Siapa yang datang malam-malam begini? tanyaku dalam hati. Saat aku ingin mengambil baju tapi, ternyata bunda sudah siapkan baju untukku.
“Baju ini? cuma nemuin tamu sebentar tapi, kenapa pakai baju sebagus ini?” gumam ku.
“Key?” panggil bunda.
“nanti turun sekalian bawa makanan yang sudah bunda siapkan di dapur ya!!” ucap Bunda.
“Iya, Bun,” jawabku.
Aku turun dan membawa makanan yang sudah disiapkan Bunda. Aku terkejut ternyata yang datang adalah dokter Izzam dan keluarganya.
“Silahkan dinikmati!!” ujar ku pada orang tua dokter Izzam.
“Key, duduk di samping ayah!” pinta bunda padaku. Aku pun duduk di samping ayah dan menyimak pembicaraan antara orang tuaku dan orang tua dokter Izzam.
“Key,tadi ini nak Izzam sudah menelpon ayah. Ia meminta izin pada ayah untuk datang bersama keluarganya dengan maksud meminang mu,” ucap ayah.Ucapan ayah tadi membuatku terkejut dan terpikir oleh perilaku dokter Izzam tadi pagi. Aku baru memahami maksud perilakunya.
“Iya, nak Keyla kami datang kesini untuk meminang nak Keyla untuk putra bapak, Izzam,” sahut ayahnya dokter Izzam.
“Jika nak Keyla berkenan untuk menerima putra bapak, Izzam sebagai calon imam nak Keyla,” ucap ayahnya dokter Izzam.
“Izzam ini sudah cerita banyak tentang nak Keyla. Ia juga mulai menyukai nak Keyla karena, nak Keyla yang tetap istiqomah dalam ketaatan di kondisi apapun itu,” ucap ibunya dokter Izzam.Aku hanya terdiam malu dan memikirkan apa yang harus aku jawab. Sedangkan, baru saja semalam aku menolak lamaran Salman.
“Bagaimana nak?” tanya ayahnya dokter Izzam.
“Keyla, saya sudah lama mengagumi,saya ingin mengenal lebih dekat dirimu tanpa penghalang. Oleh karena itu, izinkan saya menghalalkan mu, menjadikanmu sebagai pelengkap dari diri saya yang penuh kekurangan, temani saya dalam ibadah kepada yang maha kuasa dan menyempurnakannya,” ucap dokter Izzam.
“Will you merry me?” lanjut ucapan dokter Izzam.
“Bagaimana nak?” tanya ayah padaku.Bunda memegang erat tanganku, menguatkan hatiku dan bicara.
“Nak, ia orang yang baik agama, nashob dan maal. Bunda sudah mengetahui banyak tentang nek Izzam karena, orang tua nak Izzam sudah lama membicarakan tentang ta'aruf ini dan ibunya nak Izzam juga sudah memberitahukan segalanya tentang kepribadian nak Izzam begitupun bunda,” ucap bunda padaku.Dengan segala pertimbangan yang ada dan aku sudah memikirkan ini dengan matang-matang.
"apa yang membuatmu yakin denganku?" tanyaku pada dokter Izzam.
“Saya yakin karena keistiqomahanmu dalam bercinta dengan Rabb ku. Dan saya yakin kalau dirimu bisa menyempurnakan kekurangan ku dalam beribadah,” jawab dokter Izzam.
“Apa engkau bisa menerima semua kekurangan ku dan keluargaku?” tanyaku pada dokter Izzam.
“Dengan izin Allah aku menerima apapun kekuranganmu karena, Rabbku menyempurnakan ku dengan kelebihan yang kau miliki, begitupun kau akan ku sempurna kan dengan kelebihan yang ku punya,”jawabnya.
“Bismillahirrahmanirrahim, Keyla terima khitbah dari dokter Izzam,” jawabku.
“Alhamdulillah,” ucap orang tua dokter Izzam dan orangtuaku dengan senang. Walaupun aku tidak pernah menyimpan rasa pada dokter Izzam tapi, aku yakin karena bunda telah mempercayainya dengan segala pertimbangan kepribadian yang ia miliki. Aku pun ikut senang dengan semua ini, aku yakin pilihan orang tuaku yang terbaik untukku.
