Cinta Gadis tak Bernasab

Cinta Gadis tak Bernasab

last updateLast Updated : 2025-05-07
By:  Bai_NaraUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.8
29 ratings. 29 reviews
122Chapters
26.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kata cinta adalah kata 'terkutuk' untuk gadis bernama Galuh Anjani. Meski kata orang dia memiliki bentuk fisik nyaris sempurna, namun kecacatan berada pada asal usul kehadirannya. Ditemukan di depan gerbang sebuah pondok, diasuh oleh pengurus pondok yang baru saja kehilangan putri keduanya karena sakit. Galuh dirawat penuh kasih oleh Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki. Meski hidupnya lurus tanpa cela, setiap lelaki yang datang padanya selalu mundur begitu melihat asal usulnya. Sebagai wanita, dia harus menikah dengan embel-embel binti bapaknya. Sementara Galuh, tidak tahu siapa bapak ibunya. Beberapa kali dikecewakan, membuat Galuh sudah pasrah. Hatinya terkunci rapat untuk semua pria. Baginya, cinta itu bukan untuknya. Apalagi, sosok yang selalu membuatnya berdebar sudah menambatkan hati pada orang lain. Dan kini, dia pun dipaksa untuk menyingkir, karena calon ratu di hati sang pujaan, juga mengharap cinta bapak dan ibu angkat Galuh, hanya untuknya, sang calon menantu.

View More

Chapter 1

1. Ditolak Lagi

Seorang wanita sedang sibuk menderas Al-Quran di kamarnya yang berada di bagian pojok. Gadis itu berusia dua puluh lima tahun. Dia adalah anak angkat Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki. Mereka adalah pengasuh di sebuah pondok di daerah Kebumen dengan nama Pondok Al Kautsar.

 

Meski menjadi anak angkat seorang kyai dan bu nyai yang cukup ternama di daerah Kebumen, Galuh tak pernah membanggakan diri. Dia tetap rendah hati namun tidak pernah merasa rendah diri. Bagi Galuh, semua manusia sama yang membedakan adalah ketakwaan. Catat ketakwaan.

Galuh masih sibuk menderas Al Quran hingga deresannya terhenti ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.

“Wa'alaikumsalam, masuk,” titah Galuh.

Pintu terbuka dan tampaklah seorang santri berusia delapan belas tahun bernama, Husna.

“Ada apa Mbak Husna?”

“Ditimbali Umi, Mbak.”

“Oooo. Bentar ya, rampungin beberapa ayat lagi.”

“Nggih.”

Husna pun pergi dan menutup pintu, Galuh sendiri kembali melanjutkan ngajinya hingga berganti ke akhir surat Al-Maidah. Galuh pun segera menaruh mushafnya di nakas, mencopot mukena, dan menutupi kepalanya dengan kerudung instan dari bahan cerruty. Galuh bergegas menemui ibu angkatnya.

Sampai di samping pintu rumah, Galuh mengucap salam dan menggunakan kedua lututnya untuk mencapai ke arah sang ibu angkat yang duduk di sofa ruang tengah,. Galuh langsung mencium tangan sang ibu angkat dengan takdim. Bu Nyai Khomsah tersenyum melihat kedatangan sang anak angkat. Di samping beliau ada orang lain. Seorang wanita seusia Bu Nyai Khomsah.

“Nduk, kenalin ini Bu Nyai Khofifah dari Tegal.”

Galuh tersenyum lalu menyalami Bu Nyai Khofifah. Bu Nyai Khofifah tampak memperhatikan Galuh dari atas hingga bawah. Ada binar kekaguman di mata wanita usia setengah abad itu. Bu Nyai Khomsah tersenyum, dia berharap kali ini akan berhasil.

“Namamu siapa?”

“Galuh Anjani, Bu Nyai.”

“Wah nama yang bagus. Sudah lulus kuliah?”

“Sampun Bu Nyai.”

