Davindra panik, ketika tahu kalau ibunya terkena serangan jantung dan masuk rumah sakit. Ia juga marah besar terhadap Laura. Saat tahu kalau, Laura adalah penyebab nya. Davindra segera kembali ke kediamannya, untuk bertemu Laura dan membuat perhitungan.
"Laura...." Davindra berteriak dengan lantang, memanggil istrinya.
Laura yang baru saja selesai mandi, segera keluar saat mendengar namanya di panggil.
"Aku belum cukup tuli, kau tidak perlu berteriak," sanggah Laura.
"Apa yang kau lakukan pada mamaku?" tanya Davindra dengan penuh amarah.
"Memangnya apa yang aku lakukan padanya?" cetus Laura.
"Jangan pura-pura tidak tau, Laura," bentak Davindra tegas.
"Aku memang tidak tau, apa yang terjadi pada ibumu," sanggah Laura.
Davindra memejamkan matanya, sembari menahan amarahnya. Selama ini ia tidak pernah ambil pusing dengan
Allaric kembali ke rumah sakit, saat mendapat telepon dari pamannya, Oscar yang mengatakan kalau kesehatan Victoria menurun. Allaric memang tidak menyukai sosok Victoria, tapi melihatnya terbaring tidak berdaya, timbul rasa iba di hati kecil Allaric.Apalagi, melihat raut frustasi di wajah pamannya, membuat Allaric semakin terenyuh. Ia menyingkirkan sedikit egonya dan lebih memilih untuk berdamai dengan keadaan.Kirana menunggu Allaric di rumah, sebelum ke kantor. Keduanya berjanji untuk makan siang bersama. Kirana mondar-mandir di kamarnya, menunggu Allaric pulang. Ia juga membolak-balik ponselnya, hanya untuk melihat pesan dari Allaric."Sebaiknya, Anda makan saja dahulu, Nona," ucap salah satu pelayan rumah Allaric."Tidak! Aku akan menunggunya," sahut Kirana.Kirana akhirnya memutuskan, untuk naik ke kamarnya dan menunggu Allaric di sana. Ia yakin, jika saat ini pria itu sedang sibuk dengan pekerjaan kantornya.Allaric masih berada
Hubungan Kirana dan Allaric kembali renggang. Pasalnya, akhir-akhir ini Allaric lebih banyak menghabiskan waktu di luar. Ia akan pergi pada pagi hari sekali dan pulang larut malam. Semula Kirana tidak mempersoalkannya dan menganggap jika Allaric saat ini sedang sibuk di kantornya.Hingga pada akhirnya, Kirana merasa jenuh karena seringnya di tinggal sendiri di rumah. Sebaliknya, Allaric sedang sibuk bersama Laura dan beberapa wanita teman kencannya. Ya, Allaric kembali pada kebiasaan lamanya. Bermain cinta dengan wanita yang tertarik dengan pesonanya.Seperti saat ini, Allaric sedang berada di sebuah hotel mewah dengan wanita yang ia temui di club'. Keduanyas sedang berpacu memburu kenikmatan. Hingga akhirnya, erangan panjang keluar dari bibir keduanya. Allaric segera menarik miliknya, dari dalam milik wanita itu. Ia segera memungut pakaiannya dan masuk ke kamar mandi.Setengah jam kemudian, Allaric keluar dari kamar man
"Sayang, kamu baru pulang?" sapa Allaric ramah, menyambut Kirana.Kirana diam tidak menggubris sapaan Allaric. Kirana lebih memilih meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Allaric hanya mengernyitkan dahinya bingung, dengan sikap acuh Kirana.Setengah jam kemudian, Kirana keluar dari kamar mandi dan melihat Allaric telah rapi dengan setelah jas formalnya."Aku ada rapat di luar, mungkin satu Minggu. Kamu tidak apa-apa, kan?" kata Allaric berusaha untuk ramah.Kirana hanya mengangguk tidak peduli. Melihat sikap aneh yang ditunjukkan Kirana, Allaric memutuskan untuk membiarkan tenang."Aku berangkat dulu, kamu jangan kemana-mana, ya," ucap Allaric."Hemm..." sahut Kirana enggan."Kamu tidak apa-apa, kan kalau aku tinggal?" tanya Allaric menyakinkan."Tidak! Aku tau, kamu pasti sibuk dengan semua kegiatan kamu selama di sana. Kamu tid
