Share

Dua Dunia Yang Berbeda

Kata putus yang keluar dari mulut Keysha itu membuat keduanya kini terdiam. Ares sedang memijit pangkal hidungnya yang terasa berat. Sementara Keysha kini menolehkan kepalanya ke arah lain, kini air matanya sudah turun. Ketika emosinya memuncak, air mata itu selalu turun tanpa perintah.

"Key, Aku kesini itu buat tenangin diri aku. Kenapa kamu ngajak ribut kayak gini sih ? Kamu serius soal kata-kata kamu ?" Tanya Ares.

Keysha terdiam mendengar ucapan Ares. Ia berpikir, apakah dia salah membuat berbicara. Air matanya juga tak kunjung berhenti turun. 

"Kamu ga ngerti perasaan aku" Ujar Keysha dengan nada terisaknya.

"Oh jadi ini semua salah aku ?"

"A-ares-" 

"Key, kayaknya kita ga bisa bicara buat sekarang. Kita sama-sama panas. Kita bicara lain waktu aja"

"Lain waktu ? Kapan ? Soal berita itu gimana ? Aku ga mau bikin karir kamu hancur"

"Soal itu ga usah dipikirin, biar manajemen aku yang urus. Itu keahlian mereka"

"Jadi aku ga boleh ikut campur ?"

"Key" Ares mengusap kasar wajahnya.

"Lebih baik kamu tenangin diri kamu aja dulu. Aku pulang ya" Final Ares sebelum ia bangkit dan pergi dari sana.

Sekarang tersisa Keysha sendirian di dalam apartemennya. Kini tangisnya semakin pecah saat terdengar pintu apartemennya tertutup sedikit keras. Ia tak pernah berpacaran sebelumnya, jadi sekarang ia sungguh tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Bertanya pada teman juga bukan pilihan, karena Keysha tak memiliki seorang pun teman yang sangat dekat dengannya. 

Keysha berpikir, kenapa pacaran semelelahkan ini, padahal mereka baru saja saling mengikat beberapa hari yang lalu. Apa ini yang dihadapi semua orang ketika berpacaran. Setahunya, ia hanya melihat mereka yang berpacaran itu dipenuhi kebahagiaan, bukan seperti sekarang. Perasaan Keysha sedang kalut dan takut, tapi kenapa kekasihnya tak mau menenangkannya, seperti kekasih orang-orang itu. Harusnya Ares mengerti itu, tetapi ia justru pergi di saat seperti ini.

Keysha pun beranjak dan mengambil laptopnya. Ia duduk di depan laptopnya dengan menatap cerita karangannya. Kemudian ia mulai mengetikkan kata-kata yang terlintas begitu saja di otaknya. Di saat kacaunya perasaan yang ia alami, entah kenapa ia malah semakin mudah menulis. Ia terasa seperti sedang mencurahkan isi hatinya pada tulisannya itu. Satu demi satu kata ia ketik bersama dengan turunnya air mata dari pelupuk matanya. Entah kenapa bisa pas, kini tokoh dalam fiksinya itu juga sedang mengalami konflik dan berada di ambang perpisahan.

"Putus ?" 

Tangan keysha tertahan di atas Keyboardnya. Melihat tulisan putus yang baru saja ia ketik membuatnya berhenti. Apakah itu kata yang cocok untuk hubungan tokohnya itu, tapi rasanya itu hanya keegoisan tokoh perempuan itu tanpa memikirkan si lelaki. Kedua tokohnya sama-sama mengalami kesulitan, bukankah kata itu akan semakin membuat kedua tokoh itu semakin sengsara. Keysha pun menghapus lima huruf terakhir itu. Ia menutup laptopnya dengan keras.

"Tidak, tidak, mereka tidak boleh putus terlebih dahulu. Tapi- Ah sudahlah" 

Keysha pun memutuskan untuk pergi ke kasurnya, sepertinya tidur dapat memberikan jawaban atas apa yang harus dilakukan tokohnya itu, atau bahkan mungkin dirinya dengan Ares.

---

Hari ini adalah penayangan perdana film Namsan I'm In Love. Beberapa artis dan jajaran kru film ikut menonton tayangan perdana di bioskop terbesar di negara ini. Salah satunya adalah sang pemeran utama Aresta Mahendra. Dia datang bersama dengan Anindhita Geraldyn, salah satu aktris muda yang digemari hampir seluruh pemuda. Selain parasnya yang cantik, kemampuan aktingnya juga tak kalah. Dua aktor populer di negara ini memainkan sebuah film tersebut, yang mana tentunya memancing sangat banyak antusias baik dari penggemar Ares, maupun dari penggemar Anindhita. Hari pertama penayangan film ini, seluruh kursi sudah terjual habis.

"Res, gimana perasaan lo ?" Tanya Anindhita yang sedang membenahi riasannya.

"Ya menurut lo aja, Nin. Gue gugup banget asli" Jawab Ares sambil memainkan gawainya di sebelah Anindhita.

