Share

Bab 4

Author: Esra Ayla
Aku menahan rasa sedih dan mengangkat kepalaku tinggi-tinggi agar air mataku tidak jatuh, sambil bertanya pada Jordan.

"Apa kamu nggak tahu kalau aku sedang hamil? Aku baru saja mendonorkan 400 ml darah, sekarang kamu malah memintaku untuk membuat daging rebus saus dan sup ikan?"

Ekspresi menyanjung di wajah Jordan segera berubah muram, dia pun berkata dengan kesal.

"Kenapa kamu terus menunda? Apa kamu begitu enggan untuk memasak?"

"Aku hanya memintamu untuk mendonorkan darah sebanyak 400 ml. Kalau bukan karena dokter hanya mengizinkanmu mengambil darah sebanyak ini, aku pasti meminta dokter untuk mengambil lebih banyak lagi!"

Aku menatapnya dengan tak percaya.

Air mataku pun mengalir membasahi wajahku.

"Jadi, aku hanyalah tangki penyimpanan darah bagimu, 'kan? Lalu, kenapa kamu mau menikahiku?"

Jordan menatapku, sedikit kepanikan terlihat di matanya.

Tepat saat dia hendak menghiburku, ponselnya berdering.

Suara lembut Hanna terdengar.

"Kakak Ipar, aku sangat sengsara, bisakah Kakak masak untukku? Aku tahu kalau Kakak membenciku dan tidak ingin aku hidup, dia bahkan ingin aku mati!"

Tak lama kemudian, terdengar suara orang tuaku menghiburnya dan memarahiku di dalam telepon.

"Hanna, jangan nangis, Elena pasti memasak untukmu. Kalau nggak, aku akan mengusirnya dari Keluarga Heis besok."

"Ya, kita hanya memintanya untuk memasak, bukan membunuhnya!"

Jordan sangat marah hingga menjambak rambutku dan menarikku ke depan ponsel, lalu berbicara padaku dengan kasar sambil melototkan matanya.

"Apa kamu mau masak, segera beri tahu Hanna!"

Aku merasa kulit kepalaku akan jatuh dijambak olehnya, aku gemetar kesakitan.

Pria di hadapanku yang dulu kuanggap sebagai penyelamat hidupku, kini bagaikan iblis yang menyeretku ke jurang tak berujung.

Aku sungguh kecewa padanya.

"Oke!"

"Aku masak!"

Aku mengucapkannya sekata demi sekata.

Akhirnya, Jordan melepaskanku dengan puas. Dia menatapku tanpa ekspresi dan membawa ponselnya ke balkon.

Aku pun terduduk di lantai dengan menyedihkan.

Setelah sekian lama, aku terhuyung-huyung ke dapur.

Aku bahkan tidak tahu kapan Jordan menghampiriku.

Dia menatapku dengan ekspresi bangga di wajahnya.

"Elena, kamu sungguh murahan, bukan? Aku bilang baik-baik, kamu malah menolak dan sengaja mencari masalah."

Aku tidak menjawab.

Dulu dia mencintaiku sepenuh hati.

Tidak tega melihatku menderita ketidakadilan.

Aku ingat pernah sekali, aku sedang mengemudi dan bertabrakan dengan mobil lain.

Orang itu bergegas maju dengan agresif untuk bertengkar.

Saat itu, Jordan yang biasanya lembut mulai kehilangan kesabaran untuk pertama kalinya dan bahkan berkelahi dengan pemilik mobil di jalan.

Dia bilang,

"Tak peduli kapan pun, aku akan selalu menjadi pelindungmu yang paling aman!"

Namun, orang yang mengaku bakal melindungiku malah menjadi orang jahat yang menyakitiku.

Baik di mata maupun di hatinya sudah tidak ada aku lagi.

Hari sudah dini hari saat aku siap memasak.

Aku tidak tidur sepanjang malam.

Jordan membawa makanan ke rumah sakit pagi-pagi sekali.

Melihat jam menunjukkan pukul sembilan, aku juga berangkat ke rumah sakit.

Operasi aborsi dijadwalkan hari ini.

Setelah tiba di rumah sakit, aku berbaring di ranjang dan menunggu perawat mendorongku ke ruang operasi.

Dokter yang melakukan operasi bertanya padaku dengan menyesal.

"Bu Elena, apa kamu nggak mau mempertimbangkannya lagi?"

