Share

Cinta Gila Selingkuhan
Cinta Gila Selingkuhan
Author: emeraldisa

1: Elliane

              Kantor sedang heboh dengan berbagai macam cerita tentang pelakor. Yang dibahas mulai dari para pesohor negeri, sampai ada beberapa yang diam-diam curhat tentang pengalamannya pribadi, sebagai korban ataupun sebagai pelaku. Well, memang, kadang manusia ngga bisa ditebak. Ada yang penampilannya santun tapi ternyata mantan pelakor. Ada yang kesehariannya ceria, selalu ketawa, ternyata dia korban pelakor, yang bahkan sampai saat ini masih galau berada di antara mempertahankan rumah tangganya atau disudahi saja.

              “Kalau perebut cewek orang disebut apa ya?”, celetuk Ellie sambil memandangiku, kemudian bertopang dagu di atas meja sembari menyingkirkan mangkok bakmi nya yang sudah kosong. 

              “Ngga ada istilah kayak gitu!” kujawab ketus sambil tetap melahap nasi goreng teri medan, menu makan siangku hari ini. 

              “Ya kalau statusnya masih pacar sih biarin aja ditikung!” timpal Bara menambahi. “Dulu gue pernah tuh nikung cewek orang, tapi biasa aja.”

              “Kalau ternyata pacarannya serius terus udah mau nikah, gimana?” balas Ellie kembali. “Tapi ternyata ada cowok lain yang juga mau nikahin cewek itu?”

              “Ya tinggal ceweknya milih mau sama yang mana.”, kali ini Lily yang menjawab. Sementara aku tetap makan nasi gorengku dengan tenang, walau rasanya ingin ikut ngomong juga. Ya, rasanya agak kesal juga kali ini, ditambah Ellie dengan tiba-tiba menginjak pelan kakiku sambil berkata, “sayangnya cowok itu ga berani buat lebih serius lagi.”

              “Tinggalin lah. Kalau udah ada niat mau nikah ya mesti serius. Kecuali kalau mau main-main.” jawab Lily lagi, yang disambut gumaman setuju dari Ellie. Issshh sialan. Apa sih maksudnya dia!?

              Akhirnya makan siang pun berakhir, dengan perasaanku yang sedikit gondok, oke, nanti akan kujelaskan kenapa aku jadi kesal. Kami berempat, maksudku aku, Ellie, Bara dan Lily bergegas kembali ke kantor, hari ini sedang pakai mobil Bara. Sekarang sudah hampir jam dua siang, dan kemungkinan sampai kantor bisa jam tiga nanti hehehe. Rasanya ingin langsung pulang saja, merasakan nikmatnya bisa tidur sore, lalu bangun saat perut lapar di jam makan malam.

              Sebenarnya aku sensitif pada pembicaraan dengan topik perselingkuhan, ketidak setiaan, pengkhianatan, penikungan, dan sebagainya. Karena kadang, apa yang orang lain tuduhkan tidak seperti apa yang terjadi pada kenyataannya kan. Maksudku, bisa saja seseorang menuduh si A sebagai perusak hubungan si B dan si C, tapi mana tau kalau si B ternyata sudah tidak cocok dengan si C, dan si B merasa lebih enjoy dengan si A.

              Oke, aku bukannya mau membela para ‘perebut’ itu, karena aku pun tidak mau kalau sesuatu atau seseorang yang kumiliki direbut oleh orang lain. Tapi saat ini kondisinya adalah, akulah si ‘perebut’ itu. Well, kukoreksi sedikit. Aku bukan ‘perebut’ tapi hanya sedang menjalin hubungan dengan wanita yang sudah memiliki hubungan, di mana hal yang kusebut sebagai hubungan adalah hal yang sebenarnya bukan hubungan. Bingung kan.

              Bagaimana kalau kubilang seperti ini : Aku bertemu orang yang tepat di waktu yang salah. Atau aku bertemu orang yang salah pada waktu yang tepat.

              Jadi begini kalau kujelaskan, aku bertemu lalu aku jatuh cinta lalu aku merasa cintaku pun disambut olehnya, oleh si wanita itu, tapi sayangnya timing-nya sangat salah, sangat keliru, karena dia akan segera menikah. Dan penjelasan untuk pernyataanku yang kedua, aku merasa sudah cukup umur, sudah cukup mapan, sudah cukup dewasa, sudah menyiapkan mental untuk segera menikah tapi aku malah bertemu dengan wanita yang salah, karena dia juga sudah siap menikah, tapi bukan denganku. Tapi aku mencintainya, dan kupikir dia pun mencintaiku, ditambah juga tetap mencintai calon suaminya. I’ve never been so hard to myself…

***

              Aku baru bangun 10 menit lalu, dan kepalaku masih terasa berat. Untungnya sekarang hari Sabtu, jadi bisa seharian malas-malasan di kamar, dan kebetulan Jakarta sedang hujan. Kuambil HP-ku dan kulihat sudah ada 15 missed calls dan puluhan pesan yang isinya sama semua : WAKE UP BABY! atau BABY WAKE UP! atau BABY PLEASE WAKE UP!! dan yang terakhir U MUST WAKE UP NOW OR I WILL RUN TO UR APARTMENT AND SMACK U DOWN TO GET U UP!!!!!!!!!!!!!!

