Share

Bab 8

Author: Maria Anita
Sepulang kerja, Minda sudah menungguku di depan pintu, dengan Panji yang sudah duduk manis di kursi mobilnya di belakang. Kami memang berencana pergi ke mal untuk beli perlengkapan Panji sebelum masuk ke tempat penitipan anak.

"Hai! Gimana hari pertamamu? Ceritain semua dong!” katanya ceria dengan senyum lebar.

“Min, kayaknya aku harus telepon om kamu dan minta kerjaanku balik,” kataku agak sedih. Dia langsung menatapku dengan ekspresi kaget. “Tapi sebelumnya, kamu cerita dulu gimana wawancara kamu.”

"Nggak mungkin, Citra! Kamu dipecat di hari pertama? Serius? Cerita dulu dong, baru nanti aku cerita tentang wawancaraku.”

Aku tersenyum lalu mulai bercerita dari awal. Saat dia mematikan mesin mobil di parkiran mal, dia sudah tertawa ngakak mendengar kisahku.

“Cit, cuma kamu yang bisa-bisanya ribut sama bos di hari pertama. Kamu tahu kan, dia itu masih muda banget?!”

Aku menatapnya dengan sangat terkejut dan bertanya, “Apa maksudmu masih muda?”

“Iya, Cit, kamu nggak cari info soal bosmu d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Asmara Dewi Mok Dewi
bagus sekali
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 112

    Akhir pekan itu terasa seperti kabut bagiku. Teman-temanku melakukan segalanya untuk menghiburku, bahkan berusaha meyakinkanku untuk nggak tinggalkan Aditya. Tapi aku nggak sanggup berdiri di antara dia dan anaknya. Aku tahu, perempuan itu akan ubah hidupku menjadi neraka. Aku nggak akan sanggup menanggungnya.Hari Senin pagi, saat aku tiba di kantor, aku langsung dicegat oleh Jodi di pintu masuk gedung."Ngapain kamu datang sini lagi, pelacur?" Dia berteriak sambil berdiri di depanku. Aku mencoba menghindarinya dan melangkah pergi, tapi dia hentikan langkahku dan mencengkeram lenganku. "Aku sedang tanya kamu, pelacur kecil!""Lepaskan aku!" Aku menarik lenganku dari cengkeramannya yang seperti cakar. "Aku kerja di sini!""Nggak, kamu nggak! Aku akan minta Aditya pecat kamu!" ujarnya dengan mata menyala penuh amarah."Silakan saja," kataku lalu berbalik pergi.Saat dia mencoba menghalangiku masuk ke perusahaan, petugas keamanan, Doni, segera melangkah masuk dan berdiri di antara kami.

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 111

    Sudut Pandang Aditya.Aku duduk terpaku di sofa ruang tamu, dadaku rasanya seperti diremas oleh tangan nggak kasat mata, napasku terasa sesak, dan mataku panas, penuh dengan air mata yang nggak kunjung berhenti. Rasa ini… hanya satu kali pernah aku rasakan, yaitu waktu kedua orang tuaku meninggal dunia. Rasa kehilangan yang nggak tergantikan, rasa sakit yang buat jiwamu nyaris mati. Dan kini, aku sekarat tanpanya."Adit, perempuan itu dan ayahnya sedang tunggu di lobi. Aku tahu kamu hancur, tapi mereka nggak akan pergi," ujar Peter membuyarkan lamunanku."Peter, dia putus denganku. Katanya nggak ada jalan lagi. Dia nggak ingin rebut aku dari anakku, dan dia bilang akan kembali kerja dengan Heru," jawabku dengan suara putus asa."Tenang, Adit. Setidaknya satu masalah sudah beres, dia nggak keluar dari perusahaan," katanya dengan nada menenangkan. Aku menatap Peter, nggak ngerti apa yang dia maksud. "Mulai Senin, dia akan ada di bawah pengawasanku, dan Robin akan kerja langsung denganmu.

