“Jadi, itu yang membuat kamu marah dan langsung pergi ninggalin saya?” Arya melihat ke arah Ayda yang duduk manis dihadapannya. Sedangkan tangannya dengan lincah membalut luka di lengan Ayda.Setelah mengungkapkan apa yang Ayda rasakan. Ia merasa lebih lega, terlebih saat respon Arya tak sedingin yang ia takutkan. Ayda berpikir karena tragedi yang terjadi padanya membuat Arya merasa bersalah dan simpati padanya. Karena itu Arya bersikap manis dan dengan sabar mengobati semua lukanya.“Apa saya salah kalau berpikir seperti itu?” Ayda balik bertanya. Menurutnya alasan dirinya merasa tersinggung dengan ucapan Ayda wajar, tetapi berbeda hasilnya saat melihat ekspresi Arya.“Tidak. Saya bilang maaf karena saya merasa bersalah, tapi saya tidak menyangka kalau kamu tidak suka dan merasa tidak dihargai sebagai wanita.” Arya menggelengkan kepala dan menutup kotak obat yang sudah selesai ia gunakan. Dengan posisi setengah berjongkok, Arya terus menatap Ayda. “Apa itu ciuman pertama kamu?”Deg!
[Satu jam berlalu]“Ayda … bangun! Saya di sini.”Suara yang terdengar berulang kali membuat Ayda tersadar dari pingsan dan perlahan membuka mata. Rasa sakit di kepala masih terasa. Namun, hangatnya genggaman tangan seseorang membuat Ayda merasa nyaman dan melupakan rasa sakit yang ada.“Pak Arya,” lirih Ayda saat matanya terbuka sempurna. Pandangannya menangkap jelas bayang Arya yang duduk di sampingnya. Dengan raut wajah pucat, Ayda tersenyum dan berusaha bangkit dari posisi tidurnya.“Akhirnya, kamu sadar,” imbuh Arya dengan raut wajah khawatir.Sedangkan Ayda yang baru teringat dengan situasi sebelum dirinya pingsan pun merasa aneh karena tiba-tiba Ayda sudah berada di sampingnya. “Bagaimana Pak Arya tau kalau saya pingsan?” tanyanya dengan suara yang terdengar lemah.Arya yang sudah menyiapkan bubur dan susu di atas meja pun langsung mengambilnya. “Saat kamu menelpon saya dan tidak sempat saya angkat. Saya langsung menelpon kamu, tapi kamu tidak mengangkat telepon saya. Karena it
Arya POV“Lepasin tangan saya! Kamu kenapa sih bersikap kasar sama Ayda? Dia ngga salah apa-apa, tapi kamu usir dia,” bentak Arya yang tidak habis pikir dengan apa yang terjadi antara Laras dan Ayda.Akan tetapi, berbeda dengan Arya yang tetap memandang Ayda sebagai seorang wanita. Meski perasaan ini tiba-tiba datang, Arya tetap merasa khawatir bila Ayda pergi tanpa pengawasan darinya.“Jangan bilang kalau kamu mulai punya perasaan ya sama Ayda,” ucap Laras sambil menatap tajam ke arah Arya.Dengan wajah malas, Arya pun memutar bola matanya dan hendak pergi keluar kamar. ia merasa muak karena semenjak kedatangan Laras, hidupnya seakan menjadi tidak tenang. Entah cinta yang telah pudar atau kenyamanan yang telah berpindah haluan.Laras yang merasa kesal karena Arya meninggalkan dirinya begitu saja pun terus berusaha memanggil Arya. Akan tetapi, Arya terus berjalan dan tidak menghiraukan panggilan Arya.Liburan yang seharusnya digunakan untuk bersantai dan melepas penat pun pudar. Arya
Ayda POV Perkataan rindu yang terdengar sendu meluluhkan hati Ayda tanpa celah. Amarah yang semula membara dalam hati pun perlahan mencair. Sambil menatap wajah Arya, Ayda mengulum senyuman. “Saya juga rindu, Pak Arya,” balasnya dengan sepenuh hati. Tanpa berlama-lama terbawa suasana, Ayda pun bergegas membantu Arya untuk bangkit dari posisinya. Berada di tengah jalan bukan posisi yang tepat untuk saling mengungkapkan rasa rindu. Dengan berusaha keras, Ayda menahan beban tubuh Arya yang terasa sangat panas. Hingga akhirnya, setelah berhasil membawa Arya ke kamar hotelnya. Ayda pun bergegas membuka sepatu Arya dan menyelimutinya. Dalam situasi seperti ini, Ayda mudah merasa panik dan khawatir dalam waktu bersamaan. Terlebih saat Arya terus mengigau. Ayda terus memantau suhu Arya dan mengambil handuk kecil untuk mengompresnya. “Pak Arya kenapa bisa demam gini sih? Saya khawatir kalau kondisi Bapak kayak gini,” gumam Ayda sambil memegangi handuk kecil yang sudah ia rendam air dingin.