              Aku yang baru bangun jadi kesal sendiri bacanya, tapi sambil geli membayangkan wajahnya yang marah-marah sambil mengetik kata-kata kesal seperti itu. Huruf besar semua pakai tanda seru yang banyak. Ellie.

              Sesuai feeling, tidak lama Ellie meneloponku lagi.

              “UDAH JAM BERAPA INI KENAPA GA BANGUN-BANGUN??!!”, serunya begitu telepon kuangkat. Kulirik jam dinding di sebelah kanan, dan ternyata sudah jam 12 siang. Oke, pantas dia sudah ngamuk. Kayaknya aku punya janji sama Ellie.

              “Sorry, baby…” , jawabku berusaha supaya dia melembut. “Aku baru bangun. Kan tadi malem, eh tadi pagi baru pulang jam empat. Jadi masih ngantuk banget.”

              “Kan aku udah ingetin kalau hari ini kita harus ke acaranya Mbak Risa! Kamu ngeselin banget sih, aku udah beli dress sama sepatu baru padahal!” 

              Cerita sedikit, jadi Mbak Risa ini dulunya adalah senior Ellie di kantor. Dan Ellie sangat sangat mengagumi si Mbak Risa ini. Menurutnya, Mbak Risa itu bisa tetap cantik, langsing, seksi, dan tetap digilai para lelaki dari yang muda sampai yang tua padahal Mbak Risa umurnya sudah hampir 40 tahun. Jadi sebelum eranya Ellie sebagai The Hottest and The Most Desirable Woman di kantor, Mbak Risa ini juaranya.

              Namanya Marisa, usia 38 tahun, sudah hidup menjanda selama lima tahun dan sudah punya tiga anak. Sekretaris paling senior, sekaligus sekretaris nya Bapak Presdir yang terhormat. tahunEntah sudah berapa lelaki di kantor yang dekat dengannya, ada yang mencoba serius, ada juga yang mencoba icip-icip saja. Kalau aku sih termasuk kategori yang icip-icip saja hahaha. Pernah beberapa kali dugem bareng sama dia, dapatlah sedikit peluk dan cium darinya.

              Sampai setahun yang lalu, dia mengajukan pengunduran diri dengan alasan akan menikah kembali. Lalu Ellie datang, karena Risa senior maka dia jadi mentornya Ellie selama tiga bulan sebelum akhirnya Risa resign. Jadilah hari ini, hari pernikahannya. Makanya Ellie sangat ingin datang ke acaranya. Dan pasti karena aku ngga bangun-bangun daritadi, dia akan ngambek berhari-hari padaku.

              “Ya udah nanti ke rumahnya aja, sekalian bawain kado aja…” cobaku lagi membujuknya. Sebenarnya acara resepsi pernikahannya itu sampai jam tiga sore nanti, tapi karena lokasinya di Bandung, jadi bisa kebayang kan kalau kami baru berangkat ke Bandung sekarang akan sampai di sana jam berapa nantinya.

              “Lagian kamu ngapain sih baru pulang pagi-pagi gitu??” dia mulai marah-marah lagi. Jadi tadi malam selepas pulang kantor aku memang bersama Ellie, sempat makan malam dan nonton bioskop dulu. Dia juga memang sudah cerewet mengingatkan acaranya Risa, janjinya kami akan berangkat sekitar pukul delapan pagi, tapi setelah mengantarkan Ellie pulang, Bara meneleponku, mengajakku untuk party before your single life over alias ke club alias dugem alias clubbing.

              Jadi benar kan tentang hubungan yang kubilang sebenarnya bukan hubungan. Aku dan Ellie. Dia tidak pernah melarangku, tidak seperti kebanyakan pacar lain yang melarang ini itu, apalagi melakukan hal-hal yang mungkin bagi sebagian orang agak ‘liar’. Dia tidak mempermasalahkan kalau aku mabuk, aku pulang pagi, aku joget-joget di club entah sama wanita mana. Kadang dia ikut, kadang ada lelaki yang menghampirinya dan menawarinya minuman, mengajaknya kenalan lalu ngobrol, dan curangnya pasti aku langsung bertindak. Aku pasti mendatanginya sambil bilang, “Watchout. She’s my girl.”

              Mungkin baginya, hubungan kami ini bebas. Hubungan kami tanpa ikatan, mungkin hanya perasaan. Sedikit perasaannya, dan banyak perasaanku. Rasa cintaku. Tapi dia bisa dengan santainya mengatakan “I miss you…” atau “I wanna be with you…” atau datang tengah malam ke tempatku dan saat kutanya ada apa dia hanya memelukku dan bilang “cuma mau peluk aja.”.

              “Ya udah kamu ke sini aja ya, Ell?” tawarku. “Daripada bete sendirian.”

              “I’m mad at YOU!

              “Yeah, i know. And i know after you mad at me, you’ll miss me.

              “Apaan sih?! Ganjen banget jadi orang!”

              Hehehe… Kapan sih kamu pernah serius marah sama aku, Ell? Marah pun hanya karena hal sepele, diajak makan juga sudah baikan lagi. Dipeluk atau dicium juga sudah luluh lagi. Oh Ellianne…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status