Cinta Gadis tak Bernasab

Cinta Gadis tak Bernasab

last updateHuling Na-update : 2025-06-24
By:  Bai_NaraIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.8
29 Mga Ratings. 29 Rebyu
128Mga Kabanata
28.3Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Kata cinta adalah kata 'terkutuk' untuk gadis bernama Galuh Anjani. Meski kata orang dia memiliki bentuk fisik nyaris sempurna, namun kecacatan berada pada asal usul kehadirannya. Ditemukan di depan gerbang sebuah pondok, diasuh oleh pengurus pondok yang baru saja kehilangan putri keduanya karena sakit. Galuh dirawat penuh kasih oleh Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki. Meski hidupnya lurus tanpa cela, setiap lelaki yang datang padanya selalu mundur begitu melihat asal usulnya. Sebagai wanita, dia harus menikah dengan embel-embel binti bapaknya. Sementara Galuh, tidak tahu siapa bapak ibunya. Beberapa kali dikecewakan, membuat Galuh sudah pasrah. Hatinya terkunci rapat untuk semua pria. Baginya, cinta itu bukan untuknya. Apalagi, sosok yang selalu membuatnya berdebar sudah menambatkan hati pada orang lain. Dan kini, dia pun dipaksa untuk menyingkir, karena calon ratu di hati sang pujaan, juga mengharap cinta bapak dan ibu angkat Galuh, hanya untuknya, sang calon menantu.

view more

Kabanata 1

1. Ditolak Lagi

Seorang wanita sedang sibuk menderas Al-Quran di kamarnya yang berada di bagian pojok. Gadis itu berusia dua puluh lima tahun. Dia adalah anak angkat Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki. Mereka adalah pengasuh di sebuah pondok di daerah Kebumen dengan nama Pondok Al Kautsar.

 

Meski menjadi anak angkat seorang kyai dan bu nyai yang cukup ternama di daerah Kebumen, Galuh tak pernah membanggakan diri. Dia tetap rendah hati namun tidak pernah merasa rendah diri. Bagi Galuh, semua manusia sama yang membedakan adalah ketakwaan. Catat ketakwaan.

Galuh masih sibuk menderas Al Quran hingga deresannya terhenti ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.

“Wa'alaikumsalam, masuk,” titah Galuh.

Pintu terbuka dan tampaklah seorang santri berusia delapan belas tahun bernama, Husna.

“Ada apa Mbak Husna?”

“Ditimbali Umi, Mbak.”

“Oooo. Bentar ya, rampungin beberapa ayat lagi.”

“Nggih.”

Husna pun pergi dan menutup pintu, Galuh sendiri kembali melanjutkan ngajinya hingga berganti ke akhir surat Al-Maidah. Galuh pun segera menaruh mushafnya di nakas, mencopot mukena, dan menutupi kepalanya dengan kerudung instan dari bahan cerruty. Galuh bergegas menemui ibu angkatnya.

Sampai di samping pintu rumah, Galuh mengucap salam dan menggunakan kedua lututnya untuk mencapai ke arah sang ibu angkat yang duduk di sofa ruang tengah,. Galuh langsung mencium tangan sang ibu angkat dengan takdim. Bu Nyai Khomsah tersenyum melihat kedatangan sang anak angkat. Di samping beliau ada orang lain. Seorang wanita seusia Bu Nyai Khomsah.

“Nduk, kenalin ini Bu Nyai Khofifah dari Tegal.”

Galuh tersenyum lalu menyalami Bu Nyai Khofifah. Bu Nyai Khofifah tampak memperhatikan Galuh dari atas hingga bawah. Ada binar kekaguman di mata wanita usia setengah abad itu. Bu Nyai Khomsah tersenyum, dia berharap kali ini akan berhasil.

“Namamu siapa?”

“Galuh Anjani, Bu Nyai.”

“Wah nama yang bagus. Sudah lulus kuliah?”

“Sampun Bu Nyai.”

“Lulusan apa?”

 

“Pendidikan matematika.”

“Oooo, tapi sudah khatam tiga puluh jus, kan?”

“Nyuwun pandonganipun, Bu Nyai.”

“Dia sudah khatam sejak lulus Aliyah, tinggal istikhomahnya aja,” celetuk Bu Nyai Khomsah.

 

Bu Nyai Khofifah manggut-manggut. Lalu dia kembali bertanya banyak hal pada Galuh membuat sang gadis hanya bisa menjawab dengan menunduk sambil menata hatinya. Sejauh ini, semua pertanyaan dari Bu Nyai Khofifah berhasil dia jawab dengan cukup baik. Entah nanti jika pertanyaan paling sakral terucap dari mulut sang bu nyai asal Tegal itu apakah Galuh masih bisa menjawab atau tidak.

