Share

Papa Mencarikan Jodoh

last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-20 10:18:24

"Aku lupa tentang itu, aku sedikit bingung, kenapa kamu bisa nikah dengan itu kadal? Rasanya kamu juga nggak pernah cerita.”Ucap Lily seolah-olah bertanya pada dirinya sendiri.

"Karena aku sudah tidur dengan Riko.” Jawab Griselle acuh.

“Ya itu…tapi sesudah nikah kalian nggak pernah berhubungan badan?” Wajah Lily tampak semakin bingung.

Griselle menarik nafas dalam-dalam, iamencoba mengingat kembali kejadian yang sudah lama terkubur.

“Jujur Li, itu bukan tidur karena aku mau, tapi seperti pemerkosaan. Aku tidak ingat detainya. Aku hanya ingat waktu itu di rumah Riko, aku minum teh yang disiapkan oleh Riko, habis itu aku merasa mengantuk. Sewaktu aku sadar, semuanya sudah terjadi.”

"Kamu nggak bilang ke orang tuamu?” Tampak ada kemarahan di wajah Lily.

"Andaikan diceritakan pun tidak ada gunanya, Riko selalu menampilkan sikap baik dan penuh perhatian di depan keluargaku. Apalagi papaku, pasti tidak ingin dengan tangannya sendiri putra satu-satunya almarhum sahabatnya. Juga tidak ada bukti jika aku dibius. Posisiku lemah, aku hanya bisa menerima saat itu."

"Dengan kata lain waktu itu kamu terpaksa menikah.” Lily mengangguk-anggukkan kepalanya seolah-olah memahami sesuatu.

"Ya, aku benar-benar tidak ingin menikah saat itu tetapi di sisi lain Riko memaksa. Hanya saat kejadian itu aku berhubungan badan tapi nggak tahu rasanya, yang ada cuma rasa sakit saat sadar. Sesudah menikah kami nggak melakukannya. Aku jijik."

“Sudah lupakan bajingan itu. Sekarang kamu sudah bebas. Ayolah, cobain kencan dengan kucing lain." Lily merayu dengan wajah genitnya sambil menempelkan tubuhnya ke tubuh Griselle.

"Gila ya kamu, bagaimana kalau kamu dapat suami lagi di masa depan. Apa dia nggak tahu barangmu sudah dipakai sama banyak orang." Ucap Griselle dengan sedikit merinding karena tingkah Lily.

"Bagaimana kalau dia tahu? Toh aku janda, yang namanya janda ya barangnya pasti sudah bekas. Mau bekas satu orang kek, mau bekas banyak orang kek, sama saja rasanya. Daging bekas tetaplah daging bekas, mau harapin perawan? Jangan cari janda lah." Balas Lily sambil tertawa terbahak-bahak.

"Yang penting jangan pakai perasaan say, kecuali kita bener-bener saling cinta." Lily melanjutkan perkataannya.

"Memangnya bisa mendapatkan cinta tulus dari hubungan one night stand? Omong kosong!" Griselle tidak mempercayai hubungan semacam ini.

"Aku sama Adriana cuma lagi ingin saja baru begitu. Lagian jarang-jarang say, ayo lah, aku benar-benar kuatir, lihat kamu lima tahun ini. Lama-lama tubuhmu bisa rusak kalau kerja terus sampai kurang tidur." Wajah Lily menunjukan kesungguhan akan kata-katanya.

“Adriana ikut?”

“Dia nggak bisa, ada keluarganya yang datang dari luar negeri sedang menginap di rumah orang tuanya. Kita jalan ya?”

"Untuk saat ini, aku bener-bener nggak bisa. Bukan nggak ingin mencoba, tetapi hati ini masih takut." Balas Griselle sambil memegang lengan Lily.

"Ya sudah, kalau begitu besok kita shopping bagaimana?"

"Bukannya kamu mau kencan malam ini? Besok nggak tahu kamu bangun jam berapa ." Kata Griselle dengan senyum penuh arti.