“Bagaimana kalau lusa pertunangannya?” saran dari ayah dokter Izzam.
“Baik,tidak apa-apa lebih cepat lebih baik,” jawab ayah.
“Silahkan dinikmati hidangannya,” ucap bunda mempersilahkan keluarga untuk menikmati hidangan. Mereka menikmati hidangan dan memperbincangkan persiapan pertunangan ku dengan dokter Izzam yang akan dilaksanakan lusa.
“Sudah malam, sebaiknya kami pulang,” ucap orang tua dokter Izzam.
“Kalau begitu kami pamit pulang dulu, semoga niat baik kita akan diperlancar ya” ucap orang tua dokter Izzam pada orang tuaku.
“Assalamu'alaikum,” salam pamit mereka.
“Wa'alaikumussalam,” jawab kami.
“Sudah malam kita lanjut pembicaraan esok saja,” ujar Ayah.
“Iya yah, selamat Bun, Yah,” ucapku.Insomnia datang begitu saja dimalam ini. Aku masih tidak percaya dengan kejadian malam ini.Aku meyakinkan diri ini untuk bisa memulai lembaran baru nantinya.
“Selamat pagi, Bun, Yah,” ucapku pada bunda dan ayah.
“Pagi, Key,” jawab mereka.
“Kamu benar-benar yakin kan dengan keputusanmu malam tadi?” tanya ayah.
“InsyaAllah yah, dengan ridho ayah dan bunda Keyla yakin,” jawabku.
“Tapi, baru kemarin kamu katakan pada bunda dan ayah kalau kamu belum siap dengan hal ini,” ucap bunda.
“Allah dengan mudah membolak-balikan hati manusia Bun,” jawabku.
“Keyla berangkat dulu ya, Bun.
Assalamu'alaikum,” ucapku.
“Wa'alaikumussalam,” jawab mereka.
“Pagi, dok,” sapaan perawat padaku.
“Pagi,” jawabku dengan tersenyum. Kemudian aku masuk ke ruangan pasien anak-anak yang terkena penyakit kanker.
“Selamat pagi, sudah sarapan dan minum obat?” tanyaku pada mereka.
“Sudah, kakak dokter,” jawab mereka dengan gembira walau dengan merasakan sakit yang mereka alami.
“Jangan lupa tersenyum dan berdoa, ya!!” ujar ku pada mereka.
“Iya, kakak dokter,” jawab mereka.
“Hey, Key. Disini?” tanya perawat. Ia perawat sekaligus temanku.
“Iya, tadi lewat sekalian ngecheck mereka,” jawabku.
“Ooo, tumben biasanya kan yang tugas disini dokter Devi,” ucapnya.
“Iya, cuma bentar kok. Aku duluan ya,” jawabku.
“Dokter tinggal dulu ya,” ucapku pada anak-anak itu.
“Iya, dokter,” jawab mereka. Aku pun pergi melanjutkan tugasku mengurus pasien yang lain.
“Dok..,” seru seseorang dari belakang.
“Iya,” jawabku.
"Eumm, dokter Izzam. Ada apa dok?" tanyaku.
“Bisa ke ruangan saya sekarang?” pinta dokter Izzam.
“Baik, dok,” jawabku.
Di ruangan dokter Izzam.
“Dok, ini pilihan kartu undangan pertunangan kita dari ibu. Silahkan dokter pilih mana yang disuka,” ucap dokter Izzam dengan menyodorkan 3 kartu undangan.
“Yang ini saja, dok,” jawabku menunjukkan kartu undangan yang berwarna putih dan biru yang terlihat simpel tapi elegant.
“Untuk bajunya sudah di pilih kan oleh orang tua kita,” ucap dokter Izzam.
“Keyla ikut saja dok, apa yang di pilih kan nantinya,” jawabku.
“Ini beberapa undangan yang dipilih tadi, bisa dibagikan ke teman dekat,” ucap dokter Izzam dengan menyodorkan beberapa kartu undangan yang aku pilih tadi.