“Kamu Asli mana?”

Deg. Galuh diam, tak bisa menjawab. Bu Nyai Khomsah yang paham akhirnya bersuara.

“Galuh saya temukan di depan gerbang pondok, dua puluh lima tahun yang lalu. Kami sudah mencari info siapa kedua orang tuanya tapi … hingga saat ini kami belum menemukan hasil. Namun Bu Nyai jangan khawatir, saya jamin Galuh itu sangat baik, kok.”

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Bu Nyai Khomsah mencoba mengamati raut wajah salah satu kenalannya. Dan raut wajah Bu Nyai Khofifah ternyata sama saja dengan raut wajah yang lain. Para kandidat calon ibu mertua Galuh yang rata-rata akan menolak Galuh gara-gara asal usul Galuh.

“Jadi Galuh anak terbuang? Bibit, bobot dan bebetnya gak ketahuan?” celetuk Bu Nyai Khofifah.

“Insya Allah anaknya baik, kok Bu Nyai. Saya jamin, saestu. Bu Nyai kan minta yang pinter ngaji, tawadu, baik, sopan, ya makanya saya sarankan Galuh.” Bu Nyai Khomsah berkata dengan suara yang lembut dan sopan.

“Lah ya mana bisa gitu, Bu Nyai. Anakku si Farid kan anak kyai, kita dari keluarga pesantren turun temurun, masa nyari istri yang gak jelas bibit, bobot dan bebetnya? Ya gak mau aku, emoh. Mending aku nikahkan anakku sama mantan ta'arufan anakku yang katanya calon bidan. Meski bukan santri tapi jelas siapa orang taunya.” Bu Nyai Khofifah tampak kesal dengan Bu Nyai Khomsah, dalam hati dia merutuki bagaimana bisa Bu Nyai Khomsah menawarkan gadis tanpa nasab yang jelas pada putranya. Meski sang putra mengatakan kalau dia kesengsem dengan foto Galuh tetap saja dia tak akan asal mengiyakan calon mantu yang gak jelas asal-usulnya.

“Ya sudahlah, gak usah dicariin lagi, Bu Nyai. Saya tak nyari yang lain saja. Itu calon bidan kenalannya Farid tak jadikan cadangan sebelum saya menemukan calon lain yang lebih baik.”

 

 

Bu Nyai Khomsah hanya bisa tersenyum. Meski begitu, terlihat sekali matanya menyiratkan kesedihan. Galuh sendiri hanya menunduk dan diam. Dia tak bersuara. Dia hanya bersuara dan bergerak ketika Bu Nyai Khofifah pamitan.

 

Farid yang melihat Galuh menemani sang ibu angkat melakukan aksi lirik-lirik dan tebar senyum yang langsung mendapat pelototan dari sang ibu. Farid ingin sekali mengatakan pada ibunya jika dia mau minta nomer ponsel Galuh. Namun lagi-lagi pelototan sang ibu membuat Farid urung. Dia pun mau tak mau ikutan masuk mobil bersama kedua orang tuanya.

 

Begitu mobil keluarga kyai dari Tegal itu sudah tak ada, Bu Nyai Khomsah terlihat menghembuskan napas dengan keras. Dia memijat dahinya. Sang suami tersenyum menenangkan.

“Masuk aja yuk, kita ngobrol sambil duduk aja di dalam biar gak capek dan spaneng.”

Ketiganya lalu masuk. Galuh segera mengambil minyak rempah-rempah dengan botol warna hijau dan mengoleskan pada leher sang ibu angkat. Dengan telaten Galuh memijatnya. Sepuluh menit kemudian, Galuh menanyakan keadaan sang ibu angkat.

“Sudah enakan, Umi?” tanya Galuh dengan terus memijat. 

 

“Lumayan, tapi umi sedih, Nduk.” 

 

“Sedih kenapa Umi? Sedih karena Galuh ditolak lagi?”

 

“Iya, dan ini sudah yang kelima kali, Nduk. Umi stress kepikiran kamu. Teman-teman seangkatanmu sudah nikah semua, bahkan di bawahmu juga, lah kamu kapan?”

“Kapan-kapan kalau Allah menakdirkan, Umi. Lagian gak ketemu di dunia ya akhirat, Umi. Gitu aja repot.”

Bu Nyai Khomsah menimpuk bahu putri angkatnya dengan cukup keras membuat sang gadis mengaduh lalu terkikik.

 

“Ngomongmu, Nduk. Bisa jadi doa.”

 

“Lah setidaknya di surga, jodohnya Galuh gak mandeng bibit, bebet, sama bobotnya Galuh, Umi," ucap sang gadis. Meski dengan cengengesan tapi kedua orang tua di dekatnya tahu, jika Galuh sama-sama stress seperti Bu Nyai Khomsah.