"Hah...! Bagaimana bisa kencan kalau kamu nggak ikut, aku cancel dulu. Sahabatku lebih penting." Balas Lily sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Bagaimana rencana besok?"

"Jam sebelas siang, kamu jemput aku ya."

" Ok. Jangan lupa tanya Adriana mau ikut nggak.”

Setelah berbincang sejenak, Lily segera kembali ke kantornya, Griselle kembali fokus dengan pekerjaannya. Kini Griselle bisa sedikit bernafas lega, hanya kerja lima hari dalam seminggu walau masih sering harus melanjutkan pekerjaan di rumah hingga tengah malam.

Merasa lapar, Griselle pergi ke kantin perusahaan. Saat memasuki kantin yang sudah sepi, Griselle melihat papanya yang sedang makan siang sendiri. Griselle mengambil makanan lalu berjalan menghampiri papanya.

"Baru makan siang pa?" Sapa Griselle.

"Iya, duduk Dayoung, papa baru mulai makan." Balas papa sambil mengangkat wajahnya melihat Griselle. Griselle duduk di seberang papanya.

"Kamu ada dekat dengan seseorang?" Tanya papa tiba-tiba,Griselle tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Sudah lima tahun, usiamu juga nggak muda lagi."

"Dayoung tahu pa, tetapi benar-benar belum ada. Dayoung tidak terlalu memikirkan hal itu."

"Sehabis makan siang, ikut papa ke ruangan papa."

"Ok pa." Mereka melanjutkan makan siang merekaa tanpa ada perbincangan lagi. Setelah selesai makan siang, Griselle mengikuti papa-nya ke ruang kerjanya.

"Duduk di sofa, kita bicara santai saja." Ucap papa, saat mereka sudah memasuki ruang kerja itu. Papa melangkahkan kakinya ke arah meja kerjanya, Griselle duduk dengan santai di sofa. Setelah papa duduk, ia menyerahkan sebuah amplop besar dan tebal berwarna cokelat.

Griselle meraih amplop itu dan membukanya, ia memeriksa sekilas dan mengerti tujuan papa memanggilnya ke sini.

“Apa yang papa mau dengan ini? Apa papa berniat menjodohkan Dayoung?” Tanya Griselle dengan tatapan mata menyelidiki.

“Umurmu hampir dua puluh delapan tahun, papa tahu kamu ingin fokus dengan usahamu. Tapi Dayoung, sebagai orang tua, kami semua khawatir melihat kehidupanmu. Kami tidak bisa selamanya di sisimu. Kamu mengerti maksud papa?”

“Dayoung mengerti pa, dan Dayoung berterima kasih sama papa. Hanya saja untuk saat ini, Dayoung belum berpikir tentang pernikahan. Tetapi kalau papa mau membuat janji temu dengan salah satu dari mereka untuk Dayoung, Dayoung tidak akan menolak.”

"Papa tidak memaksamu menerima satu dari mereka. Papa hanya ingin kamu belajar membuka hatimu. Mana yang kamu pilih, papa tidak akan ikut campur. Jadi jangan merasa papa memaksamu kencan dengan mereka."

"Papa pilih saja, menurut papa yang pantas untuk Dayoung. Dayoung hanya ingin papa tahu, Dayoung belum tentu menerima mereka."

“Bagus, kamu kenalan saja dulu. Papa sudah menyelidiki masing-masing dari mereka sejak enam bulan lalu. Dan mereka ini yang terbaik menurut papa, baik sifat, pergaulan, pekerjaan juga keluarga mereka.”

Papa mengambil selembar data di amplop lantas menyerahkan ke Griselle. Griselle melihat sekilas foto pria itu. Berkacamata, wajah biasa tetapi tidak tampak aura jahat terlihat di wajahnya, bahkan terkesan lugu.

"Ok." Sahut Griselle setelah mempertimbangkannya.

"Baik, nanti papa kabari kamu, kapan janjj temu dengan dia."

"Baik pa, Griselle kembali ke ruangan ya." Kata Griselle sambil beranjak berdiri, dibalas dengan anggukkan kepala papa.