“Lulusan apa?”

 

“Pendidikan matematika.”

“Oooo, tapi sudah khatam tiga puluh jus, kan?”

“Nyuwun pandonganipun, Bu Nyai.”

“Dia sudah khatam sejak lulus Aliyah, tinggal istikhomahnya aja,” celetuk Bu Nyai Khomsah.

 

Bu Nyai Khofifah manggut-manggut. Lalu dia kembali bertanya banyak hal pada Galuh membuat sang gadis hanya bisa menjawab dengan menunduk sambil menata hatinya. Sejauh ini, semua pertanyaan dari Bu Nyai Khofifah berhasil dia jawab dengan cukup baik. Entah nanti jika pertanyaan paling sakral terucap dari mulut sang bu nyai asal Tegal itu apakah Galuh masih bisa menjawab atau tidak.

“Kamu Asli mana?”

Deg. Galuh diam, tak bisa menjawab. Bu Nyai Khomsah yang paham akhirnya bersuara.

“Galuh saya temukan di depan gerbang pondok, dua puluh lima tahun yang lalu. Kami sudah mencari info siapa kedua orang tuanya tapi … hingga saat ini kami belum menemukan hasil. Namun Bu Nyai jangan khawatir, saya jamin Galuh itu sangat baik, kok.”

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Bu Nyai Khomsah mencoba mengamati raut wajah salah satu kenalannya. Dan raut wajah Bu Nyai Khofifah ternyata sama saja dengan raut wajah yang lain. Para kandidat calon ibu mertua Galuh yang rata-rata akan menolak Galuh gara-gara asal usul Galuh.

“Jadi Galuh anak terbuang? Bibit, bobot dan bebetnya gak ketahuan?” celetuk Bu Nyai Khofifah.

“Insya Allah anaknya baik, kok Bu Nyai. Saya jamin, saestu. Bu Nyai kan minta yang pinter ngaji, tawadu, baik, sopan, ya makanya saya sarankan Galuh.” Bu Nyai Khomsah berkata dengan suara yang lembut dan sopan.

“Lah ya mana bisa gitu, Bu Nyai. Anakku si Farid kan anak kyai, kita dari keluarga pesantren turun temurun, masa nyari istri yang gak jelas bibit, bobot dan bebetnya? Ya gak mau aku, emoh. Mending aku nikahkan anakku sama mantan ta'arufan anakku yang katanya calon bidan. Meski bukan santri tapi jelas siapa orang taunya.” Bu Nyai Khofifah tampak kesal dengan Bu Nyai Khomsah, dalam hati dia merutuki bagaimana bisa Bu Nyai Khomsah menawarkan gadis tanpa nasab yang jelas pada putranya. Meski sang putra mengatakan kalau dia kesengsem dengan foto Galuh tetap saja dia tak akan asal mengiyakan calon mantu yang gak jelas asal-usulnya.

“Ya sudahlah, gak usah dicariin lagi, Bu Nyai. Saya tak nyari yang lain saja. Itu calon bidan kenalannya Farid tak jadikan cadangan sebelum saya menemukan calon lain yang lebih baik.”

 

 

Bu Nyai Khomsah hanya bisa tersenyum. Meski begitu, terlihat sekali matanya menyiratkan kesedihan. Galuh sendiri hanya menunduk dan diam. Dia tak bersuara. Dia hanya bersuara dan bergerak ketika Bu Nyai Khofifah pamitan.

 

Farid yang melihat Galuh menemani sang ibu angkat melakukan aksi lirik-lirik dan tebar senyum yang langsung mendapat pelototan dari sang ibu. Farid ingin sekali mengatakan pada ibunya jika dia mau minta nomer ponsel Galuh. Namun lagi-lagi pelototan sang ibu membuat Farid urung. Dia pun mau tak mau ikutan masuk mobil bersama kedua orang tuanya.

