แชร์

Dua Komodo

ผู้เขียน: Rumput hijau liar
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-20 10:26:46

"Kamu mengatakan Griselle mau bunuh diri gara-gara Riko?" Tanya Lily lagi dengan tatapan tajam pada Sherli. Sherli tidak menjawab pertanyaan Lily, ada rasa takut di wajahnya.

Vioona menjadi emosi, dia merasa Lily sedang mengancam Sherli sehingga Sherli terdiam." Kamu .au mengancam orang agar tutup mulut? Dasar jalang kamu."

Griselle segera bergerak ke depan dengan cepat lalu mencekik leher Viona,"Ingat Viona, jangan pikir karena kalian sekarang sudah menjadi kaya dan kalian bisa sombong di depanku. Aku dan keluargaku bukanlah vegetarian. Dan kamu, dimataku kamu hanya gadis bodoh dengan otak kecil."

Griselle mendekat bibirnya ke telinga Viona dan berbisik, "Kalian boleh coba kalau mau macam-macam, aku pastikan keluargamu akan hancur. Katakan pada kakakmu, aku sedang menunggu dia menghancurkan keluargaku."

Griselle melepaskan cekikannya dengan kasar sehingga Viona sedikit terhuyung ke belakang. Dia lalu menyeret Lily pergi.

Melihat kepergian kedua orang itu, Sherli membalikkan tubuhnya ke arah lain sambil menarik tangan Viona.

"Sudah Vi, ayo pergi. Sudah tahu dia orang seperti itu, buat apa kamu layani. Juga, kamu bukan lawan dia, jangan pernah meremehkan kemampuan dia bertarung."

"Kak, kenapa sih tadi kamu baik sama mereka?" Tanya Viona dengan wajah masih marah saat mereka sudah menjauh.

"Aku cuma mau pamer ke dia, agar dia menjadi cemburu. Aku mau dia melihat dengan matanya sendiri kalau kakakmu sekarang menyayangi dan memanjakanku. Apa kamu pikir aku suka sama mereka? Dari zaman sekolah, aku sudah ngga suka mereka berdua." Jawab Sherli dan terlihat senyum sinis di wajahnya.

"Kalau ada kakakku, sudah ditampar perempuan itu. Sial berani mengancam, nanti pulang ke rumah, aku akan bilang ke kakakku. Aku sudah tidak sabar menunggu kakak menghancurkan dia dan keluarganya." Kata Viona dengan penuh amarah, Sherli hanya tersenyum mendengar perkataan Viona.

Saat mereka sudah menjauh dari Sherli dan Viona, Griselle berkata dengan nada jengkel,

"Sial amat kita hari ini bisa ketemu komodo ."

"Hah,Komodo? Mana? Apa mereka berdua maksudmu?" Tanya Lily sambil menengok kanan kiri.

"Itu mereka berdua, komodonya. Waktu mereka buka mulut kelihatan baik-baik tapi lama-lama kita bisa mati. Kan seperti komodo, mangsa yang sudah ke gigit dilepas dibiarin mati pelan-pelan." Jawab Griselle, mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak.

"Waktu itu kamu benar mau bunuh diri?" Tanya Lily dengan tatapan rumit ke arah Griselle.

“Apa menurutmu aku akan seperti itu?”

“Lalu? Kenapa dua komodo itu bisa bicara seperti itu? Apa dari Riko?” Tanya Lily sambil menyeret Griselle ke arah sebuah cafe. Mereka duduk dan memesan minuman serta beberapa cake.

"Awal aku nggak tahu ada gosip seperti itu. Selama tinggal di keluarga Riko itulah aku mulai tahu semuanya. Itu gosip beredar di kalangan keluarga Riko, bukan dari orang luar tapi dari Riko dan Sherli." Griselle memulai pembicaraan saat mereka selesai memesan.

“Sebenarnya apa tujuan mereka berdua?”

“Aku juga nggak tahu, bahkan nggak mau tahu. Dimataku mereka hanya semut.”