Malam hari, di rumah orang tua Lily, saat ini Lily sedang berbincang dengan papanya di ruang kerja sang papa.

“Bagaimana usahamu?” Tanya papa kepada Lily yang duduk di seberang meja.

“Baik-baik saja kok pa, papa nggak usah khawatir soal perusahaan Lily. Ada Griselle dan Adriana yang membantu."

“Kalau tidak khawatir, namanya bukan orang tua.” Jawab papa sambil menyodorkan beberapa berkas yang sama persis dengan yang diterima oleh Griselle dari papanya. Lily mengambil berkas itu, lalu memperhatikan sejenaknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Kamu Scorpio

    Pukul tujuh tiga puluh malam, mobil Griselle terlihat keluar dari kediaman orang tuanya.Griselle memasuki cafe milik Andre, dia menemukan meja di mana Lily dan Adriana sedang duduk. Di samping mereka ada dua pria yang menemani, Griselle segera menghampiri mereka."Sorry ya semua, aku terlambat. Jalanan agak macet tadi." Sapa Griselle dengan sedikit melirik ke arah ke dua pria itu. Tampan, kata Griselle dalam hati.Kedua pria itu segera berdiri dan mengulurkan tangan mereka."Santai say, sini aku kenalin.”Lily memperkenalkan kedua pria itu kepadaGriselle. Griselle akhirnya tahu yang mana bernama Joshua, teman kencan Lily. Sedangkan pria yang lain bernama Teddy yang terlihat berbincang akrab dengan Adriana. Mereka lalu duduk, saat Griselle hendak duduk, Lily menahannya.Lily menunjuk ke arah sebuah meja, di mana ada seorang pria bertopi yang sedang membaca buku duduk di meja lain tidak jauh dari mereka." Teman Joshua dan Teddy, lihat dia terpikat nggak sama kamu, Joshua bilang ngga mu

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   David

    David mengeluarkan sebatang rokok, lalu berdiri dan meletakkan rokok itu ke bibir orang gila. David menyalakan api untuknya, dan orang gila mulai merokok. David memberi tanda agar orang gila duduk sambil menunjukkan gelas kopi.Orang gila itu duduk tetapi David bergerak menarik rambutnya keras ke bawah sehingga menghantam meja. Selanjut sebuah tinju menghantam rahang orang gila itu dan dia pingsan. David kembali duduk dan memesan ulang kopi hitam karena kopi sebelumnya tumpah saat kepala orang gila itu menghantam meja."Ini bukan orang gila cuma orang stres, orang gila masa mengerti cara merokok." Ucap David asal sambil melirik ke arah dua sahabatnya. Akhirnya orang gila dibawa pergi oleh satpam komplek apartemen. Teddy dan Joshua hanya menggelengkan kepalanya melihat tindakan sahabatnya itu, lalu mereka kembali duduk."Mau sampai kapan kamu begini Vid? Kamu nggak merasa kalau kamu terlalu dingin dengan keadaan sekitarmu?" Tanya Joshua sambil mengambil sebatang rokok David, lalu men

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Siapa Yang Sebenarnya Gila

    "Temui Hendri, jangan keras terhadap dia, juga jangan memberi harapan." Kata papa dengan tenang, lalu ia berbalik pergi ke ruang kerjanya. Adriana terpaksa menemui Hendri.Belum sempat Adriana melangkah, mama memegang lengannya,"Papamu tidak akan pernah lupa akan penderitaanmu karena Hendri, percayalah, papa pasti punya alasan untuk ini." Sambil melangkah ke ruang tamu, Adriana mengernyitkan kening memikirkan perkataan mama."Kamu sudah pulang? Aku dengar dari papamu kalau kamu menginap di rumah Lily." Hendri berdiri saat melihat Adriana menghampirinya."Ada perlu apa?""Hanya ingin menemuimu.""Sekarang sudah ketemu, kamu bisa pulang." Sahut Adriana acuh sambil membalikkan tubuhnya. Hendri segera meraih lengan Adriana dan Adriana menepisnya dengan kasar."Apa maumu sebenarnya?" Wajah Adriana tampak dipenuhi kemarahan."Adriana, bisa kita duduk dan membicarakannya, please?" Tanya Hendri dengan nada memohon. Adriana teringat perkataan mama, lalu ia duduk tanpa mau memandang wajah Hend