 

Begitu mobil keluarga kyai dari Tegal itu sudah tak ada, Bu Nyai Khomsah terlihat menghembuskan napas dengan keras. Dia memijat dahinya. Sang suami tersenyum menenangkan.

“Masuk aja yuk, kita ngobrol sambil duduk aja di dalam biar gak capek dan spaneng.”

Ketiganya lalu masuk. Galuh segera mengambil minyak rempah-rempah dengan botol warna hijau dan mengoleskan pada leher sang ibu angkat. Dengan telaten Galuh memijatnya. Sepuluh menit kemudian, Galuh menanyakan keadaan sang ibu angkat.

“Sudah enakan, Umi?” tanya Galuh dengan terus memijat. 

 

“Lumayan, tapi umi sedih, Nduk.” 

 

“Sedih kenapa Umi? Sedih karena Galuh ditolak lagi?”

 

“Iya, dan ini sudah yang kelima kali, Nduk. Umi stress kepikiran kamu. Teman-teman seangkatanmu sudah nikah semua, bahkan di bawahmu juga, lah kamu kapan?”

“Kapan-kapan kalau Allah menakdirkan, Umi. Lagian gak ketemu di dunia ya akhirat, Umi. Gitu aja repot.”

Bu Nyai Khomsah menimpuk bahu putri angkatnya dengan cukup keras membuat sang gadis mengaduh lalu terkikik.

 

“Ngomongmu, Nduk. Bisa jadi doa.”

 

“Lah setidaknya di surga, jodohnya Galuh gak mandeng bibit, bebet, sama bobotnya Galuh, Umi," ucap sang gadis. Meski dengan cengengesan tapi kedua orang tua di dekatnya tahu, jika Galuh sama-sama stress seperti Bu Nyai Khomsah.

 

“Mungkin belum jodoh, sabar. Galuh masih muda, baru dua lima. Siapa tahu ya Nduk ya, ketemu jodoh di perempatan.” Kyai Baihaki mencoba sedikit mencairkan ketegangan.

“Nggih, Bah. Amin, jodoh till jannah ya Bah.”

“Amin.”

Lalu ayah dan anak angkat sama-sama tertawa sementara Bu Nyai Khomsah memilih memijat pelipisnya. Kepalanya terasa pening, lehernya kaku dan perutnya bergejolak karena rasa mual.

 

“Gak usah bercanda deh, Abah. Ini sudah berkali-kali loh. Mau dari orang biasa, orang kaya hingga gak punya, pada nolak Galuh terus. Umi jadi sedih.”

“Ya berarti emang bukan jodohnya Galuh ya Luh.”

“Nggih, Bah. Umi santai saja dong, Galuh saja santai, sabar. Umi jangan kepikiran ya? Mending Umi mikirin nyariin jodohnya Gus Alfa saja. Sudah dua delapan, sudah pantes, nikah.”

 

Bu Nyai Khomsah kembali memijit pelipisnya sementara Kyai Baihaki dan Galuh tersenyum. Jelas jika berurusan dengan putra semata wayang mereka, maka akan jauh lebih njlimet. Putra mereka masih menempuh pendidikan di Kairo untuk program S3. Dan selama ini, putranya juga jarang ada kabar dekat dengan cewek. Sekalinya akan dijodohkan, sang putra langsung menolak mentah-mentah.

 

“Gak kamu, gak si Alfa. Pada bae angele nek urusan jodoh (sama saja susahnya kalau urusan jodoh).” Bu Nyai Khomsah kembali memijat pelipisnya sementara Kyai Baihaki dan Galuh berusaha menahan tawa. Galuh pun kembali memijat leher sang ibu angkat, membawanya pada banyak cerita agar sang ibu melupakan sejenak perihal upaya perjodohan yang kembali gagal.

