Share

Bab 299

Author: Yovana
Felix langsung menyetujui, "Oke, kebetulan aku juga ingin mengajak Alfredo pulang ke kampung halaman di negara asalku."

Hanna mengernyit. Dia bertanya, "Kampung halaman di negara asal?"

Felix tersenyum tipis. "Buyutku berasal dari Kota Solaris."

Hanna tak curiga dan hanya bertanya, "Jadi, apa aku perlu ikut pulang bersama kalian?"

"Bukannya kamu mau pulang untuk ikut syuting acara ragam?"

Hanna mengangguk. Dia menjawab, "Ya, kontraknya sudah aku tanda tangani."

"Kalau begitu, aku saja yang membawa Alfredo pulang."

Hanna diam-diam lega. "Oke, setelah pekerjaanku selesai, aku akan langsung menyusul kalian ke sana!"

Felix mengulas senyum tipis. "Oke."

Bella tidur pulas hingga pukul delapan, Bella baru bangun.

Saat bangun, dia mendapati hanya dirinya sendiri di ranjang. Dia mengucek mata, turun dari tempat tidur, mengenakan sandal, lalu membuka pintu.

Dia keluar kamar dengan piyama bergambar kartun. Dia berjalan menuju kamar Vanesa.

Niatnya ingin mencari baju sendiri, tetapi begitu mendo
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Kita Sudah Sampai Ujung   Bab 305

    Alfredo mengangguk.Vanesa kembali berjongkok, menatapnya sambil tersenyum lembut. "Suara Alfredo bagus sekali. Apa boleh Bibi mendengarnya lagi?"Alfredo membuka mulutnya, perlahan mengucapkan satu kata. Dia berujar, "Boleh.""Pintar sekali!" Vanesa mengusap kepalanya, lalu menoleh pada Bella. "Kamu ajak Alfredo main, ya.""Oke!"Bella segera menggandeng tangan Alfredo, lalu berlari riang ke ruang tamu untuk bermain.Alfredo dengan senang hati mengikuti Bella.Bella mengeluarkan kotak mainannya, menumpahkan semua mainannya. "Alfredo, kamu boleh pilih sesukamu. Kalau suka, aku bisa memberikannya padamu, tapi cuma boleh pilih satu saja, ya?"Kedua anak itu bermain sendiri tanpa perlu diawasi orang dewasa.Vanesa berdiri, menatap Zaina, lalu bertanya, "Berapa umur Alfredo?""Bulan lalu dia baru genap berusia tiga tahun."Vanesa mengangguk. "Berarti setahun lebih muda dari Bella. Tiga tahun itu masih kecil, jangan menyerah padanya. Sebenarnya, dia mengerti segalanya, cuma hatinya lebih se

  • Cinta Kita Sudah Sampai Ujung   Bab 304

    Alfredo didiagnosa memiliki autisme saat berusia dua tahun.Sejak saat itu, Zaina bersama seorang pengasuh lainnya terus berusaha membimbing Alfredo, tetapi hasilnya kurang memuaskan.Namun, kini, Bella dan Vanesa, ibu dan anak itu, justru dengan mudah membuat perubahan pada Alfredo.Zaina merasa hal itu benar-benar sulit dipercaya!Bukan hanya Zaina, bahkan Marlon dan Jake juga sangat terkejut.Jake menurunkan suaranya dan berbisik, "Pantas saja Steven nggak mau bercerai. Vanesa punya daya tarik luar biasa di mata anak-anak, mana ada orang tua yang nggak tergerak?"Marlon memelototinya. Dia berujar, "Hari baik seperti ini, jangan sebut-sebut orang yang membawa sial."Jake menjawab, "Baiklah!"Vanesa berjongkok, menatap Alfredo dengan lembut, "Alfredo, apa boleh Bibi memelukmu?"Alfredo hanya mengerjap kosong.Suasana tiba-tiba menjadi hening.Semua orang menunggu reaksi Alfredo.Bahkan Bella pun tak berani bicara, hanya berdiri diam menatapnya.Setengah menit berlalu, Alfredo tetap ti