 

“Mungkin belum jodoh, sabar. Galuh masih muda, baru dua lima. Siapa tahu ya Nduk ya, ketemu jodoh di perempatan.” Kyai Baihaki mencoba sedikit mencairkan ketegangan.

“Nggih, Bah. Amin, jodoh till jannah ya Bah.”

“Amin.”

Lalu ayah dan anak angkat sama-sama tertawa sementara Bu Nyai Khomsah memilih memijat pelipisnya. Kepalanya terasa pening, lehernya kaku dan perutnya bergejolak karena rasa mual.

 

“Gak usah bercanda deh, Abah. Ini sudah berkali-kali loh. Mau dari orang biasa, orang kaya hingga gak punya, pada nolak Galuh terus. Umi jadi sedih.”

“Ya berarti emang bukan jodohnya Galuh ya Luh.”

“Nggih, Bah. Umi santai saja dong, Galuh saja santai, sabar. Umi jangan kepikiran ya? Mending Umi mikirin nyariin jodohnya Gus Alfa saja. Sudah dua delapan, sudah pantes, nikah.”

 

Bu Nyai Khomsah kembali memijit pelipisnya sementara Kyai Baihaki dan Galuh tersenyum. Jelas jika berurusan dengan putra semata wayang mereka, maka akan jauh lebih njlimet. Putra mereka masih menempuh pendidikan di Kairo untuk program S3. Dan selama ini, putranya juga jarang ada kabar dekat dengan cewek. Sekalinya akan dijodohkan, sang putra langsung menolak mentah-mentah.

 

“Gak kamu, gak si Alfa. Pada bae angele nek urusan jodoh (sama saja susahnya kalau urusan jodoh).” Bu Nyai Khomsah kembali memijat pelipisnya sementara Kyai Baihaki dan Galuh berusaha menahan tawa. Galuh pun kembali memijat leher sang ibu angkat, membawanya pada banyak cerita agar sang ibu melupakan sejenak perihal upaya perjodohan yang kembali gagal.

 

 

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

10
97%(28)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
3%(1)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.8 / 10.0
29 Mga Ratings · 29 Rebyu
Sulatin ang Repaso
user avatar
@yantigothil
cerita yang menarik, lanjut donk mak
2025-05-06 14:10:24
0
user avatar
Yusi Herlina
semoga ga kebanyakan bab yg buat muter2 jd bosenin. tapi ini keren sih smg pas ketemu tuntas ga bolak balik
2024-12-11 13:23:27
0
user avatar
Forzie Giau
plot yang menarik , banyak rintangan tetapi ada penyelesaian melalui ungkapan rasa dan kata yang mudah dihayati pembaca. Mantap sekali.
2024-11-26 18:06:20
1
user avatar
Amih Lilis
Keren mak ...
2024-11-01 07:03:03
0
user avatar
Aku Sendiri
keren ceritanya
2024-10-31 23:45:57
0
user avatar
Ayun Retno
tambah seru ceritanya...AQ doain semoga othornya khilaf update tiap hari
2024-10-31 23:18:09
1
user avatar
S.T.
cerita nya bagus. dibaca deh, ga rugi pkk nya
2024-10-31 19:35:09
0
user avatar
Fitri Widya
Ceritanya bagus, ga pasaran, ayoo galuh, saatnya kamu buat mikirin diri kamu luh, ga usah peduliin atau terlalu menjaga perasaan orang lain... Alfa yuuk sadar kamu jg ada rasa sama galuh, coba susun puzzle2 beberapa mimpi kamu
2024-10-31 14:31:33
0
user avatar
laili tun
pary berikutnya kok lama banget ndak nambah2 kak
2023-11-16 08:29:05
2
user avatar
Rani Chairani
ide cerita dan alur ceritanya bagus
2023-11-06 16:21:01
0
user avatar
laili alhamidi
ayo kak lanjutkan semangat
2023-11-04 00:05:21
0
user avatar
Aryani Pratama
Nunggu part berikutnya Lama banget,
2023-11-02 20:00:08
0
user avatar
Nurul Choiriyah
suka bgt sama ceritanya mamak bainara. gk ngebosenin alurnya. dan pastinya selalu bnyak plajaran yg bisa di ambil ...️...️ smngat berkarya selallu mak ...
2023-11-01 14:33:14
0
user avatar
Wur Yani
bagus bngt ceritanya...gemes liat gus alfa sama galuh yg g ada akurnya...keren mak Bai_nara...️...️...️...️...️...️
2023-10-29 23:16:16
0
user avatar
@gothil
cerita kesekian kalinya karya mak bai,, selalu mengharu biru dan menggelitik hati, banyak makna dan mempesona, semangat mamakku
2023-10-29 21:54:25
0
  • 1
  • 2
128 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status