Share

Ancaman

"Ada yang lebih dari itu juga sih. Bener ga ?" Bukan Ares, tapi Anindhita yang menjawab itu.

"Apa ? lebih ? Lebih yang gimana sih, mau di spill dong. Biar temen-temen disini makin iri, iya ga ?" Timpal si pembawa acara.

Teriakan sedih penonton sukses mengalihkan pandangan Ares dari Keysha. Ia menatap seluruh penonton di depannya, ini pertama kalinya ia tak fokus dalam bekerja. Keysha benar-benar membuat Ares merasakan sesuatu yang berbeda. Setelah menampar diri tidak secara harfiah, Ares menunjukkan senyuman terbaiknya kepada para penggemarnya disana.

"Lihat aja deh filmnya, nanti kalian juga tahu" Final Ares.

"Bener juga, sebentar lagi penayangan di mulai juga. Buat kalian yang penasaran, langsung aja kita tonton sebentar lagi ya. Untuk seluruh pemain boleh langsung duduk di kursi yang telah di sediakan. Film sebentar lagi di mulai, jadi saya selaku pembawa acara disini mengucapkan terima kasih kepada seluruh penonton yang hadir disini. Selamat menikmati filmnya"

Setelah pemutaran film selesai, para pemain film lanjut melakukan wawancara eksklusif untuk beberapa media. Dalam wawancara itu, kaki Ares terus bergerak gelisah. Ia sangat ingin segera menyelesaikan seluruh kegiatan ini dan pergi menemui kekasihnya. Entah kenapa ada seperti perasaan ingin melihat sosoknya sesegera mungkin.

"Ini udah selesai ?" Tanya Ares pada Anindhita.

"Udah, ini media terakhir yang wawancara. Kenapa emangnya ?" Tanya Anindhita bingung melihat Ares yang seperti sedang gelisah.

"Gue pergi dulu ya sekarang"

"Hah ? Kemana ?"

"Gue ada urusan mendadak"

"Loh bukannya abis ini kita ada makan malem bareng staf ya ? Lo ga ikut ?"

"Gue skip dulu deh kayaknya. Gue pergi ya"

Setelah itu ia benar-benar beranjak dari sana. Bahkan panggilan berkali-kali yang dilontarkan Anindhita tak ia gubris sama sekali. Ia mengambil jaket miliknya secara asal dan memakai masker. Kemudian ia segera berlari menyusuri kawasan mal itu.

Ia bahkan tak peduli ada banyak penggemarnya yang mungkin akan mengerubutinya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah Keysha seorang. Dan seperti keberuntungan berpihak padanya, ia melihat Keysha hendak memasuki lift yang sudah terbuka itu. Dengan segera ia berlari dan menyahut tangan perempuan itu.

Keysha yang tiba-tiba digandeng itu terkejut, hampir saja ia berteriak, sampai ia mengenali seseorang dibalik masker itu.

"A-are-hmmp" Mulut Keysha langsung dibungkam sebelum ia menyelesaikan katanya.

"Ssst ikut aku dulu" Bisik Ares di telinga Keysha.

Lalu Ares pun menyeret Keysha pergi dari sana. Mereka terus berjalan sampai ke basement parkir tanpa sepatah kata pun. Beruntung hari ini ia pergi membawa mobilnya sendiri, jadi ia bisa pulang terlebih dahulu. Ares menekan alarm mobilnya, setelah melihat dimana mobilnya, ia bergegas kesana.

"Masuk" Perintah Ares.

"Ng-ngapain ?"

"Masuk aja dulu, aku mau ngomong"

Keysha pun menurut, ia masuk ke dalam mobil Ares. Setelah keduanya masuk. Kini malah tak ada pembicaraan apapun di dalam sana. Yang terjadi hanya keduanya saling memandang satu sama lain.

"Jadi, apa ?" Tanya Keysha menggantung.

Benar, Ares tadi ingin mengatakan bahwa ia mempunyai sesuatu untuk dibicarakan. Tapi setelah masuk mobil, ia baru ingat bahwa mereka berdua tengah dalam keadaan bertengkar. Ares yang berpikiran untuk memeluk dan menciumnya sebagai pelampiasan rindunya, langsung ia urungkan begitu saja.

"Kamu ga bilang kalau mau dateng ke acara premiere aku ?"

"Emangnya kenapa ?"

"Ga papa sih"

"Ares,"

"Key,"

Keduanya berbicara secara bersamaan. Hal itu tentu membuat keduanya juga terkejut dengan situasi itu..

"Apa ?" Jawab Ares.

"Kamu aja dulu, deh. Mau bicara apa ?" Balas Keysha.

"Mmm...jadi gini. soal kemarin-" Ares menggantungkan kalimatnya.