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Masalah Adriana

    "Bungkusmu sampai kebuka? Berarti kamu nggak dingin seperti kata mantanmu dong?” Lily dengan mulut penuh cemilan terus bertanya."Sebenernya aku nggak pernah merasakan apa yang dilakukan Heri. Di cium sana sini dan di belai. Jujur aku menikmatinya.” Griselle berhenti dan mengambil minum, setelah minum dua teguk." Oh pantas..." Adriana dan Lily mengangguk-anggukkan kepalanya."Makanya saat kalian bilang enak, aku juga bingung awalnya. Tetapi tadi sama Heri memang rasanya menyenangkan, tapi hatiku nggak ingin melakukanya." Griselle mengingat kembali kejadian di kamar."Terus? Kamu tinggal pergi?" Kembali Adriana bertanya dan Griselle menganggukkan kepalanya sebagai tanda jawaban."Tubuhku memang menginginkannya tetapi aku sebenar berusaha untuk tetap sadar, hatiku benar-benar nolak. Makanya pas dia mau buka bungkus bawahanku, aku sadar dan teringat perkataan Lily sebelumnya untuk memegang kendali.”"Terus kok kamu bisa tahu ukurannya?" Tanya Lily penuh penasaran, Adriana juga menganggu

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Lelucon

    Kain yang menutupi bagian bawahnya kini semakin basah, benda yang berada di balik kain itu tercetak dengan jelas. Tangan Heri dengan terampil bermain di area sensitifnya, Griselle menggigit bibirnya keras. Dia masih berusaha untuk mengembalikan kesadarannya.Tangan Heri mengait pinggiran kain segitiga berwarna kuning itu dan ciuman Heri mulai turun ke arah perutnya. Salah satu tangan Griselle segera menghentikan gerakan tangan Heri, ia menutup rapat kedua pahanya.Griselle menyingkirkan kepala Heri dari tubuhnya dan terduduk di atas tempat tidur. Nafas Griselle tersenggal-senggal, tanganya berusaha meraih kain penutup dadanya dan gaunnya."Sori, stop dulu Her." Kata Griselle sambil beranjak bangkit, tanpa menunggu persetujuan Heri. Griselle mengambil pakaian dan tasnya lalu menuju ke kamar mandi. Ia membersihkan bagian bawahnya, lalu memasukkan kain segitiga yang telah basah itu ke dalam kantong plastik, lalu Griselle mengeluarkan yang baru dari dalam tasnya, dan memakainya.Griselle

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Rasa Yang Tidak Pernah Dirasakan

    Griselle kini hanya berdua dengan pria itu, Heri."Kenapa cerai?" Tanya Heri membuka pembicaraan."Yaaa...udah ga cocok aja. Kalau kamu?""Sama..nggak kesepian?""Nggak, hidupku ramai saja." Balas Griselle santai."Maksudku waktu berada di kamar. Biasa ada pasangan di samping, sekarang nggak ada.""Nggak juga, itu hanya kebiasaan. Seiring waktu juga terbiasa. Kenapa? Kamu merasa kesepian?"tanya Griselle sambil menatap ke arah wajah Heri. Griselle menyadari Heri mencoba menggiring perkataan ke arah lebih dalam.“Terkadang rasa sepi itu datang, apalagi kalau lagi pas sehabis mengurus proyek. Pulang kerja dalam kondisi fisik dan mental lelah tetapi nggak ada yang di ajak ngobrol di rumah." Jawab Heri dengan membalas menatap tajam ke arah Griselle.“Oh, tinggal sendiri? Orang tua dimana?”“Iya sendiri, orang tuaku di kota lain. Di kota ini hanya ada adik perempuanku yang sudah menikah.” Jawab Heri sambil menyebut salah satu kota, tempat orang tuanya tinggal."Sudah berapa lama cerai?" Tan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status