Share

5. Dianggap Musuh

Auteur: Bai_Nara
last update Dernière mise à jour: 2023-07-17 15:52:45

Galuh masih shock. Dia diam saja dalam posisi bak ala-ala aktris dan aktor Korea yang sedang melakoni drama romansa. Sayangnya antara Galuh dan Alfa bukannya terlibat dalam sebuah romansa, yang ada keduanya terikat pada realita ya realita. Terutama setelah kata-kata pedas dari sang pria, langsung menyadarkan Galuh untuk kembali menapak ke bumi jangan ke dunia mimpi apalagi halu.

"Kamu mau melakoni adegan macam ginian sampai kapan?" Suara Alfa terdengar sinis membuat Galuh meringis dan segera bangkit, melepaskan diri dari cekalan tangan Alfa.

"Hehehe, Gus." Galuh mencoba memberikan senyum seindah melati sewangi Kasturi. Sayang segala bentuk tindak tanduk Galuh tidak diapresiasi.

"Hehehe, ha he ha he, ceroboh! Kamu mau nambah usia berapa pun tetep ceroboh," sinis Alfa.

"Maaf, Gus."

Galuh menunduk, sementara Alfa masuk ke dalam rumah. Baru tiga langkah, Alfa berbalik.

"Bawain koperku, tuh udah diturunin sama sopir grab," titah Alfa dengan suara ketus.

"Nggih, Gus."

"Taruh depan kamar, jangan masuk!"

"Nggih, Gus."

"Hati-hati, jangan ceroboh lagi!"

"Nggih."

Galuh hanya menunduk sementara Alfa sudah kembali berjalan. Begitu sosok Alfa sudah tak terlihat, Galuh menghembuskan napas lega, dia segera berbalik dan menuju ke halaman, tempat dimana koper Alfa berada.

Sampai di sana, Galuh hanya bisa melongo melihat banyaknya barang yang dibawa Alfa. Satu koper besar dan dua tas ransel besar. Belum lagi satu tas jinjing besar. Galuh menarik napas sebentar dan menghembuskannya. Lalu dia pun langsung mengaitkan satu ransel di kedua bahu kanan kirinya. Dan tas jinjing dia bawa dengan tangan kiri, sementara tangan kanan menyeret koper. Dia berjalan dengan tertatih-tatih menuju ke kamar Alfa yang ada di dekat perpustakaan. Galuh bersyukur, rumah orang tua angkatnya berlantai satu, bukan dua apalagi tiga.

Suara renyah Bu Nyai Khomsah di teras belakang menjadi bukti kalau Alfa dan kedua orang tuanya baru saja bertemu dan sedang melepas kerinduan. Seulas senyum terbit di bibir Galuh namun senyum itu segera surut menyadari posisinya saat ini sudah tak aman. Dan sebentar lagi, sang pangeran pasti akan membuatnya merasa tersingkirkan seperti biasanya.

Sejak dulu, Alfa tak pernah menyukai Galuh. Meski sikap Alfa cenderung cuek dan tidak pernah mengajak konfrontasi langsung, tapi Galuh tahu, jika Alfa tak menyukainya. Perasaan yang kian terlihat saat Galuh berhasil menyabet juara kelas saat dia masih kelas satu SD. Sejak saat itulah Galuh memilih tidak menunjukkan bakatnya. Dia memilih dianggap bodoh, makanya memilih kuliah di UT. Namun, untuk urusan hapalan Quran dan kitab, Galuh selalu menunjukkan usaha yang mati-matian agar semua orang terutama Alfa tahu kalau meski dia bodoh, dia adalah orang yang pantang menyerah.  

Galuh bersyukur, rentang usia mereka yang berjarak tiga tahun, menyebabkan keduanya jarang berinteraksi di sekolah. Bahkan semenjak MTs, Alfa sudah mondok di Jombang. Menyebabkan Galuh tidak perlu sering bertemu Alfa, dan tak perlu merasa tertekan.

“Sabar ya, Luh. Suatu hari nanti pasti akan ada yang mau menikahi kamu dan membawamu pergi dari sini, dan Gus Alfa gak perlu lagi mendeliki kamu, tiap ketemu,” gumamnya lirih diantara usahanya membawa barang bawaan milik Alfa.