Pada saat itu, aku begitu tenang, hingga membuatnya takut.

"Nggak usah, menggugurkan adalah pilihan terbaik."

Aku diberi anestesi.

Saat aku didorong ke ruang operasi, Jordan kebetulan lewat.

Aku terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, Jordan melihatku yang tengah tertutup selimut.

Dia mendadak merasakan guncangan di seluruh tubuhnya dan kakinya tampak lemas.

Dia segera meraih perawat di sebelah dan menanyainya.

"Siapa orang ini? Operasi apa yang dia jalani? Kenapa dia memasuki ruang operasi?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (15)
goodnovel comment avatar
Dewi Amna
aplikasi yang membagingkan, bikin males
goodnovel comment avatar
Dewi Amna
sudah beli koin tapi nggak dapet koinnya, uang sudah masuk, masih ada koin tapi juga nggak bisa buka
goodnovel comment avatar
Bunda Yuni
iya ihhh bikin pusing aja ini peraturannya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Datang Terlambat   Bab 9

    Aku berpartisipasi dalam kompetisi tari dan memenangkan medali perak.Guru menatapku dengan rasa sayang."Kalau kamu nggak hamil dan memperbanyak pelatihan diri selama waktu itu, kamu pasti akan memenangkan medali emas."Namun, aku sangat puas.Bisa memenangkan medali perak telah membuktikan kemampuanku.Saat turun dari pesawat, Andry memberiku buket bunga."Pengamen, selamat! Tak kusangka kamu benaran memenangkan penghargaan ini."Aku sangat berterima kasih padanya.Kalau saja waktu itu Andry tidak berinisiatif membongkar kasus suap yang dilakukan Hanna kepada juri dalam lomba itu, aku nggak akan bisa lolos untuk mengikuti kompetisi ini."Aku yang seharusnya berterima kasih padamu. Kalau bukan karena kamu, aku nggak akan bisa berpartisipasi dalam kompetisi ini."Andry tersenyum."Jangan hanya mengucapkan terima kasih, bagaimana kalau mentraktirku makan?""Tentu saja bisa. Jangankan sekali, sepuluh kali pun tidak masalah. Kamu sudah memberiku makan berkali-kali saat kecil, anggap saja

  • Cinta Datang Terlambat   Bab 8

    Aku istirahat selama setengah bulan.Hal pertama yang aku lakukan setelah keluar dari rumah sakit adalah menghubungi mantan guru tariku dan mengusulkan untuk berpartisipasi dalam kompetisi tari."Tapi sekarang kontestannya telah dikonfirmasi, bagianmu telah diberikan pada adikmu."Sayang sekali, desah aku."Guru, apa benar nggak ada cara lain?""Ada, masih ada satu cara, yaitu lomba tari!"Saat aku tiba di kelas tari, guru sedang melakukan pelatihan."Ikuti aku, lakukan satu putaran untuk melihat apakah keterampilan dasarmu menurun setelah hamil selama beberapa bulan."Setelah menyelesaikan satu putaran pelatihan dengan guruku, aku bertanya tentang lomba tari."Aku sudah mengirimkan lamaranmu untuk lomba tari, lomba ini dijadwalkan seminggu lagi. Kamu bisa melakukan latihan pemulihan dalam beberapa hari ke depan, jangan mempermalukanku."Sampai hari perlombaan tari, aku baru mengetahui kalau orang yang bertanding denganku itu Hanna.Dia datang bersama Jordan.Baru beberapa hari tidak

  • Cinta Datang Terlambat   Bab 7

    Seperti yang diduga.Begitu suara Ayah dan Ibu terdengar di luar bangsal, Hanna segera bergegas keluar dan terisak-isak di pelukan Ibu.Ayah dan Ibu yang awalnya tertegun ketika melihatku dirawat di rumah sakit, langsung menatapku dengan dingin."Elena, kami hanya memintamu untuk mendonorkan darah, kenapa kamu berpura-pura sakit dan dirawat di rumah sakit? Cepat keluar dari bangsal dan pulang membuat sup untuk adikmu."Mereka mengumpatku, tapi tampaknya masih belum puas.Hanna menundukkan kepala dan berbisik di telinga ibu, wajah Ibu langsung menjadi muram."Dan aku perintahkan kamu untuk meminta maaf kepada Hanna sekarang juga! Kenapa kamu mengucapkan kata-kata menyakitkan itu padanya!"Setelah mendengar kata-kata ini, aku tertawa tak terkendali.Sampai hari ini, aku benaran menyerah terhadap mereka."Kenapa aku harus minta maaf? Apa aku salah bicara? Hanna berani melakukannya, tapi malah melarangku untuk mengatakannya?""Dia tahu aku membencinya, lalu kenapa muncul di hadapanku setia