"Aku heran kenapa Sherli membenci kita." Lily menghentikan perkataannya saat pelayan datang membawa pesanan mereka.

"Aku juga nggak tahu itu, aku juga nggak peduli"

"Lalu kenapa kamu nggak pernah cerita ke aku atau ke Adriana soal gosip itu? Juga kenapa kamu membiarkan gosip itu?" Tanya Lily dengan wajah marah dan mencoba melihat ke arah tempat mereka bertemu Sherli.

"Dengan persahabatan kita, apa kamu dan Adriana akan diam saja kalau mendengar gosip itu?" Griselle memeluk bahu sahabatnya,"mereka sudah pergi, nggak perlu dicari lagi."

"Jadi kamu nggak cerita ke aku dan Adriana karena kamu nggak mau ada keributan?" Tanya Lily yang di balas dengan anggukan kepala dari Griselle.

"Kamu terlalu mengalah waktu itu, seharusnya gosip itu di luruskan. Karena pembiaran, makanya mereka menganggap kamu takut kehilangan Riko. Itu juga yang membuat mereka menjadi sombong sekarang.” Lily melanjutkan perkataannya.

"Aku bukan mengalah, cuma malas drama. Juga kamu mungkin nggak tahu, jika saat itu kalau aku benar-benar merasa lelah dengan kehidupan rumah tanggaku."

Lily terdiam, dia merasa apa yang dikatakan sahabatnya adalah kebenaran. Dia ingat saat itu, bukan hanya kehidupan rumah tangga Griselle yang carut marut tetapi rumah tangganya sendiri juga sedang dalam masalah.

Sedangkan Adriana dalam kondisi hamil lalu keguguran. Semua karena ulah kekasihnya. Mental Adriana juga tidak baik-baik saja saat itu, emosinya mudah terpancing.

Jika saat itu, dia dan Adriana mendengar gosip ini. Dia dan Adriana mungkin akan membuat keributan dengan keluarga Riko.

"Setidaknya ada hikmah dari semua masalah yang kita hadapi sebelumnya. Dulu aku berpikir setelah berkeluarga kita semua akan fokus pada keluarga kita. Persahabatan kita hanya sekedar untuk berkumpul dan bergosip."

"Tetapi setelah mengalami musibah justru kita semakin dekat. Kita berjuang bersama membangun usaha, setidaknya demi masa depan kita juga anak-anak kita kelak. Dan harapanku, anak-anak kita juga akan bersahabat seperti kita."

"Iya, benar. Selalu ada berkah dalam musibah, tinggal kita mau belajar untuk menerima keadaan apa tidak. Ya sudah ayo, kita shopping." Ajak Lily sambil beranjak berdiri dan menarik tangan Griselle.

Siang itu mereka berdua berbelanja dan nonton, melupakan semua yang telah terjadi.

Mobil Griselle berhenti di depan gerbang rumah orang tua Lily, "Nanti malam aku ke rumahmu ya, menginap." Kata Lily sambil membuka pintu mobil.

"Agak malam saja datangnya, aku jam tujuh malam ada kencan buta. Papa yang mengenalkan ini kucing ke aku, mau nggak mau, harus pergi." Sahut Griselle.

"Ganteng?" Tanya Lily dengan penuh semangat, Griselle menggelengkan kepalanya,sambil berkata, "Cuma bertemu dulu, bukan one night stand ya."

Malam itu, tampak Griselle memasuki sebuah rumah makan mewah. Setelah melihat sekeliling sejenak, ia menemukan pria berkaca mata yang sesuai dengan foto di tangannya. Griselle segera melangkah menghampiri pria tersebut. Melihat kedatangan Griselle, pria itu berdiri menyambut.

"Hallo Griselle, perkenalkan saya Dani." Sapa Dani sambil mengulurkan tangan, Griselle menyambutnya. Mereka duduk dan memesan makanan.

"Aku sangat senang saat mendengar kamu mau bertemu denganku. Ketika melihat fotomu dan data dirimu, aku merasa jika kita akan cocok" Dani berkata dengan penuh keyakinan.