Dua hari kemudian, Allaric telah kembali. Namun, pria itu tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan, langsung menemui kliennya barunya. Alan dengan setia selalu menemaninya. Tanpa mereka duga, ternyata klien baru mereka seorang wanita cantik nan seksi."Amora." ucap wanita tinggi semampai itu, mengulurkan tangannya."Allaric." sahut Allaric menyambut uluran tangan Amora dan mengecupnya.Amora tersenyum senang, mendapat perlakuan lembut dari pria yang selama ini ia dengar dari mulut para pemujanya."Ternyata, Anda lebih tampan dari cerita yang pernah saya dengar," puji Amora."Saya harap, mereka menceritakan hal baik tentang saya," timpal Allaric."Tentu saja, mereka selalu mengatakan kalau Anda adalah seorang pengusaha muda yang sukses dan juga tampan," Amora kembali memuji Allaric."Benarkah?" sahut Allaric.Amora me
Keesokan harinya, mansion Allaric kedatangan tamu yang membuat Kirana kesal bukan kepalang. Amora, wanita sexi itu mendatangi Allaric, sebab Allaric tidak menepati janji untuk menemuinya. Pelayan membawa Amora ke ruang makan, pasalnya saat itu Kirana dan Allaric sedang menikmati sarapan."Hai, All!" sapa Amora mendekati Allaric. Amora melayangkan kecupan di kedua pipi Allaric. Pria itu hanya tersenyum, saat matanya mencuri pandang ke arah Kirana. Terlihat mata Kirana membulat kesal, saat melihat pemandangan di depannya."Siapa dia, All?" tanya Amora, ketika melihat sosok Kirana."Dia...." belum sempat Allaric mengatakan pada Amora, Kirana terlebih dahulu memotongnya."Bukan siapa-siapa." sahut Kirana beranjak meninggalkan ruang makan.Allaric tersenyum tipis, ia tidak marah dengan sikap angkuh Kirana."Apa dia marah?" tanya Amora lagi."T
Beberapa hari berikutnya, Cindy datang dan mengancam Allaric. Wanita itu kembali datang dan membuat keributan di kantor."Aku ingin bertemu dengan Allaric. Pria brengsek itu telah menganjurkan semua impianku," seru Cindy lantang."Tapi, tuan sedang tidak ada di tempat, Nona," sahut salah satu resepsionis."Aku tidak percaya, aku tau kalian bersekongkol. Biarkan aku menemuinya, aku akan meminta dia mengembalikan semua seperti semula," ucap Cindy."Bagaimana kami bisa membawa Anda menemui tuan. Sedangkan, tuan tidak berada di tempat," timpal yang lain."Kemana dia, katakan padaku. Aku akan menemuinya di sana," lanjut Cindy. Tapi, sayangnya kedua petugas resepsionis itu tidak mau memberitahu di mana Allaric. Sejak kejadian, dimana Cindy mengancam Allaric dengan photo-photo syur mereka. Sejak detik itu pula, Allaric menghentikan semua kontrak yang berhubungan dengan model seksi itu.
Allaric tertegun mendengar penuturan Alan. Ia nyaris tidak percaya dengan apa yang ia dengar."Jadi, maksudmu. Amora itu...." Allaric tidak melanjutkan kata-katanya, sebab Alan telah lebih dahulu menganggukkan kepalanya."Dari mana kau tau?" Tanya Allaric."Clara," jawab Alan singkat."Clara?" Allaric sedikit terkejut."Ternyata, yang menghubungiku kemarin adalah Clara." Alan menjeda penjelasannya, kemudian. "Semula aku tidak percaya. Tapi, akhirnya ia mengirimkan bukti itu padaku. Lengkap dengan tempat dimana perubahan dilakukan." Alan menunjuk ke arah map yang ada di tangan Allaric.Rahang Allaric mengeras, ia meremas berkas yang ada di tangannya."Batalkan semua kontrak kerja yang bersangkutan dengannya. Aku tidak mau melihatnya ada di sekelilingku," kata Allaric memberi perintah.Alan menundukkan kepalanya, kemudian ia pun meninggalkan Allar
Allaric akhirnya tahu, pa yang penyebab Kirana sering tersenyum setiap melihatnya. Itu membuat Allaric kesal sekaligus malu."Dari mana, Kirana tau masalahku dengan manusia jadi-jadian itu?" tanya Allaric pada Alan dengan kesal."Saya tidak tau," jawab Alan singkat."Tidak mungkin, kau tidak tau," timpal Allaric."Saya memang tidak tahu, Tuan," sahut Alan meyakinkan."Jadi, bagaimana dia bisa tau?" tanya Allaric.Alan menggeleng pelan. Allaric menghela napas, pelan."Bagaiman caraku menunjukkan wajahku padanya nanti?" gumam Allaric.Alan tertunduk, memikirkan solusi untuk bos-nya.Di mansionnya, Kirana sedang berbahagia. Sebab, beberapa hari sejak kejadian hari itu. Allaric tidak berani menunjukkan wajahnya pada Kirana."Aku yakin, saat dia kembali nanti. Dia akan salah tingkah saat bertemu denganku," kata Kiran