Home / Romansa / Cinta Di Balik Tanda Tangan / Pria Yang Tak Percaya Cinta.

Share

Pria Yang Tak Percaya Cinta.

Author: Pita
last update Huling Na-update: 2025-08-07 10:33:49

“Dia bukan tipe wanita yang bisa di miliki.”

Ucapan itu tiba-tiba muncul dari bibir Leonard saat tengah berbincang dengan Andrew, sahabat sekaligus asistennya, di ruang kerja kantor pusat Alvaro Group.

Andrew menaikkan alis. “Kau berbicara tentang istrimu sendiri?”

Leonard tak menjawab. Pandangannya lurus ke luar jendela kaca, menatap langit Jakarta yang kelabu. Angin hujan mengguyur jendela, seolah mencerminkan kekacauan dalam pikirannya.

“Dia berbeda,” ucapnya akhirnya. “Terlalu tenang, terlalu sabar… dan terlalu kuat untuk wanita yang hidup di bawah bayanganku.”

Andrew tersenyum tipis. “Kau takut jatuh cinta, Leo?”

Leonard menoleh dengan tatapan dingin. “Cinta tidak pernah membuat siapa pun menang. Cinta itu hanya kelemahan yang bisa membuat orang bertekuk lutut,dan aku tidak percaya dengan cinta."

Andrew hanya mengangguk karena ia tau jika leonard adalah pria yang tak pernah percaya dengan cinta,bagi leonard cinta hanyalah sebuah perasaan yang tak ada artinya.

---

Sementara itu, Aluna berada di taman belakang Mansion. Tangannya sibuk memangkas tanaman sambil menikmati udara sore yang jarang terasa hangat di Mansion itu.

Aluna mulai menyukai kebiasaannya merawat tanaman. Setidaknya, bunga-bunga itu tak menuntut apa-apa. Mereka hanya tumbuh dalam diam, tanpa berharap dicintai balik.

Tapi diam-diam, pikirannya melayang pada Leonard. Lelaki itu membingungkannya.

Dingin, tajam, dan sering menyakitkan. Tapi kadang… justru menyimpan kebaikan dalam bentuk yang tak kasat mata.

Seperti saat malam itu, Leonard memanggil pelayan untuk memastikan adiknya mendapatkan obat yang dibutuhkan di rumah sakit. Tanpa mengatakan sepatah kata pun padanya.

Aluna tahu Leonard diam-diam membantu. Tapi ia juga tahu, pria itu terlalu bangga untuk mengakuinya.

Ia hanya bisa berbisik dalam hati, “Terima kasih... meski kamu tidak mengharapkannya.”

---

Hubungan mereka seperti garis lurus tanpa titik temu. Bertemu di meja makan tapi tak saling bicara. Hidup di bawah atap yang sama, tapi seperti dua dunia berbeda.

Namun semua mulai berubah ketika Aluna mengunjungi perusahaan Alvaro Group untuk menghadiri acara amal yang diorganisir oleh yayasan keluarga Alvaro.

Aluna datang dengan gaun biru pastel sederhana, tanpa perhiasan mencolok. Tapi pesonanya tetap mencuri perhatian. Senyumnya yang tulus membuat beberapa staf wanita langsung menyukainya. Cara bicaranya yang tenang membuat para investor terkesan.

Leonard yang semula mengira Aluna hanya akan menjadi beban di depan publik… dibuat terdiam saat melihat semua mata memandang wanita itu dengan hormat.

Bahkan, salah satu klien penting sempat berbisik, “Istrimu sangat anggun. Kau beruntung, Tuan Leonard.”

Leonard hanya tersenyum kaku. Tapi dalam hati, ia tahu… komentar itu menusuk ke bagian terdalam hatinya. Karena ia sendiri belum bisa menganggap Aluna sebagai istri bukan dengan hati.

---

Di dalam mobil sepulang acara, suasana hening.

Aluna menatap ke luar jendela, sedangkan Leonard menatap lurus ke depan. Tapi ada sesuatu yang berbeda malam ini. Bukan kebencian. Bukan kekakuan. Tapi semacam keheningan yang nyaman.

“Kamu tampak... berbeda saat bicara dengan para staf,” ucap Leonard, memecah keheningan,tanpa menoleh ke arah Aluna.Leonard tetap fokus ke depan.tak ada niat untuk menatap Aluna.

Aluna menoleh pelan. “Aku hanya jadi diriku sendiri.”

“Dan siapa dirimu sebenarnya?”

Pertanyaan itu menghantam tanpa peringatan. Aluna menghela napas, lalu menatap mata Leonard yang sedang menatapnya karena rasa penasaran Leonard lebih kuat dibanding ketidakinginannya untuk menatap Aluna.