 

 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
97%(28)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
3%(1)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.8 / 10.0
29 ratings · 29 reviews
Write a review
user avatar
@yantigothil
cerita yang menarik, lanjut donk mak
2025-05-06 14:10:24
0
user avatar
Yusi Herlina
semoga ga kebanyakan bab yg buat muter2 jd bosenin. tapi ini keren sih smg pas ketemu tuntas ga bolak balik
2024-12-11 13:23:27
0
user avatar
Forzie Giau
plot yang menarik , banyak rintangan tetapi ada penyelesaian melalui ungkapan rasa dan kata yang mudah dihayati pembaca. Mantap sekali.
2024-11-26 18:06:20
1
user avatar
Amih Lilis
Keren mak ...
2024-11-01 07:03:03
0
user avatar
Aku Sendiri
keren ceritanya
2024-10-31 23:45:57
0
user avatar
Ayun Retno
tambah seru ceritanya...AQ doain semoga othornya khilaf update tiap hari
2024-10-31 23:18:09
1
user avatar
S.T.
cerita nya bagus. dibaca deh, ga rugi pkk nya
2024-10-31 19:35:09
0
user avatar
Fitri Widya
Ceritanya bagus, ga pasaran, ayoo galuh, saatnya kamu buat mikirin diri kamu luh, ga usah peduliin atau terlalu menjaga perasaan orang lain... Alfa yuuk sadar kamu jg ada rasa sama galuh, coba susun puzzle2 beberapa mimpi kamu
2024-10-31 14:31:33
0
user avatar
laili tun
pary berikutnya kok lama banget ndak nambah2 kak
2023-11-16 08:29:05
2
user avatar
Rani Chairani
ide cerita dan alur ceritanya bagus
2023-11-06 16:21:01
0
user avatar
laili alhamidi
ayo kak lanjutkan semangat
2023-11-04 00:05:21
0
user avatar
Aryani Pratama
Nunggu part berikutnya Lama banget,
2023-11-02 20:00:08
0
user avatar
Nurul Choiriyah
suka bgt sama ceritanya mamak bainara. gk ngebosenin alurnya. dan pastinya selalu bnyak plajaran yg bisa di ambil ...️...️ smngat berkarya selallu mak ...
2023-11-01 14:33:14
0
user avatar
Wur Yani
bagus bngt ceritanya...gemes liat gus alfa sama galuh yg g ada akurnya...keren mak Bai_nara...️...️...️...️...️...️
2023-10-29 23:16:16
0
user avatar
@gothil
cerita kesekian kalinya karya mak bai,, selalu mengharu biru dan menggelitik hati, banyak makna dan mempesona, semangat mamakku
2023-10-29 21:54:25
0
  • 1
  • 2
122 Chapters
1. Ditolak Lagi
Seorang wanita sedang sibuk menderas Al-Quran di kamarnya yang berada di bagian pojok. Gadis itu berusia dua puluh lima tahun. Dia adalah anak angkat Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki. Mereka adalah pengasuh di sebuah pondok di daerah Kebumen dengan nama Pondok Al Kautsar.Meski menjadi anak angkat seorang kyai dan bu nyai yang cukup ternama di daerah Kebumen, Galuh tak pernah membanggakan diri. Dia tetap rendah hati namun tidak pernah merasa rendah diri. Bagi Galuh, semua manusia sama yang membedakan adalah ketakwaan. Catat ketakwaan.Galuh masih sibuk menderas Al Quran hingga deresannya terhenti ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.“Wa'alaikumsalam, masuk,” titah Galuh.Pintu terbuka dan tampaklah seorang santri berusia delapan belas tahun bernama, Husna.“Ada apa Mbak Husna?”“Ditimbali Umi, Mbak.”“Oooo. Bentar ya, rampungin beberapa ayat lagi.”“Nggih.”Husna pun pergi dan menutup pintu, Galuh sendiri kembali melanjutkan ngajinya hingga berganti ke akhir surat Al-Maidah. Galuh
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more