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 110

    Tiba-tiba pintu kantor terbuka, dan sekelompok wanita yang dipimpin Minda menerobos masuk."Apa lagi yang kamu lakukan sekarang, Adit?" Minda langsung meledak penuh amarah."Minda, tolong, jangan sekarang." Aditya memohon, nadanya terdengar lelah."Justru sekarang! Aku sudah memperingatkanmu, Adit. Jangan macam-macam dengan temanku." Minda duduk di sampingku dan langsung memelukku erat. "Keluar sana. Teman-temanmu menunggumu di lobi. Biarkan kami yang urus Citra. Ayo, cepat!" Nada suaranya penuh kemarahan!Aditya mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencium keningku dengan lembut, lalu meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun. Saat aku mengangkat kepala, kulihat para sahabatku mengelilingiku: Minda, Sekar, Tina, Vivi, Melati."Sekar langsung menelepon kami begitu semuanya terjadi, dan kami bergegas ke sini untuk menemanimu," jelas Tina lembut. "Robin sudah ceritakan segalanya."Aku merasa begitu terlindungi oleh perempuan-perempuan luar biasa ini, yang rela meninggalkan segalanya

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 109

    Hari-hari berlalu begitu cepat. Sudah lima belas hari sejak aku kembali bekerja di Grup Mahadi. Segalanya berjalan lancar. Aku mengawasi proses audit dan menjalankan tugasku tanpa kendala. Aditya dan aku masih menikmati godaan-godaan kecil kami, serta ritual manis berbagi kue cokelat. Sesuai janjinya, ia membawaku bercinta di mejanya, membiarkanku menungganginya di kursinya, dan aku bahkan nggak bisa lagi hitung berapa kali ia memelukku di sofa itu. Kami tidur bersama hampir setiap malam di apartemenku, dan setiap Sabtu aku menginap di rumahnya. Aku benar-benar bahagia. Aku punya pacar yang luar biasa yang mencintai putraku, teman-teman yang kusayangi, dan pekerjaan yang telah lama menjadi impian. Jodi memang masih berkeliaran di perusahaan, namun dia nggak pernah berhasil mendekatiku lagi karena Desta selalu sigap dan waspada.Hari Jumat kembali datang, dan Aditya serta aku sedang menuju area parkir untuk pulang setelah hari kerja yang melelahkan. Kami sedang bicarakan rencana memesa

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 108

    Aku bangkit dari tempat duduk dan berjalan beriringan dengan Aditya ke sofa. Ia meraih pinggangku, menarikku mendekat, dan menciumku dengan hasrat. Tangannya menjelajahi tubuhku, lalu mengangkat ujung gaunku perlahan sampai ke pinggang. Dia membawaku ke sofa dan mendudukkanku. Aditya berlutut di hadapanku, masih menatapku dengan mata coklat kehitamannya yang penuh hasrat. Tampak dia menjilat bibirnya dan menggerakkan tangannya ke pahaku, menggapai celana dalamku untuk membelai organ intimku melalui kain tipis itu. Aku terpesona oleh matanya, merasakan tubuhku terbakar saat dia menyentuhku. Selalu seperti ini, ketika dia menyentuhku, aku lupa segalanya dan hanya ingin dia menguasaiku. Aditya menebar ciuman lembut di sepanjang pahaku, seperti menciptakan jejak kenangan yang nggak akan pudar. Satu tangannya lagi terus membelai, sementara bibirnya perlahan naik, mendekati daerah intimku. Ketika ia menciumku di sana, dia juga menggigit halus dan menjilat tempat itu. Dengan kedua tangan di p

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 107

    Sudut Pandang Citra.Hari pertamaku kembali di Grup Mahadi benar-benar sibuk.Pertengkaran Sekar dengan Carisa menjadi pembuka, disusul kedatangan Heru yang mengamuk karena sahabatku diserang, dan gosip yang menyebar ke seluruh perusahaan kalau aku tidur dengan bos demi diperlakukan istimewa.Tentu saja, pemecatan Carisa membuatku lega. Nggak terbayang gimana aku harus tahan bekerja bersamanya, karena cepat atau lambat dia pasti akan membuat hidupku seperti neraka. Suasana di lantai eksekutif terasa jauh lebih ringan sejak kepergiannya. Beban seperti lenyap begitu saja, meski pekerjaan menumpuk begitu padat hingga Aditya dan aku nyaris nggak sempat melontarkan godaan-godaan kecil seperti biasanya.Hari itu Jumat, dan saat Sekar dan aku kembali dari makan siang, kami nggak menyangka akan bertemu Jodi di dalam lift. Tubuhku langsung menegang. Pintu ditutup, dan lift mulai naik. Tapi tiba-tiba Jodi menoleh ke arahku dan melangkah mendekat lebih dari yang pantas.“Sudah merasa aman sekaran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status