“Baik, dok. Kalau begitu Keyla lanjut urus pasien lain,” ucapku yang kemudian pergi dari ruangan itu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku bawa.
“Key,” panggil Danita yang mengejutkanku dari lamunan.
“Hmmm, iya,” jawabku dengan terkejut.
“Gimana semalam?” tanya Danita.
“Ini,” ucapku dengan menyodorkan kartu undangan pertunangan ku dengan dokter Izzam.
“Pertunangan Izzam dan Keyla Kiyomi?ini sungguhan?” tanya Danita dengan terkejut dan senang.
“Jangan lupa datang ya!!” ujar ku padanya. Ia memelukku dengan senang dan tidak percaya. Aku pun senang melihatnya walau sedikit ada rasa mengganjal dihati.
“Maaf, sus. Dokter Kiyomi dimana ya?” tanya Salman pada salah satu suster di rumah sakit.“Dokter Kiyomi hari ini sedang cuti. Ada apa ya?”jawab suster itu.“Euum, iya hari ini jadwal saya untuk theraphy,” jawab Salman.“Atas nama siapa ya mas?”tanya suster itu.“Atas nama Salman, sus,” jawab Salman.“Untuk sementara waktu pasien theraphy dokter Kiyomi akan ditangani oleh dokter Devi. ”ucap suster.“Terimakasih ya, sus,” jawab Salman.Salman penasaran kenapa dokter Kiyomi cuti. Akhirnya setelah theraphy selesai Salman pergi ke rumah dokter Kiyomi.“Ada acara apa ya mas?” tanya Salman pada tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Oo..., itu ada acara pertunangan nanti malam mas,” jawab tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Pertunangan??” tanyaku heran.“Iya mas pertunangan dokter
Ada apa ya, Pak? tanyaku pada kepala rumah sakit. Aku dipanggil oleh kepala rumah sakit ke ruangannya.“dr.Kiyomi, saya memanggil anda karena untuk sementara waktu anda dipindah tugaskan ke rumah sakit MARMARA UNIVERSITESI Prof.Dr.Asaf Ataseven Hastanesi,” jelas bapak kepala rumah sakit.“Kapan saya mulai dipindah tugaskan, Pak?” tanyaku.“Mulai esok, dok. Disana ada pasien yang membutuhkan bantuan dokter,” jawab bapak kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.“Kalau begitu saya permisi dulu ya, Pak,” pamit ku pergi dari ruangan.“Iya silahkan, dok,” jawab bapak kepala rumah sakit. Aku pergi dari ruangan itu dan langsung ke ruangan ku dan memberi tahu Danita yang kebetulan ada di ruangan ku.“Nit, aku besok dipindah tugaskan ke turki untuk sementara,” ucapku memberi tahu kepada Danita.“Turki?!” teriaknya terkejut mendengar nama nega
Bandara Internasional Attaturk,Turki.“Atatürk uluslararası havaalanına hoş geldiniz,” disambut dengan ucapan selamat datang oleh tour guide.“Teşekkürler” ucapku berterimakasih padanya.“Saya Syakira,” ucapnya memperkenalkan dirinya dan bersalaman padaku.“Saya orang indonesia ko, dok,” ucapnya padaku.“Jadi, kamu orang indonesia juga?” tanyaku.“Iya,jadi kakak dokter mau diantar kemana?” tanyanya padaku.“Marmara Guesthouse,” jawabku.“Langsung mau ke penginapan?” tanyanya.“Iya,” jawabku.Sepanjang jalanan kota Istanbul menyimpan banyak kenangan ku dan Farihah. Memandangi kota ini aku seperti berjalan dengan arah badan berbalik. Air mata seakan berucap "temanku banyak jatuh di kota ini, dan tuanku terhempas dari nya."Aku kembali pada tujuan yang harus fokus pada pekerjaan agar cepat perg
Harapan baru muncul dari berita yang nyonya Gracellia infokan padaku. Nomor telpon Farihah pun sudah kudapatkan.“Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi,” jawaban yang kudengar saat menelpon Farihah. Berkali-kali aku telpon Farihah tapi, nomornya tidak dapat dihubungi.Untuk apa aku nelpon Farihah? pikirku.Benar yang dikatakan nyonya Gracellia, jangan menoleh kebelakang lagi! Fokus untuk jalan ke depan!pikirku meyakinkan diriku untuk bisa fokus pada masa depanku.Cukup sudah memikirkan Savas karena, belum tentu Savas memikirkan ku dan mencari keberadaan ku.Handphone ku berdering menandakan ada panggilan masuk. Aku mengambil handphone yang ada di samping ku.“Assalamu'alaikum, dok,” ucapnya.[“Wa'alaikumussalam, bapak kepala rumah sakit?”] tanyaku.[“Iya, dok. Dokter besok bertugas di rumah sakit UNIVERSITAS MEDIPOL,”] ucap kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.