  • Cinta Datang Terlambat   Bab 6

    Jordan menggelengkan kepalanya seperti orang gila.Dia menatapku dengan pandangan kosong, seakan berusaha mencari kata-kata untuk membantahku.Aku hanya mengatakannya dengan dingin, dia langsung terdiam."Kalau benaran unik bagimu, kamu tidak akan begitu ceroboh terhadap anak, kamu juga tidak akan mati-matian memintaku untuk mendonorkan darah. Kamu bahkan lebih suka membuat sup ayam untuk Hanna daripada menatap kami."Aku baru saja selesai berbicara.Pintu bangsal didorong terbuka.Hanna datang sambil menangis dan mulai berpura-pura lemah."Aku tahu Kakak membenciku, kalau begini, kenapa Kakak mendonorkan darah untukku? Lebih baik aku mati saja daripada membuat kakak marah."Saat berbicara, matanya selalu tertuju pada Jordan yang sedang teralihkan perhatiannya.Biasanya saat dia mengucapkan kata-kata ini, Jordan selalu membelanya.Sayangnya, Jordan sendiri kini putus asa. Dia tergeletak kaku di lantai dengan suara berdengung di kepalanya.Aku mengangguk tanpa menyamar.Aku tidak menyem

  • Cinta Datang Terlambat   Bab 5

    "Maaf Pak, ini adalah privasi pasien, kami bertanggung jawab untuk merahasiakannya."Jawaban perawat tidak memuaskan Jordan.Dia terus bertanya, keringat dingin muncul di dahinya."Aku suaminya, aku berhak mengetahui operasi apa yang sedang dijalaninya!""Kalau kamu suaminya, harusnya kamu tahu operasi apa yang dia jalani, nggak perlu bertanya pada kami."Tidak mendapatkan jawaban, kepanikannya makin bertambah.Jordan membanting keras pintu ruang operasi yang tertutup."Buka pintu, cepat buka pintu!"Matanya tanpa sadar memerah.Adegan yang baru saja kulihat terus terbayang dalam pikiranku.Operasi sudah berlangsung, tentu tidak bisa dihentikan.Dua satpam langsung mengusir Jordan.Aku terbaring di ranjang rumah sakit, otakku samar-samar mendengar teriakan Jordan.Senyum puas muncul di sudut bibirku, lalu aku pun tertidur lelap.Saat membuka mataku lagi, Jordan muncul di depan ranjang.Sepertinya dia sudah lama menungguku.Matanya merah.Melihatku bangun, Jordan segera duduk di kursi r

  • Cinta Datang Terlambat   Bab 4

    Aku menahan rasa sedih dan mengangkat kepalaku tinggi-tinggi agar air mataku tidak jatuh, sambil bertanya pada Jordan."Apa kamu nggak tahu kalau aku sedang hamil? Aku baru saja mendonorkan 400 ml darah, sekarang kamu malah memintaku untuk membuat daging rebus saus dan sup ikan?"Ekspresi menyanjung di wajah Jordan segera berubah muram, dia pun berkata dengan kesal."Kenapa kamu terus menunda? Apa kamu begitu enggan untuk memasak?""Aku hanya memintamu untuk mendonorkan darah sebanyak 400 ml. Kalau bukan karena dokter hanya mengizinkanmu mengambil darah sebanyak ini, aku pasti meminta dokter untuk mengambil lebih banyak lagi!"Aku menatapnya dengan tak percaya.Air mataku pun mengalir membasahi wajahku."Jadi, aku hanyalah tangki penyimpanan darah bagimu, 'kan? Lalu, kenapa kamu mau menikahiku?"Jordan menatapku, sedikit kepanikan terlihat di matanya.Tepat saat dia hendak menghiburku, ponselnya berdering.Suara lembut Hanna terdengar."Kakak Ipar, aku sangat sengsara, bisakah Kakak ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status