*** Hari ini adalah hari terakhir liburan Arya dan Ayda di Bali. Meskipun begitu, Arya bahkan masih sibuk berkutat dengan pekerjaan yang sudah ia tinggalkan selama dua hari. Sedangkan Ayda yang sudah merasa bosan karena selama setengah hari berada di kamar pun bangkit dari posisi rebahannya.Meski sudah kembali tinggal di kamar yang sama, tetapi tetap saja Arya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Dengan terpaksa Ayda pun mengikuti keinginan Arya untuk tetap tinggal di hotel dan tidak pergi kemana-mana. Namun, Ayda tidak bisa membiarkan waktu liburannya berlalu begitu saja.“Sepertinya tempat ini bagus,” gumam Ayda saat melihat salah satu aplikasi sosial media yang memberikan rekomendasi tempat bagus dan indah di Bali.Dengan semangat Ayda pun berlari menghampiri Arya yang sejak pagi fokus duduk dihadapan laptopnya. “Suamiku coba lihat tempat ini,” ucap Ayda yang berusaha membiasakan diri saat memanggil Arya dengan panggilan barunya.Arya yang masih belum bisa menyesuaikan dirinya pun s
“Hmm … setidaknya saya bisa bermain air lagi setelah sekian lama, karena kamu menyerang saya,” balas Arya. Sesekali ia menatap ke arah Ayda. Namun, dengan cepat ia mengalihkan pandangan ketika Ayda melihatnya.“Ngomong-ngomong, kenapa Bapak tidak menghabiskan waktu bersama Mbak Laras?” tanya Ayda yang merasa penasaran.Setelah mendengar nama Laras. Arya pun menghela napasnya dan menatap ke arah langit. “Saya sudah memutuskan hubungan dengannya,” jawab Arya tanpa sedikit pun terlihat beban di wajahnya.Berbeda dengan Ayda yang merasa terkejut saat mendengar penjelasan Arya. “Bapak serius?”Arya menganggukkan kepala dan menatap Ayda. “Dia bukan wanita yang baik untuk saya. Dengan mudahnya dia bersama lelaki lain di saat saya sudah memberikan kesempatan kedua,” tutur Arya. ‘Meski ragu Ayda pun memberanikan diri untuk menyentuh pundak Arya. “Jangan sedih ya, Pak. Saya yakin, Pak Arya bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Mbak Laras,” ucap Ayda yang berusaha menyemangati Arya.Situ
Alunan musik berputar. Sama halnya dengan keempat roda mobil yang berputar membelah jalan. Hari ini libur telah usai. Arya dan Ayda kembali ke rumah dengan banyak kenangan dalam hati mereka. Setelah melakukan perjalanan yang melelahkan tak ada kata selain bahagia. Meskipun lelah, tetapi tawa masih terdengar jelas dalam ingatan Arya dan Ayda.Sesampainya di rumah, Arya dan Ayda pun bergegas turun. Pak supir yang setia mengantar dari bandara pun membantu Arya mengeluarkan koper. Sedangkan Ayda lebih dulu berjalan menghampiri Darma yang sudah menunggu di depan rumah.“Welcome, nenek senang kalian tiba dengan selamat” seru Darma sambil merentangkan kedua tangannya.Melihat ekspresi bahagia nenek Arya, Ayda pun menyambut pelukan hangatnya. “Apa kabar Nenek?” tanyanya memastikan keadaan.“Nenek baik sayang, kalian bagaimana? Liburannya menyenangkan?” Darma balik bertanya.Arya yang sudah membawa dua koper di tangannya pun berjalan menghampiri darma dan Ayda. “Tidak terlalu buruk,” jawab Ar
***“Fokus Ayda, jangan melakukan hal memalukan seperti kemarin,” ucap Ayda dalam hati sambil merias diri.Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Setelah Arya selesai bersiap kini berganti Ayda yang tidak ingin berlama-lama berada di dekat Arya. Meski ia yakin Arya sudah melupakannya, tetapi tetap saja. Ayda merasa malu bila menatap mata Arya yang seakan membuatnya teringat dengan sikap bodohnya.Setelah selesai bersiap, Ayda pun bergegas menuju meja makan untuk sarapan bersama. Seperti biasanya Darma selalu bersemangat saat menyapa Arya dan Ayda. Bahkan saat melihat Ayda hendak duduk, ia pun langsung menyuruh Arya untuk memundurkan kursi untuk Ayda..“Kamu itu harus peka kalau jadi suami,” tutur Darna sambil menepuk pundak Arya yang langsung membantu Ayda untuk duduk.“Tidak apa-apa ko Nek, Ayda bisa sendiri,” ucap Ayda yang merasa tidak enak. Sambil mengambil piring dan sendok.“Iya, Bu. Lagi pula Ayda itu bukan anak kecil lagi. Dia bisa menjaga dirinya sendiri dan tidak p