2. Coba Kamu Nerima Aku
Galuh keluar dari rumah ibu angkatnya dan hendak kembali ke pondok, namun langkahnya terhenti gara-gara di depannya ada sosok Gus Alwi, keponakan dari Kyai Baihaki. Ibunya Gus Alwi adalah adik kandung Kyai Baihaki. Usia Gus Alwi adalah dua enam. Ayahnya bukan gus, melainkan mantan anggota TNI yang gugur di medan Papua saat sedang menjalankan tugas. Pada saat sang ayah meninggal, Gus Alwi masih berusia lima tahun. Semenjak sang suami meninggal, Bu Nyai Latifah memilih kembali ke Kebumen membawa anak semata wayangnya. Dia tinggal di sebuah rumah yang berada di dekat kompleks pondok putra, dan tidak mau menikah lagi hingga sekarang. Padahal selepas masa iddah, banyak yang melamar tapi Bu Nyai Latifah menolak dan memilih tetap menjanda.“Gus Alwi,” sapa Galuh sopan. Dia pun menunduk.“Habis ditolak lagi?” tanya Alwi dengan nada ketus.Galuh hanya tersenyum dan sama sekali tak memberi penjelasan membuat Alwi kesal. Mulutnya gatal untuk tidak mengoceh pada sepupu angkatnya itu.“Sudah kubil
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more
3. Cinta Pertama
Galuh memberikan senyum manisnya pada Jauza. Jauza pun membalas hal yang serupa. Meski keduanya saling mengenal tapi tidak terlalu akrab. Tentu saja karena ada batas bernama kedudukan. Jauza meski bukan Ning tapi masih kerabat dekat keluarga Kyai Baihaki. Sementara Galuh? Sudah jelas dia siapa."Mbak Galuh apa kabar?" tanya Jauza mencoba beramah-tamah."Alhamdulillah baik, Mbak. Mbak Jauza bagaimana kabarnya?""Saya juga baik."Hening. Keduanya sama-sama diam lagi."Budhe dimana ya, Mbak?""Umi sedang menyimak hapalan, Mbak.""Oh, iya juga ya."Lagi-lagi keduanya terdiam. Galuh segan untuk memulai obrolan sementara Jauza bingung mau membawa Galuh pada tema obrolan apa."Loh Jau, masih di sini? Belum ketemu sama Mbak Khomsah?"Sebuah suara memecah keheningan. Tampaklah Bu Nyai Latifah yang datang, baik Galuh dan Jauza langsung menyalami Bu Nyai Latifah.“Belum Budhe.”“Lah kasihan tahu gini nunggu di tempat Budhe aja, ngobrol sama budhe. Alwi juga di rumah.”“Jauza ditemeni Mbak Galuh
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more
4. Pangeran Pondok Pulang
Alfa beristighfar, dia menunduk. Ikhlas yang melihat tingkah sahabatnya terkikik. Menurutnya sikap Alfa itu lucu, terlihat sekali sahabatnya itu sedang terpesona.“Mas Alfa kan? Yang kemarin nolong saya?” cecar Shadiqah.Alfa hanya mengangguk. Shadiqah kembali tersenyum, “Boleh Shadi duduk di sini?”“Boleh-boleh, silakan.” Ikhlas yang langsung mempersilahkan. Dia bahkan sengaja mengarahkan Shadiqah ke kursi yang paling dekat dengan Alfa. Shadiqah pun duduk agak berdekatan dengan Alfa membuat sang bujang sedikit menjauhkan kursinya agar tak terlalu dekat dengan non muhrim.“Udah pesen makan Mbak?” Ikhlas kembali bertanya.“Udah kok.”“Mau minum?”“Boleh.”Ikhlas memanggil pelayan, dan menanyakan kepada Shadiqah mau minum apa. Shadiqah menjawab mau minum jus jeruk saja. Shadiqah akhirnya menghabiskan waktu bersama Ikhlas dan Alfa. Terlihat percakapan didominasi oleh Shadiqah dan Ikhlas, Alfa lebih banyak menjadi pendengar. Dalam obrolan Shadiqah dan Ikhlas, Alfa jadi tahu jika Shadiqah
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more