Galuh sudah selesai membawa barang-barang Alfa di depan kamarnya. Dia kemudian berjalan kembali ke ruang tengah. Galuh tersenyum menyadari Alfa masih di belakang bersama kedua orang tuanya. Galuh ingin sekali menghidangkan teh, kopi atau sajian apa pun untuk kakak angkatnya. Namun urung karena sadar, justru tingkahnya akan diartikan oleh Alfa sebagai ajang cari muka pada kedua orang tuanya.  

Merasa jika niat baiknya akan selalu salah di mata Alfa, Galuh memilih menyingkir saja menuju ke pondok. Tempat paling aman untuknya, saat ini dan untuk waktu-waktu yang akan datang. Karena keberadaan sang pangeran pondok akan semakin membuatnya tersingkir.

Di teras belakang, Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki masih melepas rindu dengan sang putra. Sesekali terdengar tawa ketiganya.

“Kamu sudah makan, Nang?”  

“Sudah Umi.”

“Mau tak buatkan minum?”

“Gak usah, Alfa mau langsung mandi dan istirahat.”

“Ya sudah, tak minta Galuh buat masakin makanan kesukaan kamu saja.”

“Gak usah Umi, Alfa gak pengin makan apa-apa, beneran.”

Satu hal yang Alfa hindari sejak dulu adalah bersinggungan dengan adik angkatnya. Meski tak pernah menunjukkan kebencian secara langsung, tapi Alfa memang tidak menyukai Galuh. Bagi Alfa, Galuh adalah perebut kasih sayang kedua orang tuanya untuk Althafunisa, adiknya yang meninggal ketika berusia satu tahun. Ego Alfa selalu tidak bisa menerima, jika kedua orang tuanya dengan mudahnya melupakan kesedihan ditinggal Althaf, gara-gara Galuh. Alfa tak mempermasalahkan Galuh adalah anak pungut atau statusnya yang tidak jelas. Dia tak sepicik itu, tapi intinya dia tak menyukai Galuh karena menurut dia, Galuh adalah alasan kedua orang tuanya melupakan sang adik, itu saja.

“Oh, ya sudah.”

Alfa memberikan senyum manisnya lalu berjalan menuju ke kamar. Sampai di depan kamar, Alfa tertegun. Dia pikir galuh masih OTW mengangkut tasnya satu per satu, ternyata semuanya sudah berada di depan kamarnya.

“Ck, paling dia minta tolong sama santri atau mbak khadamah. Makanya cepat.”

Alfa membawa satu per satu barang miliknya ke dalam kamar. Dia membiarkan saja barang-barang miliknya bergeletakan di samping ranjang. Alfa memutuskan akan membereskan nanti saja setelah rasa letihnya berkurang.

***

Kesibukan di kediaman Kyai Baihaki tampak begitu kentara. Lalu lalang tamu berdatangan demi bisa bertemu dengan sang putra mahkota dari pondok Al Kautsar.

Alwi sangat senang sepupunya pulang, dia bahkan sampai menghabiskan satu malam tidur di kamar sepupunya. Berbagi cerita dan bercanda seperti biasa. 

Kedatangan Alfa juga menghebohkan dunia para santriwati maupun ustazah yang mengajar di MTs maupun MA-nya. Rata-rata mengagumi ketampanan sosok Alfa. Ratna termasuk yang ikut heboh. Dimana pun dia berada, topik obrolan tak jauh-jauh dari Alfa, Alfa dan Alfa lagi. Galuh sampai harus tutup kuping saking bosannya mendengarkan pembicaraan sang sahabat tentang pangeran pondok. Seperti saat ini, saat keduanya sedang sibuk memasukkan snack ke dalam kardus untuk dibagikan pada peserta pengajian rutin di malam minggu.

"Luh, Gus Alfa tambah ganteng ya? Duh! Udah punya calon belum ya? Aih, jadi pengen jadi istrinya. Huwaaa." 

Galuh hanya menanggapi celetukan sahabatnya dengan senyum tipis. Namun tangannya tetap lihai menata dan memasukkan camilan ke dalam kardus.

"Luh."

"Hem."

"Kamu gak ada minat gitu buat—"

"Dia kakakku. Kakak angkatku, kayak Gus Alwi. Udah titik dan please jangan dibahas. Cukup aku sudah sering jadi buah bibir yang enggak-enggak di sini, tolong jangan ditambahi. Oke!" Ada binar permohonan di mata Galuh membuat Ratna hanya bisa mengangguk. 

Tentu saja Ratna tahu. Ratna adalah satu-satunya orang yang menjadi tempat Galuh berbagi cerita, kesedihan, tangisan dan semua hal. Semua rahasia Galuh, Ratna lah yang pegang.

