu memakai celana jeans hitam dan hoodie abu-abunya. “Apa kau menunggu Nona Law

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 52. Dikira Kekasih

    Dikira KekasihZemi tidak bisa memaksa walaupun dia sangat ingin tetap bersama karena dia tahu posisi dan kedudukan Wuri hingga harus menjaga diri dengan baik. Dua orang itu berjalan menuju rumah Wuri karena gadis itu meminta Zemi untuk singgah dan kebetulan dia pun ingin tahu kediaman gadis idamannya. Mereka masih mengobrol tentang motel yang ditempati Zemi saat kepala suku datang menghampiri. Pria itu sudah sehat kembali setelah sakit lebih dari sepekan awal bulan lalu, Wuri pun datang menjenguknya selama dua hari saat itu.Pria itu mendengar jika Wuri sedang berduaan dengan seorang pria pendatang dan dia memeluk gadis itu, inilah laporan yang membuatnya senang sekaligus was-was. Biar bagaimanapun juga, gadis itu adalah titipan dari sahabatnya, untuk di jaga sebaik-baiknya apabila sampai tua dia tidak menemukan jodohnya. Dia tidak ingin ada hal buruk terjadi padanya.“Ah! Ketua, kenapa kemari, ini sudah malam!” kata Wuri dalam bahasa daerahnya setelah memberi penghormatan khas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status