5. Dianggap Musuh
Galuh masih shock. Dia diam saja dalam posisi bak ala-ala aktris dan aktor Korea yang sedang melakoni drama romansa. Sayangnya antara Galuh dan Alfa bukannya terlibat dalam sebuah romansa, yang ada keduanya terikat pada realita ya realita. Terutama setelah kata-kata pedas dari sang pria, langsung menyadarkan Galuh untuk kembali menapak ke bumi jangan ke dunia mimpi apalagi halu."Kamu mau melakoni adegan macam ginian sampai kapan?" Suara Alfa terdengar sinis membuat Galuh meringis dan segera bangkit, melepaskan diri dari cekalan tangan Alfa."Hehehe, Gus." Galuh mencoba memberikan senyum seindah melati sewangi Kasturi. Sayang segala bentuk tindak tanduk Galuh tidak diapresiasi."Hehehe, ha he ha he, ceroboh! Kamu mau nambah usia berapa pun tetep ceroboh," sinis Alfa."Maaf, Gus."Galuh menunduk, sementara Alfa masuk ke dalam rumah. Baru tiga langkah, Alfa berbalik."Bawain koperku, tuh udah diturunin sama sopir grab," titah Alfa dengan suara ketus."Nggih, Gus.""Taruh depan kamar, ja
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more
6. Mulai Melawan
Galuh menerima hadiah dari Alfa dengan kikuk, sementara sang kakak angkat hanya memamerkan senyum tipisnya. Beruntung Alfa memiliki karakter cool, irit ngomong dan segala sifat yang dimiliki oleh kulkas dua pintu, sehingga menyamarkan ketidaksukaan Alfa pada Galuh. “Makasih, Gus,” ucap Galuh lirih. Dia menatap kerudung motif segi empat berwarna hijau toska pemberian sang kakak angkat. Ada keharuan yang menyelimuti hati Galuh. Meski sikap Alfa padanya memang bisa dikatakan kurang bersahabat, tapi kakak angkatnya memang selalu memberinya hadiah kemana pun dia berada. Dan bagi Galuh itu sudah cukup, dia tak akan meminta lebih. “Buatku mana Mas?” rajuk Alwi. Alfa menatap adik sepupunya, “Bukannya sudah tak kasih banyak?” “Kurang.” “Kamu gak minta aku beliin jilbab kayak Galuh kan?” “Astaghfirullah, ya gak gitu juga ngasih hadiahnya, Mas!” pekik Alwi sementara yang lain hanya tertawa mendengar celetukan Alfa yang lucu. Ya lucu karena saat mengatakannya, ekspresi muka Alfa adalah tanp
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more
7. Nguping
Galuh tak dapat menahan senyum lebarnya begitu acara yang dia ketua berakhir dengan begitu sangat meriah. Dia bahkan mendapat banyak ucapan selamat dari para Ustazah dan yang spesial dari Abah Baihaki dan Umi Khomsah.Alfa sendiri hanya diam saja, tak mengucap selamat atau apa pun. Alfa lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya saat sang ibu mengajak Galuh bercengkrama di rumah. Bahkan dia pura-pura harus menelepon sahabatnya agar bisa meninggalkan ruang keluarga. Bukannya sedih, Galuh malah senang jika Alfa tak berada satu ruangan dengannya. Dia bisa lebih banyak berekspresi dan bisa ngobrol santai dengan ibu angkatnya. Obrolan yang lama kelamaan jadi makin serius karena Umi Khomsah memang mengajak Galuh bicara serius."Luh.""Nggih Umi.""Ada lamaran dari Kyai Basroni, kamu ...." Bu Nyai Khomsah diam. Ada mendung di wajahnya."Saya tahu Umi, istri beliau sudah matur ke saya. Tapi mohon maaf Umi, Galuh menolak permintaan beliau. Pantang bagi Galuh jadi yang kedua. Meski Galuh
last updateLast Updated : 2023-08-29
Read more