“Aku wanita biasa yang dipaksa bertahan di dunia yang bukan milikku. Tapi aku belajar... tidak semua tempat hangat, tidak semua rumah berarti nyaman. Dan tidak semua pernikahan berarti cinta.”

Leonard terdiam dan kembali menoleh ke depan.

Untuk pertama kalinya, ia melihat Aluna bukan sebagai wanita miskin yang butuh bantuannya. Tapi sebagai manusia dengan luka, kekuatan, dan harga diri yang tak bisa dibeli.

Dan saat ia menyadari itu... hatinya mulai retak.

Leonard semakin penasaran dengan hidup Aluna.apa saja yang sudah dilaluinya sehingga membuatnya menjadi gadis yang kuat dan rela menahan semua rasa sakit yang ia rasakan tanpa protes sedikit pun.

Leonard tak pernah bertemu dengan wanita setegar Aluna,Aluna adalah satu-satunya yang berhasil membuat seorang Leonard Alvaro Dirgantara merasa penasaran.

Aluna menatap Leonard sekilas kemudian kembali beralih menatap kota yang terlihat ramai dan hidup.tapi tidak bagi Aluna.

---

Malam itu, Leonard berdiri lama di balkon kamarnya. Matanya menatap kamar Aluna di seberang lorong. Lampu sudah padam. Tapi bayangannya tetap ada di pikirannya.

Aluna.

Wanita yang tidak meminta cinta. Tidak mengejarnya. Tidak menggoda.

Tapi entah kenapa, semakin ia menjauh... semakin ia tertarik.

Dan untuk pertama kalinya, Leonard Alvaro mulai bertanya pada dirinya sendiri: Apakah mungkin… ia mulai menginginkan wanita yang tak bisa ia miliki sepenuhnya?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 54 Saat hati bicara

    Sudah tiga hari sejak malam itu.Mansion terasa berbeda sepi, dingin, seperti kehilangan jiwanya.Langkah kaki Aluna dan Leonard jarang bersinggungan; mereka hidup di rumah yang sama, tapi seolah berada di dua dunia yang terpisah.Andrew bisa merasakan ketegangan itu setiap kali ia melintas di antara keduanya.Leonard lebih banyak mengurung diri di ruang kerja, sementara Aluna lebih sering duduk di taman belakang, menatap kolam tanpa benar-benar melihat apa pun.---Pagi itu Aluna duduk di bangku taman dengan selimut di pangkuannya, memegang secangkir teh yang sudah mulai dingin.Ia tahu Leonard memperhatikannya dari jendela lantai dua ia bisa merasakannya. Tapi tidak ada yang mencoba bicara.Hingga akhirnya, langkah berat terdengar mendekat.Suara yang selama ini ia hindari.“Boleh aku duduk?” tanya Leonard pelan.Suara itu terdengar hati-hati, seolah ia takut mengusik.Aluna tidak menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, tapi tidak menolak.Leonard duduk di sampingnya, menyisakan

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 53 luka lama yang terungkap

    Hujan turun sejak subuh, menutupi seluruh halaman Mansion dengan kabut tipis.Di balik kaca besar ruang kerja, Leonard berdiri diam, memandangi tetesan air yang berlarian di permukaan jendela.Sementara pikirannya berlari ke masa lalu ke satu luka yang selama ini ia simpan rapat, bahkan dari dirinya sendiri.Pintu ruang kerja terbuka pelan.Andrew masuk dengan langkah ragu, membawa beberapa dokumen di tangannya, Tapi ekspresinya menunjukkan sesuatu yang lebih dari sekadar urusan pekerjaan.“Tuan, saya… menemukan sesuatu.”Leonard menoleh, wajahnya datar. “Tentang apa?”Andrew menatap Leonard sejenak sebelum meletakkan amplop kecil di meja. “Tentang keluarga Nona Aluna.”Wajah Leonard berubah.“Apa maksudmu?”“Rumah sakit yang merawat adik Nona Aluna beberapa waktu lalu tempat itu…” Andrew berhenti, seolah takut melanjutkan. “Tempat itu dulu pernah menerima donasi besar dari perusahaan anda. Donasi yang… anda tanda tangani sendiri, lima tahun lalu.”Ruangan mendadak hening.Leonard men

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 52 Tawa yang hilang.