"Kamu kok kuat ya Luh," celetuk Ratna tiba-tiba.

"Karena aku gak punya tempat lain lagi, Ratna. Aku belum menemukan rumah yang lain. Dan entahlah, mungkin aku gak akan pernah menemukan rumah mana pun buat aku tinggali," lirih Galuh.

Ratna yang mendengar suara Galuh bisa menangkap ada nada kegetiran, putus asa dan kekecewaan. Ratna tak bisa berkata-kata. Yang dia lakukan hanyalah mengatakan kalau bagiamana pun keadaan Galuh, dia akan tetap menjadi sahabat Galuh. Dalam suka maupun duka. 

"Makasih," ucap Galuh tulus.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Onycha Shanum
jan kasih kabur ni cerita novel bagus pk bngt
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Cinta Gadis tak Bernasab   129. Penculikan

    "Tuan, apa Anda ingin saya melakukannya segera?""Iya semakin cepat semakin baik. Setelah ini, aku akan langsung membawa cucuku pergi. Hingga tak ada seorang pun yang bisa mengambilnya," ucap lelaki tua bernama Bawazier. "Baik, Tuan. Saya akan segera mempersiapkan diri bersama yang lain.""Aku benar-benar berharap padamu, Danu. Jangan sampai membuat kesalahan, apalagi ada jejak yang akan menuju padaku, mengerti!""Tuan jangan khawatir. Tuan bisa percaya pada saya."Bawazier tersenyum puas. Danu, lelaki berusia tiga puluhan pun pergi dari ruang kerja milik Bawazier. Belum ada satu menit, pintu ruang kerja kembali terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Sosok itu langsung duduk di depan suaminya."Kak Bawazier, benarkah Kakak akan mengambil anak itu?""Tentu saja. Memangnya kamu punya cucu lain lagi? Atau kamu ingin aku menikah lagi agar aku bisa memiliki keturunan lain dan tidak perlu berurusan dengan keturunan dari wanita panti itu!" ucap Bawazier, se

  • Cinta Gadis tak Bernasab   128. Dugaan Hamil

    Alwi sedang tiduran di kasurnya. Setelah memastikan asetnya tidak apa-apa, dia memutuskan untuk istirahat. "Sial! Kenapa sih, aku seringnya sial kalau ketemu itu cewek. Awas saja, akan kubalas dia. Pasti akan kubalas."Tiba-tiba ponsel Alwi berdering, Alwi ingin tak mengangkatnya tapi akhirnya dia angkat juga. Setelah menjawab salam, dia langsung saja to the point pada si penelepon."Ada apa, Mbak?""Cuma mau ngasih tahu, beberapa kontrakmu dibatalkan termasuk yang kamu mau jadi pemeran utama film yang syuting di Beijing.""Bukannya emang produksinya juga bermasalah kan?""Emang. Makanya kamu harus bersyukur gak perlu bayar pinalti termasuk pelanggaran beberapa kontrak iklan.""Oh.""Hanya 'oh' saja tanggapanmu? Padahal kamu hampir aja mematikan mata pencaharianku."Alwi hanya diam saja tak berkomentar. Mita yang sudah menyerah pada Alwi akhirnya memberikan ultimatumnya"Terserah kamu. Masa kerja kita hanya tinggal enam bulan lagi sesuai kontrak. Aku udah gak akan nyariin kontrak apa

  • Cinta Gadis tak Bernasab   127. Sakit Ya?

    [Kapan kamu balik? Cepatlah balik. Banyak kerjaan yang sudah menunggu. Profesional dong, Wi! Kamu jangan gegayaan sok terkenal. Kamu tuh belum jadi apa-apa. Jangan belagu!][Awalnya aku seneng kerjasama sama kamu. Tapi kalau endingnya gini, mending aku gak nerbitin kamu loh, Wi][Bukan cuma kamu yang butuh duit. Aku juga. Aku harus kasih makan anakku. Please lah. Udah banyak yang aku lakuin buat ngurusin ego kamu. Oke sekali dua kali, itu gak masalah. Berulang kali ... sama aja bunuh diri][Kalau kamu masih anggep aku manajermu, jawab aku. Kalau gak bisa, anggap aku sahabat kamu. Kalau gak juga, anggap ini permintaan seorang janda yang lagi nyari duit buat makan!]Pesan dari sang manajer sedikit membuat Alwi merasa tak enak. Jujur saja, Alwi harus berterima kasih pada sang manajer. Karena wanita itu, Alwi menemukan passion dia. Alwi juga bisa membantu perekonomian sang manajer. Alwi pun bisa mendapat banyak uang. Uang yang ingin Alwi gunakan untuk masa depan bersama Galuh.Tapi ... se