Tak pernah terpikirkan dalam benak ku untuk kembali mencari keberadaan nya. Disamping itu juga aku mencari tahu tentang Iyah. Ternyata tak semudah yang kupikirkan sebelumnya.Mengurusnya yang hilang ingatan dan tak jelas identitasnya. Handphone yang berdering mengalihkan fokus ku.“Hallo!!” sapa ku.[“Maaf, Key. Aku ganggu kamu,”] ucap Danita dari handphone.“Kenapa, Nit?” tanyaku.[“Besok jadwal Salman untuk theraphy terakhirnya dan dia minta ditemenin kamu walau cuma dari video call,”] jelasnya.Aku terkejut mendengar penjelasan Danita. Padahal Salman tahu kalau aku sudah bertunangan dengan dr.Izzam tapi, kenapa ia masih mendekati ku.“InsyaAllah, Nit.” jawabku. Aku harus bersifat profesional, siap tau setelah dia pulih dia menjauh.[“Dok, pasien atas nama Iyah bis
“Untuk sementara kamu tinggal di hotel ini sama aku dulu,” ujarku pada Iyah dengan menunjukkan kamar hotel. Kebetulan di hotel ini juga dalam satu kamar ada dua ranjang jadi bisa untuk Iyah.“Are you okay?” tanyaku melihatnya memegang kepala seperti sedang kesakitan.“He em,” jawabnya sambil tersenyum menoleh padaku.Dari awal masuk hotel sampai saat aku menunjukkan kamar hotel Iyah merasa pusing dan terus-menerus memegang kepalanya.“Hotel Marmara Guesthouse,” jawabku dengan menoleh kearah Iyah.Cetarrrr.....suara pecahan dari kamarku membuatku berbalik arah pergi ke kamar lagi.“Kamu kenapa? berbaring sini!!” ujar ku pada Iyah yang tak sen
“Pas banget ya, kacan?kita sampai di jembatan Galata nya sore begini,” ujar Syakira.“Iya, jadi kita bisa menikmati sunset disini. Karena kata orang kalau kita mau menikmati indahnya sunset, ya di jembatan Galata ini,” jelasnya seperti mendongeng.Sekarang kita mau masuk ke jembatan itu atau kamu masih mau cerita?ledekku.“Hehehe,maaf kacan. Kita masuk sekarang,” ujarnya.Dan aku langsung masuk ke jembatan itu, sedangkan Syakira memarkirkan mobil.Jembatan Galata terkenal dengan jembatan romantis. Jembatan yang melintas di atas teluk Golden Horn, Istanbul. Dari jembatan ini kita bisa lihat
“Jangan lupa besok! Jam tujuh pagi Kacan,” teriaknya dari mobil mengingatkanku untuk travelling esok hari. Aku hanya tersenyum dan melambaikan jempol pada Syakira dan ia pergi. Saat aku kembali ke kamar aku melihat di kasur tidak ada Iyah, aku bergegas mencarinya di setiap sudut ruangan. “Iyah?! Iyah?!” panggilku mencari keberadaannya namun, Iyah tidak ada. Aku membersihkan diri sejenak dan pergi ke mini bar hotel. Aku melihat nyonya Gracellia bersama Iyah di mini bar mereka berbincang berdua dan aku langsung pergi ke hadapan mereka. “Iyah? Kakak cari kamu ke setiap sudut ruangan lo,” geramku