    Sudah tiga hari sejak malam itu malam di mana batas antara kewajiban dan perasaan akhirnya lenyap. Tapi yang tersisa justru keheningan.Bukan keheningan canggung, tapi keheningan yang menggantung di antara dua hati yang sama-sama takut.Leonard kembali bersikap seperti semula dingin, teratur, seolah tak ada yang pernah terjadi di antara mereka.Setiap pagi, ia berangkat lebih awal, pulang lebih malam, dan menghabiskan waktu di ruang kerja tanpa banyak bicara.Sementara Aluna… hanya bisa pura-pura tidak peduli.Ia tertawa di depan Andrew, menghabiskan waktu di taman, bahkan mencoba membuat sarapan untuk semua orang di mansion sesuatu yang jarang ia lakukan. Tapi di balik semua itu, ada rasa hampa yang tak bisa ia sembunyikan.Tawa yang dulu muncul tanpa sadar saat melihat Leonard tersenyum kecil… kini hilang entah ke mana.---Pagi itu, Andrew memperhatikan Aluna dari jauh.Ia melihat gadis itu duduk di teras belakang, menatap kolam kecil sambil memegang cangkir teh yang sudah dingin.

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 51 Pertaruhan Rasa.

    Dari balik jendela besar ruang kerjanya Leonard menatap derasnya air hujan yang jatuh. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang sulit ia kendalikan perasaan yang kini tumbuh semakin dalam pada Aluna.Perasaan yang seharusnya tidak ada sejak awal.Ia menegakkan tubuhnya, menarik napasnya panjang, dan mencoba kembali fokus pada dokumen di meja. Tapi setiap kali menatap tinta hitam di atas kertas, pikirannya justru kembali pada wajah Aluna senyum hangatnya pagi tadi, tawa kecilnya saat menggoda Andrew, bahkan cara ia memandang dunia dengan berani meski hidupnya penuh luka.Sial, pikirnya.Ia sudah terlalu jauh."Apa yang harus aku lakukan?sulit untuk menahan perasaan ini terlalu lama."gumam Leonard sembari terus menghela nafasnya.---Sementara itu, di kamar, Aluna duduk di tepi ranjang sambil menatap ke arah pintu yang tertutup rapat. Hujan di luar seperti menggambarkan isi hatinya yang kacau.Sejak beberapa hari terakhir, perhatian Leonard terasa berbeda lebih lembut, lebih

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 50 Awal perubahan.

    Pagi itu berbeda.Bukan karena matahari lebih cerah dari biasanya, tapi karena ada sesuatu, sesuatu yang membuat Aluna sadar bahwa hari-hari mereka tak lagi sama.Ia menatap dirinya di cermin, rambutnya tergerai lembut di bahu, wajahnya tampak sedikit lebih segar. Tapi yang paling terasa adalah hatinya tidak lagi sesesak dulu.Entah sejak kapan, rasa takut dan canggung yang dulu selalu muncul setiap kali melihat Leonard, perlahan menghilang.Mungkin karena kini, di antara mereka sudah tidak lagi ada jarak yang begitu tebal.Mungkin karena semalam, lewat tatapan dan kejujuran yang tak terucap, mereka sama-sama tahu: ada sesuatu yang berubah.---Leonard menunggu di ruang makan.Ia jarang terlihat santai pagi-pagi begini, tapi hari itu ia hanya duduk sambil membaca koran, tanpa ekspresi tegang yang biasa menghiasi wajahnya.Begitu Aluna datang, ia menurunkan korannya pelan dan tersenyum.“Pagi,” sapanya lembut, berbeda dari biasanya.“Pagi juga,” jawab Aluna, agak kikuk tapi berusaha te

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 49 Rasa yang tak bisa ditolak.

    Pagi datang dengan cahaya lembut yang menembus tirai kamar.Aluna membuka matanya perlahan ia menyadari udara di ruangan itu terasa lebih hangat dari biasanya. Ia menoleh ke samping dan Leonard masih tertidur di sofa kecil di ujung kamar, dengan posisi tubuh setengah miring, kemejanya sedikit kusut.Ia tidak tahu sejak kapan pria itu tertidur di sana.Yang ia tahu, semalam hujan tak berhenti, dan mereka berdua berbicara di balkon sampai larut. Tentang masa lalu, tentang ketakutan, dan sedikit… tentang perasaan.Aluna tersenyum kecil. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.Dulu, hanya melihat wajah Leonard saja bisa membuatnya merasa gugup karena jarak yang tak terjangkau. Sekarang, hanya dengan memandangnya, dadanya terasa tenang tapi sekaligus berdebar.Ia berusaha menepis perasaan itu, tapi hati tak bisa dibohongi.Rasa itu ada, dan semakin hari semakin sulit diabaikan.---Leonard perlahan membuka matanya ia menatap langit-langit sebentar sebelum menyadari Aluna memperhatikannya.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status