  • Cinta Gadis tak Bernasab   126. Gendong-Gendongan

    Salah satu hal yang Alfa sukai jika Zahra sedang menginap adalah Fairuz akan lebih banyak waktu main sama Zahra jadi dia bisa lebih banyak main sama Galuh. Terutama bermain saat malam hari. Tanpa takut ketahuan dan bisa nambah berulang.Namun kali ini ada yang berbeda dengan sang istri. Biasanya jika selesai bercinta, Galuh hanya akan membersihkan diri lalu tidur. Tapi kali ini ada yang aneh, setelah membersihkan diri, yang dilakukan Galuh adalah ngemil. Ya, ngemil jajanan yang tadi sore dibeli di minimarket."Kamu laper banget apa?""Iya Mas. Rasanya pengen makan terus," jawab Galuh sambil sesekali mengunyah kuaci."Mau tak bikinin makanan? Mie instan, mie goreng atau nasi goreng? Sesuatu yang bikin kamu kenyang. Dari pada ngemil gitu, nanti gak kenyang.""Moh. Maunya ini aja.""Oh begitu. Ya udah, mas tak bikin mie goreng dulu deh.""Oke."Alfa pun keluar kamar dan segera menuju ke dapur. Galuh sendiri tetap bertahan di kamar. Dia ingin rambutnya kering dulu sebelum keluar kamar. Be

  • Cinta Gadis tak Bernasab   125. Ratunya Tantrum

    "Loh, Tifah. Sejak kapan di sini?" tanya Bu Nyai Khomsah. "Mas Baihaki mana, Mbak?" bukannya menjawab pertanyaan, Bu Nyai Latifah malah bertanya tentang keberadaan sang kakak. "Masih ngobrol sama Pak Subandi tadi.""Alfa mana?""Mampir ke minimarket, si Fay minta jajan. Masih pada di sana mungkin.""Haish."Bu Nyai Latifah kesal. Dia memilih kembali duduk di sofa ruang tamu dan menunggu sang kakak. Setengah jam kemudian, sang kakak akhirnya pulang. "Mas! Njenengan kemana saja sih? Lama bener ngobrolnya. Gak tahu apa aku sudah nunggu dari tadi.""Ya maaf. Habis tadi ngobrol urusan ngaspal jalan desa, makanya lama bahasnya," jawab Kyai Baihaki lembut. Kyai Baihaki kemudian duduk di sebelah sang adik. "Ada apa?""Alwi.""Alwi?"Bu Nyai Latifah lalu mengeluarkan semua unek-uneknya. Kyai Baihaki menyimak saja tanpa menyela. Begitu sang adik sudah mengutarakan semua yang dia ingin ucapkan, respon Kyai Baihaki hanya berupa helaan napas saja. "Lah kok gak ngomong sih Mas? Komen apa git

  • Cinta Gadis tak Bernasab   124. Dari Mana Kamu?

    "Kamu dari mana?" cecar Bu Nyai Latifah ketika sang putra baru saja masuk. Tapi Alwi tak langsung menjawab. Dia malah memilih menuju ke ruang tengah, duduk di sofa dan langsung berjibaku dengan ponsel. Bu Nyai Latifah tentu saja marah. Sang putra bukannya menjawab malah mengabaikannya. "Dari rumah Alfa, kan? Kamu mencoba menemui anak haram jadah itu lagi?" Suara Bu Nyai Latifah meninggi."Umi! Jangan sebut dia anak haram. Dia punya ayah dan ibu. Dan kalau Umi lupa, ayahnya Galuh termasuk keturunan Arab yang punya status tinggi. Mungkin lebih tinggi dari status Umi atau Abah.""Tapi ibunya wanita kotor. Jelek. Sama kayak Galuh.""Umiiii! Ibunya wanita baik-baik. Malah lebih baik dari Umi. Buktinya dia wanita baik, abanya Galuh tetep setia nungguin. Bahkan nerima lagi meski muka istrinya udah kayak gitu. Gak kayak Abah.""Maksud kamu apa? Abahku itu laki-laki baik?""Umi yakin?" "Tentulah."Alwi tertawa. "Terus wanita bernama Indira, itu siapa ya?"Mimik wajah Bu Nyai Latifah langsun

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status