  • Cinta Kita Sudah Sampai Ujung   Bab 303

    Vanesa keluar dari dapur sambil membawa semangkuk besar bakso daging kuah kecap yang baru matang."Bella, jangan ke sini, nanti kepanasan."Mendengar itu, Bella langsung menarik Alfredo ke samping.Baru setelah melihat Vanesa meletakkan hidangan di meja, Bella kembali menggandeng Alfredo dan berjalan ke arah Vanesa."Ibu, lihat, dia Alfredo!"Bella mendorong Alfredo ke depan Vanesa.Vanesa tersenyum. Putrinya memang anak yang supel, sering membawa teman pulang, dan Vanesa sudah terbiasa dengan hal itu.Seperti biasa, Vanesa berjongkok untuk menyapa anak itu, tetapi saat melihat sepasang mata hitam legam milik Alfredo, Vanesa tertegun.Perasaan yang sulit dijelaskan tiba-tiba menyergapnya.Alfredo juga menatap Vanesa.Mata hitam anak itu memantulkan wajah Vanesa, sementara ekspresinya tetap datar.Bella mendekat, membisikkan sesuatu di telinga Vanesa. "Ibu, Alfredo agak berbeda dengan anak-anak lain. Bibi Zaina bilang dia jarang bicara."Mendengar itu, kening Vanesa sedikit berkerut.'B

  • Cinta Kita Sudah Sampai Ujung   Bab 302

    Alfredo memang sangat menyukai Bella. Saat bersama Bella, meski jarang bicara, setiap kali Bella bertanya, dia selalu menjawab dengan serius.Jawabannya pun selalu singkat, hanya beberapa kata.Zaina dan tiga orang dewasa lainnya, Jake dan Marlon, berdiri di pinggir lapangan, menyaksikan kedekatan dua anak itu. Menurut mereka, adegan itu begitu hangat dan menenangkan."Ini luar biasa! Aku mengurus Alfredo selama dua tahun. Selain bos kami, ini pertama kalinya aku melihat dia mau dekat dengan orang lain.""Mungkin itu karena putriku terlalu menggemaskan?" Jake mengangkat alisnya, penuh kebanggaan. "Dia itu anak yang paling populer di sekolahnya."Mendengar itu, Zaina tersenyum. "Kamu beruntung sekali. Dengan anak perempuan yang menggemaskan seperti itu, istrimu pasti orang yang hebat. Dia mendidik Bella dengan sangat baik."Jake berdeham pelan sebelum berkata, "Dia bukan putri kandungku, tapi putri angkatku.""Oh, begitu." Zaina merasa agak canggung, lalu cepat-cepat mengganti topik. "K

  • Cinta Kita Sudah Sampai Ujung   Bab 301

    "Jadi, Pak Akash menerima Dokter Jerry sebagai murid?""Ya," kata Marlon. "Kudengar Dokter Jerry ini sejak muda sudah cerdas sekali dan sangat dihormati oleh Pak Akash."Jake sedikit mengernyit. "Aku pernah bertemu dokter itu. Sikapnya hangat, tutur katanya sopan, ramah dan santun kepada semua orang. Hanya saja, entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang sulit dijelaskan darinya."Marlon menoleh, menaikkan sedikit alisnya. "Kamu cuma merasa terancam karena dia lebih tampan darimu, 'kan?"Jake terdiam.Marlon menepuk bahu Jake. "Bella itu suka cowok ganteng. Dia pernah bilang ke aku dan Bu Amanda kalau Dokter Jerry itu sangat ganteng."Jake menyahut, "Ganteng sih ganteng, tapi dia cuma orang luar. Aku ini pamannya! Bella pasti sangat menyukaiku!"Marlon hanya tersenyum, tak lagi menyanggahnya.Komidi putar masih berputar, musiknya terus bergema.Bella tersenyum cerah, sangat menggemaskan. Jake buru-buru menjepret beberapa foto."Alfredo, mau naik itu?"Saat itu, suara pengasuh, Zaina, ter

  • Cinta Kita Sudah Sampai Ujung   Bab 300

    Jake dan Marlon mengajak Bella pergi bermain ke taman bermain anak-anak yang baru dibuka di kota tua.Sementara itu, Amanda tetap di rumah membantu Vanesa membuat kue.Setiap tahun, kue ulang tahun Bella selalu dibuat sendiri oleh Vanesa.Tangannya sangat terampil. Apa pun yang dipelajari selalu cepat bisa dan hasilnya pun sangat memuaskan.Amanda memang kurang mahir, tetapi dia selalu siap membantu.Saat mereka berdua membuat kue di dapur, Amanda bertanya pada Vanesa, "Kamu punya rencana apa setelah ini?""Kemarin aku sempat pulang sebentar ke Kota Amari."Gerakan Amanda terhenti, lalu menoleh. "Melihat Arsa?""Ya."Vanesa menunduk. Dari sudut pandang Amanda, wajah samping Vanesa tampak tenang, matanya hanya fokus menatap kue di depannya.Namun, Amanda tahu, kematian anak itu selalu menjadi luka yang belum sembuh bagi Vanesa."Saat mau pulang, aku bertemu dengan Steven."Amanda terkejut. "Lalu, apa reaksinya?""Dia sepertinya nggak terlalu terkejut melihatku."Nada suara Vanesa terden

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status