"Penggemar lo kan banyak, ngapain gugup sih ? Kalo ada lo mah pasti rame filmnya"

"Enggak lah, Nin. Penggemar lo kan juga banyak, mereka pasti juga pada rame mau nonton karena lo"

"Ih, mulut lo tuh ya. Ares, kalau gue ga inget ini buat chemist kita di film, kayaknya gue bakal beneran baper sama lo deh"

"Kenapa ? gue memang idaman banget ya kan" Ares menaikkan alisnya beberapa kali.

"Dih, apaan sih. Lo bukannya udah punya pacar ya ? Kemarin abis rame tuh di berita. Iya bukan sih ?"

"Manajemen gue udah konfirmasi"

"Jadi beneran orang yang mirip lo aja ? Ga percaya gue"

Sementara itu Ares hanya mengendikkan bahunya. Tak lama setelahnya, kedua aktor pemeran utama itu dipanggil oleh salah seorang kru mereka untuk segera memasuki sinema. Keduanya pun bergegas, setelah sebelumnya membenahi sedikit penampilannya.

Mereka pun berjalan ke dalam ruang sinema. Saat keduanya masuk, langsung suara teriakan mengiringi mereka. Gawai-gawai pun sudah bersiap di atas untuk merekam mereka berdua.

"Ini dia pemeran utama kita, Aresta Mahendra dan Anindhita Geraldyn. Selamat datang. Silakan perkenalkan diri kalian" Seorang pembawa acara penayangan perdana film itu menyambut kedatangan Ares dan Anindhita.

"Halo semua, gue Aresta Mahendra sebagai Rafael Kim"

"AAAA KAK ARES"

"KAK ARES GANTENG BANGET"

"ARES LOVE YOU"

"ARES LO GANTENG BANGET"

Berbagai teriakan serupa langsung berkumandang ketika Ares menyapa mereka. Ini adalah dunia Ares, pujian tampan dari kaum hawa menjadi rutinitas sehari-harinya. Gawai yang saling berebut tempat untuk memotret atau merekamnya itu sudah makanan sehari-harinya. 

"Dan gue Anindhita Geraldyn sebagai Diana Kusuma"

"KAK ANIN"

"KAK ANIN CANTIK BANGET"

"Okay, Rafael Kim dan Diana Kusuma. Boleh diceritain ga sih, gimana tokoh yang kalian peranin itu ? Dari siapa dulu nih ? Ares boleh, silakan"

"Rafael Kim ini adalah seorang mahasiswa pertukaran pelajar yang sebenernya juga punya darah Korea. Meskipun begitu, dia ini tak mendapat perlakuan bagus di Korea karena ia lahir dari kecil di Bali"

"Waahh menarik banget ya, padahal dia itu keturunan asli Korea ya, tapi dia justru ga diterima sama warga sana. Kalo peran Anindhita gimana sih ?"

"Diana Kusuma itu adalah anak seorang TKW yang bekerja di Korea Selatan. Tapi karena tak ada keluarga lagi yang bisa merawatnya, ia terpaksa harus ikut ibunya ke Korea. Ia juga harus bekerja disana"

"Waahhh, menarik banget nih. Sama-sama dari sini tapi malah bertemunya di Korea"

"Bener banget, cerita ini menarik banget. Waktu gue baca skripnya, gue langsung jatuh cinta banget sama kisah mereka berdua ini" Sahut Ares.

"Serius ? seorang Aresta Mahendra teman-teman, dia langsung jatuh cinta sama cerita ini. Makin penasaran ga nih kalian ?"

Penonton semakin riuh saat digoda oleh sang pembawa acara. Ares tersenyum melihat semua penonton disana yang terlihat sangat antusias dengan karyanya itu. Ada rasa kehangatan yang menjalar ke hatinya ketika melihat orang-orang itu tidak sabar menanti karya-karyanya. Sampai di salah satu kursi sinema itu, Ares melihat seseorang yang sangat tak asing baginya. Tatapan mata itu menatap tepat di mata Ares. Perdebatan mereka kemarin kini kembali terlintas dalam benak Ares.

"Ares, ada apa ? DItanya itu" Anindhita menyenggol Ares yang hanya terdiam sedari tadi. 

"O-oh, kenapa ?"

"Wah Ares lagi ga fokus ya ? Capek mungkin ya, kan projectnya banyak banget nih Ares"

Ares pun membalas dengan tersenyum malu-malu. Tetapi matanya tak hilang fokus dari keberadaan perempuan disana. Keysha, perempuan itu sedang duduk di bangu ujung atas sambil menatapnya. Tatapan itu bahkan tak bisa Ares pahami.

"Tadi saya bertanya, apa ada adegan kissing ga nih di filmnya ? Ini penonton juga penasaran banget loh. Jangan lupa siapin hati kalian ya guys" Pembawa acara itu tertawa menggoda penonton.

"K-kissing ?"

Ares menatap takut-takut ke arah Keysha yang duduk di ujung sana. Dari sekian banyak tentang filmnya, kenapa harus pertanyaan ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status