"Darimana datangnya keyakinanmu itu jika kita adalah pasangan serasi?"

"Begini aku bisa dibilang seorang pria sukses, walau tidak sekaya orang tuamu. Aku juga seorang pengusaha, aku punya rumah dan mobil. Aku juga bisa dikatakan tampan. Sedangkan kamu cantik juga pengusaha. Hanya saja, selain usiamu yang sudah tidak muda, tentu sulit bagimu untuk mendapatkan pasangan sesuai keinginanmu. Apalagi kamu seorang janda dan aku tidak keberatan dengan itu."

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Kamu Scorpio

    Pukul tujuh tiga puluh malam, mobil Griselle terlihat keluar dari kediaman orang tuanya.Griselle memasuki cafe milik Andre, dia menemukan meja di mana Lily dan Adriana sedang duduk. Di samping mereka ada dua pria yang menemani, Griselle segera menghampiri mereka."Sorry ya semua, aku terlambat. Jalanan agak macet tadi." Sapa Griselle dengan sedikit melirik ke arah ke dua pria itu. Tampan, kata Griselle dalam hati.Kedua pria itu segera berdiri dan mengulurkan tangan mereka."Santai say, sini aku kenalin.”Lily memperkenalkan kedua pria itu kepadaGriselle. Griselle akhirnya tahu yang mana bernama Joshua, teman kencan Lily. Sedangkan pria yang lain bernama Teddy yang terlihat berbincang akrab dengan Adriana. Mereka lalu duduk, saat Griselle hendak duduk, Lily menahannya.Lily menunjuk ke arah sebuah meja, di mana ada seorang pria bertopi yang sedang membaca buku duduk di meja lain tidak jauh dari mereka." Teman Joshua dan Teddy, lihat dia terpikat nggak sama kamu, Joshua bilang ngga mu

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   David

    David mengeluarkan sebatang rokok, lalu berdiri dan meletakkan rokok itu ke bibir orang gila. David menyalakan api untuknya, dan orang gila mulai merokok. David memberi tanda agar orang gila duduk sambil menunjukkan gelas kopi.Orang gila itu duduk tetapi David bergerak menarik rambutnya keras ke bawah sehingga menghantam meja. Selanjut sebuah tinju menghantam rahang orang gila itu dan dia pingsan. David kembali duduk dan memesan ulang kopi hitam karena kopi sebelumnya tumpah saat kepala orang gila itu menghantam meja."Ini bukan orang gila cuma orang stres, orang gila masa mengerti cara merokok." Ucap David asal sambil melirik ke arah dua sahabatnya. Akhirnya orang gila dibawa pergi oleh satpam komplek apartemen. Teddy dan Joshua hanya menggelengkan kepalanya melihat tindakan sahabatnya itu, lalu mereka kembali duduk."Mau sampai kapan kamu begini Vid? Kamu nggak merasa kalau kamu terlalu dingin dengan keadaan sekitarmu?" Tanya Joshua sambil mengambil sebatang rokok David, lalu men

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Siapa Yang Sebenarnya Gila

    "Temui Hendri, jangan keras terhadap dia, juga jangan memberi harapan." Kata papa dengan tenang, lalu ia berbalik pergi ke ruang kerjanya. Adriana terpaksa menemui Hendri.Belum sempat Adriana melangkah, mama memegang lengannya,"Papamu tidak akan pernah lupa akan penderitaanmu karena Hendri, percayalah, papa pasti punya alasan untuk ini." Sambil melangkah ke ruang tamu, Adriana mengernyitkan kening memikirkan perkataan mama."Kamu sudah pulang? Aku dengar dari papamu kalau kamu menginap di rumah Lily." Hendri berdiri saat melihat Adriana menghampirinya."Ada perlu apa?""Hanya ingin menemuimu.""Sekarang sudah ketemu, kamu bisa pulang." Sahut Adriana acuh sambil membalikkan tubuhnya. Hendri segera meraih lengan Adriana dan Adriana menepisnya dengan kasar."Apa maumu sebenarnya?" Wajah Adriana tampak dipenuhi kemarahan."Adriana, bisa kita duduk dan membicarakannya, please?" Tanya Hendri dengan nada memohon. Adriana teringat perkataan mama, lalu ia duduk tanpa mau memandang wajah Hend

