Share

Chapter 6

Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut.

"Harus kemana lagi aku mencari dia?"

Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman.

"Jangan-jangan dia ada disana."

Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut.

Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.

Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.

Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."

Gadis itu berbalik memandang Sese.

"Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.

Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?

"Belum saatnya aku menjelaskannya. Ceritanya panjang."

"Pendekkan," potong gadis tersebut, membubarkan fokus Sese.

"Astaga masih saja kau sempat-sempatnya membuat lelucon."

Sese sadar waktu yang dirinya punya hanya tersisa beberapa menit saja.

Dia harus bergerak cepat membawa jiwa gadis tersebut kepada raganya yang ada di rumah sakit.

"Apakah bisa dalam 5 menit aku tiba di rumah sakit? Untuk mencari gadis ini saja aku sampai berjam-jam untuk menemukannya."

Sese berkeluh-kesah. Dia sudah kehabisan waktu untuk bisa sampai tepat waktu ke rumah sakit.

"Sebenarnya kakak ini kenapa? Mengapa kakak terlihat sangat cepat dan ketakutan?"

Gadis ini bertanya, tetapi Sese tidak memiliki banyak waktu untuk menjawabnya.

Hingga ketika dia putus asa, Jing Tian datang kepada mereka.

Kemunculan Jing Tian tentu bukan hanya kedatangan biasa.

"Tidak usah kau bergaya tuan. Segera bawa aku ke rumah sakit sekarang!" perintah tegas Sese.

Jing Tian mendadak kehilangan mod-nya. Sia-sia saja dia muncul dengan menunjukan wajah yang cool dan postur tubuh yang macho, pada akhirnya Sese sama sekali tidak memperdulikannya.

"Ya, baiklah," jawab dia malas.

Jika bukan tugasnya sebagai makhluk penghantar jiwa, maka Jing Tian akan malas untuk membantu gadis sombong seperti Sese itu.

"Cepat!" hardik Baby pada Jing Tian yang dinilai lambat itu.

"Ya! Harimau!"

"Siapa yang kau sebut harimau?" Sese mengepalkan tangannya, tanda dirinya marah dan kesal.

Namun, Jing Tian segera menutup semuanya dengan satu kali kedipan mata.

Cling ….

Satu kali hentakan tangan, maka mereka sudah ada di kamar rumah sakit tempat di mana raga Sese terbaring.

"Ada di mana kita sekarang?" Gadis itu tidak tahu menahu tentang masalah tersebut.

Dia didatangi Sese dan mendadak mereka berada di dalam kamar rumah sakit.

"Lihat gadis yang sedang tertidur di sana!" tunjuk Sese. Memperlihatkan raganya yang terbaring koma di tempat tidur rumah sakit.

"Siapa dia? Bukankah itu kakak?" jawab gadis yang bernama Sukya tersebut dengan polos.

Benar sekali tebakan Sukya, yang terbaring di tempat tidur adalah Sese.

"Mau tidak kau membantuku? Masuklah ke dalam raganya, dan buatlah diriku terlahir kembali," ujar Sese yang tidak mudah dipahami.

Sukya meraba-raba arah arah dari pembicaraan ini. Namun, sekeras apapun dia berpikir tetap saja ucapan Sese tidak bisa dicernanya.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Segera minta dia untuk masuk ke dalam ragamu, atau kalian akan sama-sama menghilang!" desak Jing Tian segera.

Sese pun sudah memikirkan hal tersebut. Maka dari itu Sese segera menarik tangan Sukya dan mendekat pada raganya.

"Apa-apa ini? Ini namanya pemaksaan! Aku tidak suka. Lagi pula kalian ini siapa? Mengapa kalian sangat memaksa diriku untuk masuk ke dalam raga orang lain!"

Wajar saja jika Sukya protes, tetapi Sese tidak memiliki pilihan lain kecuali melibatkan gadis ini ke dalam kehidupanya.

Jing Tian menjentikkan tangan kanannya. Seketika suasana berubah. Sese menjauh dari kamar tersebut beserta dengan Jing Tian yang bersama dengannya.