8. Pink
Alfa menatap ponselnya dalam diam. Keningnya terlihat berkerut. Tampak sekali sedang berpikir keras. Alfa lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. Ditaruhnya ponsel itu di atas nakas dekat ranjang lalu Alfa memilih rebahan. Sambil rebahan, tatapan mata Alfa tertuju pada langit-langit kamarnya. Suara kipas angin di dinding pun terdengar keras. Alfa berbalik, menutup matanya sebentar, membuka mata lagi dan berbalik lagi menatap langit kamar. Posisinya kembali terentang. Beberapa kali embusan napasnya terdengar berat bahkan terkesan lelah."Kenapa perasaanku kok kayak ada yang salah ya? Tapi apa?" gumamnya."Tau ah, gelap. Mending tidur!" Alfa memilih tidur siang. Siapa tahu habis tidur perasaannya jadi lebih baik. Sayangnya Alfa kembali membuka mata. Dia tak bisa tidur. "Ish! Kenapa susah sekali buat merem sih?"Alfa memilih berdiri. Kebiasaan di Kairo yang jarang tidur siang, kebablasan hingga di rumah. Alfa yang masih dalam tahap adaptasi kesulitan mencari aktivitas yang bisa membu
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more
9. Aksi Ngintip
Alwi menatap Galuh dengan tatapan penuh pemujaan dari lantai dua MA An-Nur untuk siswa putra. Sementara yang dipandangi tidak sadar dan fokus dengan kegiatannya bersama anak-anak PMR. MA An-Nur memang dibagi menjadi dua kompleks berhadapan yang satu untuk santri putra sementara yang satu untuk santri putri. Pengelolaan ini ditujukan agar siswa dan siswi yang hampir sembilan puluh persen adalah santri, mampu menjaga pandangan dengan lawan jenis. Meski sudah diatur sedemikian rupa, tetap saja ada yang mbeler dan melakukan pertemuan dengan lawan jenis. Semua tergantung pribadi masing-masing. Alwi masih asik menatap wajah ayu gadis pujaan hatinya. Sejak dulu, sejak dia masih kecil, Alwi memang sudah menyukai Galuh. Gimana gak suka, Galuh itu paling berbeda. Wajah khas gadis Arab dengan hidung mancung, mata hitam bulat, alis lebat yang melengkung indah di atas kedua mata, serta kulit putihnya begitu kentara. Sangat membedakan dirinya dengan orang lain yang rata-rata berkulit sawo matang
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more
10. Dilema
Galuh kaget, mau ngerem juga percuma. Cara jalannya yang jauh dari kata putri Solo kini menjadi bumerang. Galuh sedang berjalan tergesa melewati lorong kelas dan saat berbelok dia kurang waspada. Bukannya memelankan kecepatan berjalan, malah Galuh main belok saja. Dan ternyata ada Alfa yang sedang berjalan dari arah lorong yang lain. Alfa juga terlihat tergesa. Jadilah keduanya sama-sama kaget, tidak bisa ngerem dan bruk! Tubuh keduanya jadi bertubrukan. Galuh hampir jatuh namun refleks dia mencengkeram koko kakak angkatnya. Alfa sendiri refleks menarik pinggang Galuh. Akibatnya tubuh keduanya saling membentur lagi namun kini jadi saling merapat. Karena Galuh berpegangan pada koko sang kakak angkat, sementara Alfa dengan sigap merangkap sang adik angkat dengan kedua lengan kokohnya.Galuh deg-degan. Pipinya merona. Alfa? Jangan tanya, wajah kakak angkatnya terlihat kesal. Wajah Alfa terlihat memerah menahan malu atau marah. Entah, Galuh tak tahu. Yang jelas, Galuh segera melepaskan t
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status