"Aku juga mau bicarain soal itu"

"Mmm...gimana kalau kita ke rumahku ? Mau ga ? Kita bicarain disana sekalian"

Setelah mendapat persetujuan dari Keysha, Ares pun segera menyalan mesin mobilnya dan pergi dari sana. Yang tak mereka tahu, tak jauh dari tempat mobil mereka parkir, ada seseorang yang sedang mengintai mereka berdua. Ia menyeringai sambil melihat beberapa hasil potretnya. 

---

Keysha memasuki area rumah Ares. Ia menganga cukup lebar saat melihat pemandangan di dalam rumah itu. Taman yang sangat terawat dan cantik, rumah dengan atap yang begitu tinggi, dan kini mereka memasuki garasi yang begitu luas dengan jajaran mobil mewah disana. Sungguh sangat terlihat mewah dan pastinya itu sangat mahal. Keysha tak pernah berkespektasi bahwa ia pergi ke rumah salah seorang artis terkenal. Ini pertama kali dalam hidupnya dan mungkin ia terlihat sangat norak.

"Udah liat-liatnya ?" Tanya Ares sambil tersenyum.

"Eh, maaf. Aku norak banget ya ?" Keysha menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aku ga ada bilang gitu ya"

"Iiihh"

"Ya udah ayo masuk" 

Keysha pun mengintili Ares di belakang. Lagi-lagi Keysha dibuat ternganga dengan desain interior dari rumah Ares. Semuanya serba hitam dan memiliki aksen emas di beberapa benda yang dipajang disana. Sungguh rumah itu terlihat sangat estetik baik di luar maupun di dalamnya.

"Kamu duduk aja disitu"  Ares menunjuk kursi sofa di ruang tengahnya yang besar itu.

"Okay"

"Apa mau dikamar aja ?"

Tiba-tiba pipi Keysha memerah, entah kenapa padahal Ares hanya mengajaknya mengobrol di kamar. Keysha merutuki otaknya yang sekarang menjadi liar.

"Disini aja" 

Setelahnya Ares melesat untuk mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian ia kembali dengan kaos hitam oblong dan celana pendeknya. Terlihat sangat berbeda, dan terlihat lebih tampan. Keysha bahkan tak berkedip melihat penampilan Ares saat ini.

"Liatinnya biasa aja, aku emang ganteng kan"

Detik berikutnya, Keysha langsung mengedipkan matanya beberapa kali.

"Iiihh, apaan sih. Aku cuma kaget aja liat kamu pake baju santai gini"

"Padahal kamu pernah liat aku ga pake baju-"

"ARES" Keysha berteriak sambil memukul Ares karena malu.

"Permisi, Mas Ares. Ini minumannya"

Seorang asisten rumah tangga Ares itu menletakkan dua gelas minuman di meja depan mereka. Kedatangan tiba-tiba ART itu membuat Keysha menarik tangannya kikuk. Yang tadinya ia memukuli Ares, kini ia menundukkan kepalanya sambil tersenyum sebagai ungkapan terima kasihnya. Tapi respon yang diterimanya sangat di luar bayangan. ART yang terlihat sedikit lebih tua dari dirinya itu, justru menatap Keysha dengan pandangan sinis. Tidak hanya manajer Ares, kini bahkan ART di rumah Ares juga tak menyukainya. Ia berpikir, apa dirinya sangat tidak pantas bersanding dengan Ares.

"Makasih, Mbak. Udah selesai semua ga kerjaan Mbak ?" Ujar Ares kepada ARTnya

"Sudah semua, tinggal memasak untuk makan malam Mas Ares. Saya tidak tahu kalau Mas Ares pulang awal" Nada ART itu terdengar sangat ramah saat berbicara dengan Ares.

"Oh ya udah ga usah masak lagi. Nanti saya beli aja di luar. Mbak boleh pulang sekarang"

"Siap, Mas"

Setelah ART itu pergi dari hadapan mereka. Kini hanya tersisa Ares dan Keysha di rumah besar itu. Di rumah yang besar ini, Ares memang tinggal sendiri. Meskipun ia memiliki ART, mereka ditempatkan di wilayah yang berbeda dengan rumah Ares. Itu demi menjaga privasinya.

"Key," Panggil Ares tiba-tiba.

Lelaki itu menatap kekasihnya dengan tatapan yang begitu serius. Ia menatap lekat tepat di matanya. Tapi sebuah suara kaca pecah terdengar dari dalam. Keysha dan Ares menatap saling bertanya. Mereka pun akhirnya keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Saat keluar, mereka melihat kaca lantai dua rumah Ares pecah. Sepertinya seseorang melemparkan batu ke kacanya itu. Dan seorang perempuan tiba-tiba menghampiri Ares dan Keysha yang berdiri melihat atas. Ares mengernyit karena melihat seseorang asing yang bisa-bisanya memasuki rumahnya.

"Oh jadi ini pelacur yang deketin Ares gue" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status