Keduanya berada di luar kamar. Bagaimana sedihnya Sese ketika melihat tubuhnya sedang berjuang untuk hidup kembali.

Para dokter, perawat dan staf-staf lainnya berusaha menyelamatkan nyawanya itu.

Masih dalam satu tempat yang sama. Sese pula melihat ayah, ibu serta kakak laki-lakinya tengah menangis histeris.

Terdengar pula jeritan mereka yang membuat Sese ikut menangis.

"Ibu, Ayah, Xiao Feng!"

Ingin rasanya Sese berkata, "Aku ada disini, Ibu, Ayah, Xiao Feng! Ini aku Sese kalian yang nakal! Aku masih hidup, dan aku ada di depan kalian."

Biarpun Sese berteriak sekencang apapun, sampai pita suaranya rusak sekalipun mereka tidak akan bisa melihat keberadaanya.

Karena alam mereka sudah berbeda. Sudah sangat jelas, kehidupan Sese sekarang tidak lagi bisa hidup bersama dengan keluarganya.

Jing Tian yang melihat kepiluan Sese, merasakan iba kepada gadis tersebut.

"Sudahlah. Percuma kau berteriak memanggil mereka. Hasilnya akan tetap sama," ujar Jing Tian menenangkan Baby.

"Ya, kau benar. Jika aku seperti ini maka sama saja aku membuang tenagaku ini," balas Sese yang perlahan mulai memahami arti hidupnya sekarang.

Sese dan Jing Tian pergi meninggalkan Ibu, Ayah dan Xiao Feng. Namun, sebelum itu tanpa Sese sadari telapak tangannya menyentuh kepala kakaknya tersebut.

"Sese!"

Hal itu membuat Xiao Feng merasakan keberadaan Sese. Hanya saja Xiao Feng tidak bisa melihat rupa adiknya yang sekarang.

Sese senang ketika mendengar panggilan dari kakaknya. Tidak lama kemudian. Dokter pun keluar dari dalam ruangan ICU.

"Selamat. Sese berhasil diselamatkan. Masa-masa sulit sudah Sese lewati dengan sangat baik. Kita hanya perlu menunggu dia siuman saja," ujar dokter itu.

Dia memberikan berita baik, yang membawa angin segar bagi keluarga Sese, termasuk jiwa Sese yang bersama dengan Jing Tian tersebut.

"Syukurlah jika Sese selamat. Aku tidak bisa membayangkan jika hidup tanpa putriku itu."

Tangisan seorang ibu tumpah ruah di sana. Dia mengucap syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan, karena masih memberi Sese satu kali lagi untuk hidup.

"Kalian sudah bisa menemuinya, tetapi jangan terlalu lama. Biarkan Sese beristirahat," pesan dokter itu sebelum dia pergi.

"Baik, dokter. Kami memahaminya," balas Xiao Feng mewakili semuanya.

Tidak menyia-nyiakan waktu lagi. Ibu, ayah beserta Xiao Feng bersama-sama masuk ke dalam ruangan tersebut.

Sebelumnya mereka memakai baju medis lengkap, agar terhindar dari serangan Virus.

Mereka masuk, dan melihat bagaimana kondisi Sese sekarang. Dia masih memejamkan matanya dan alat-alat medis pula masih terpasang dj tubuh Sese.

"Putriku. Syukurlah kamu baik-baik saja sayang. Sudah satu bulan dirimu koma dan akhirnya kamu bisa melalui itu semua," beber Ibunya.

"Ibu senang karena sebentar lagi ibu akan segera melihatmu kembali," sambungnya dan menutup kalimatnya.

Sese yang memang berada dekat di sana, mendengar lirih Ibunya yang mengatakan bahwa dirinya koma selama satu bulan.

"Jangan bertanya!" tahan Jing Tian sebelum Baby mengucapkan perkataannya.

"Aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan. Aku sudah bisa membaca semuanya."

Sosok Jing Tian semakin mempesona. Bukan hanya ganteng, tetapi Jing Tian juga bisa membaca hati serta pikiran. Sese senang mendengarnya.

Lalu penjelasan apa yang akan didapatkan Sese?

Penasaran?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status