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Masalah Adriana

    "Bungkusmu sampai kebuka? Berarti kamu nggak dingin seperti kata mantanmu dong?” Lily dengan mulut penuh cemilan terus bertanya."Sebenernya aku nggak pernah merasakan apa yang dilakukan Heri. Di cium sana sini dan di belai. Jujur aku menikmatinya.” Griselle berhenti dan mengambil minum, setelah minum dua teguk." Oh pantas..." Adriana dan Lily mengangguk-anggukkan kepalanya."Makanya saat kalian bilang enak, aku juga bingung awalnya. Tetapi tadi sama Heri memang rasanya menyenangkan, tapi hatiku nggak ingin melakukanya." Griselle mengingat kembali kejadian di kamar."Terus? Kamu tinggal pergi?" Kembali Adriana bertanya dan Griselle menganggukkan kepalanya sebagai tanda jawaban."Tubuhku memang menginginkannya tetapi aku sebenar berusaha untuk tetap sadar, hatiku benar-benar nolak. Makanya pas dia mau buka bungkus bawahanku, aku sadar dan teringat perkataan Lily sebelumnya untuk memegang kendali.”"Terus kok kamu bisa tahu ukurannya?" Tanya Lily penuh penasaran, Adriana juga menganggu

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Lelucon

    Kain yang menutupi bagian bawahnya kini semakin basah, benda yang berada di balik kain itu tercetak dengan jelas. Tangan Heri dengan terampil bermain di area sensitifnya, Griselle menggigit bibirnya keras. Dia masih berusaha untuk mengembalikan kesadarannya.Tangan Heri mengait pinggiran kain segitiga berwarna kuning itu dan ciuman Heri mulai turun ke arah perutnya. Salah satu tangan Griselle segera menghentikan gerakan tangan Heri, ia menutup rapat kedua pahanya.Griselle menyingkirkan kepala Heri dari tubuhnya dan terduduk di atas tempat tidur. Nafas Griselle tersenggal-senggal, tanganya berusaha meraih kain penutup dadanya dan gaunnya."Sori, stop dulu Her." Kata Griselle sambil beranjak bangkit, tanpa menunggu persetujuan Heri. Griselle mengambil pakaian dan tasnya lalu menuju ke kamar mandi. Ia membersihkan bagian bawahnya, lalu memasukkan kain segitiga yang telah basah itu ke dalam kantong plastik, lalu Griselle mengeluarkan yang baru dari dalam tasnya, dan memakainya.Griselle

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Rasa Yang Tidak Pernah Dirasakan

    Griselle kini hanya berdua dengan pria itu, Heri."Kenapa cerai?" Tanya Heri membuka pembicaraan."Yaaa...udah ga cocok aja. Kalau kamu?""Sama..nggak kesepian?""Nggak, hidupku ramai saja." Balas Griselle santai."Maksudku waktu berada di kamar. Biasa ada pasangan di samping, sekarang nggak ada.""Nggak juga, itu hanya kebiasaan. Seiring waktu juga terbiasa. Kenapa? Kamu merasa kesepian?"tanya Griselle sambil menatap ke arah wajah Heri. Griselle menyadari Heri mencoba menggiring perkataan ke arah lebih dalam.“Terkadang rasa sepi itu datang, apalagi kalau lagi pas sehabis mengurus proyek. Pulang kerja dalam kondisi fisik dan mental lelah tetapi nggak ada yang di ajak ngobrol di rumah." Jawab Heri dengan membalas menatap tajam ke arah Griselle.“Oh, tinggal sendiri? Orang tua dimana?”“Iya sendiri, orang tuaku di kota lain. Di kota ini hanya ada adik perempuanku yang sudah menikah.” Jawab Heri sambil menyebut salah satu kota, tempat orang tuanya tinggal."Sudah berapa lama cerai?" Tan

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status