Share

Keputusasaan Asma

Author: Uphieawan
last update Last Updated: 2023-01-28 10:38:57

"Selamat menikmati hidup bersama dengan bekasku!" ucap Asma sebelum meninggalkan Endang. 

Asma pun segera naik ke dalam bus yang berhenti tepat di depannya. Dia merasa malu jika harus kembali ke rumah orang tua. Dia juga tidak mau orang tuanya malu karena perceraiannya dengan Tanto yang merupakan anak juragan tanah. Sejak awal para tetangga memang banyak yang mencibir pernikahannya.

Di dalam bus tujuan kota, Asma duduk di samping jendela. Asma menatap lampu-lampu yang menerangi jalan. Air matanya tidak kuasa untuk tidak keluar dari mata indah miliknya ketika dia mengingat perselingkuhan sang suami.

Bus semakin jauh meninggalkan desa tempat tinggalnya. Hati yang terluka mengiringi perjalanannya menuju ke kota. Sepanjang perjalanan, air mata menggenangi matanya. Dia tidak peduli dengan penumpang lain yang melihatnya dengan tatapan aneh.

“Terminal..., terminal..., terakhir...!”

Kondektur bus mengingatkan tujuan akhir bus. Asma tersadar jika dia sudah sampai ke tempat tujuan.

Asma segera mengusap air matanya. Suasana ramai kota mewarnai jalanan kota. Asma segera berdiri, dia hendak turun di pusat kota.

“Berhenti di sini, Bang,” pinta Asma ketika tiba di tikungan jalan sebelum menuju ke arah terminal.

Setelah bus berhenti, Asma segera turun dengan hati-hati seraya menyeret kopernya. Dia berjalan ke depan toko yang sudah tutup dan duduk di kursi kosong yang ada di sana. Perutnya terasa lapar, dia membuka tas selempangnya dan mengambil dompet miliknya. Hanya tersisa beberapa ribu saja uang yang ada di dompetnya dan juga ATM yang berisi uang tabungan hasil penjualan kuenya yang rencananya untuk tambahan biaya persalinan dan keperluan dirinya selama hamil karena selama ini sang suami tidak memperhatikan kebutuhan kehamilannya. HP yang dibelikan sang suami juga diminta kembali karena dianggap milik suami.

Asma mengedarkan pandangan ke segala penjuru kota. Selain banyak warung angkringan berjajar di pinggir jalan, beberapa toko masih terbuka. Lampu kerlap kerlip dari beberapa toko meramaikan suasana kota padahal malam semakin larut.

Asma mencoba mencari pekerjaan di malam itu, setidaknya untuk makan malam ini. Dia menuju ke deretan toko yang masih buka. Asma memasuki satu per satu toko dari ujung jalan hingga ujung jalan lain.

“Sebenarnya kami sedang membutuhkan karyawan, tetapi maaf kami tidak bisa menerima Mbak karena sedang hamil,” ucap salah satu pemilik toko sembako yang sudah hampir tutup.

Asma merasa ada angin segar untuk bisa mendapatkan pekerjaan. “Saya bisa, Pak. Saya berjanji kehamilan saya tidak akan mengganggu nantinya.”

“Mohon maaf sekali, Mbak. Kami tidak bisa mengambil resiko karena kami butuh orang yang bisa angkat-angkat barang,” ucap pemilik toko.

Asma tidak bisa memaksakan pemilik toko untuk menerimanya bekerja di tempat itu. Apa yang disampaikan pemilik toko tersebut ada benarnya karena sangat berbahaya bagi janinnya jika dia harus mengangkat beban berat. Dia pun meninggalkan toko tersebut menuju ke toko yang lain, tetapi hingga ujung kompleks pertokoan tidak ada yang membutuhkan karyawan. Bahkan dia menanyakan kepada warung-warung makan dan angkringan, tetapi semua mengatakan tidak ada lowongan.

Sebenarnya di seberang jalan masih ada beberapa toko yang masih buka, tetapi Asma sudah berkecil hati untuk mencoba. Dia terus berjalan menyusuri jalan.

Malam semakin larut. Asma sudah merasa lelah dan kakinya juga sudah merasa pegal. Dia juga merasa lapar dan haus karena dia belum makan apapun sejak meninggalkan rumah sehingga membuat tubuhnya lemas. Perutnya juga terasa agak kencang dan sakit karena sudah terlalu lama berjalan. Tempatnya sekarang cukup sepi, berbeda dengan daerah di sebelah selatan yang berderet warung angkringan dan toko yang masih buka.

Asma berhenti di salah satu depan toko yang terdapat kursi. Dia menatap jalan di depannya yang terlihat sepi, hanya ada lalu lalang mobil dan sepeda motor yang melintas. Dia mengelus-elus perutnya untuk mengurangi rasa sakit. Air mata pun luruh membasahi pipi Asma. Ada rasa sesal mengapa dia tidak kembali ke rumah orang tuanya saja, tetapi rasa malu dan takut mengalahkan rasa sesal tersebut.

“Ya Allah, mengapa Engkau memberi cobaan seberat ini padaku? Apakah karena aku sudah melawan orang tuaku sehingga Engkau menghukumku” gumamnya.

Asma menghapus sisa air matanya, tetapi masih terdengar isak tangisnya. Ada perasaan takut ketika melihat tempat di sekitarnya yang sepi. Dia pun segera beranjak dari tempatnya beristirahat.

Asma masih terus melanjutkan berjalan menyusuri jalanan yang semakin sepi. Deretan toko sebagian besar sudah tutup. Dia mengusap perutnya membuat air mata lagi-lagi luruh dari matanya.

Perasaan terbuang dan terabaikan dari orang-orang terdekatnya tiba-tiba hadir dalam hatinya. Suami yang sangat dicintainya bahkan dulu dia rela melawan nasihat orang tua, sudah mencampakkan dirinya demi wanita dari masa lalu sang suami.

“Apa gunanya aku hidup jika tidak ada yang peduli aku lagi?” gumam Asma di dalam hatinya.

Semula Asma berjalan di trotoar, tetapi sedikit demi sedikit dia berjalan ke arah tengah jalan. Batinnya bergolak, dia berhenti sejenak dan menengok ke arah jalan di belakangnya yang sepi. Hati kecilnya menolak melakukan itu, tetapi langkah kakinya tetap ke arah tengah jalan. Pada saat itu terlihat sebuah lampu mobil di kejauhan.

Terbersit dalam hati untuk mengakhiri hidupnya. 

Asma berjalan dengan langkah lunglai. Akal sehatnya dikalahkan oleh rasa keputusasaan.

“Maafkan ibu, Nak. Daripada kamu lahir tanpa ayah di sampingmu, lebih baik kita pergi bersama-sama ya, Nak,” gumamnya pada anak yang di dalam kandungannya seraya mengelus perutnya dengan berurai air mata.

Pandangan Asma lurus ke depan. Tangan kiri menyeret kopernya, tangan kanan mengelus perut buncitnya. Dia memantapkan hati untuk mengakhiri semuanya.

Mobil yang melaju di belakangnya semakin mendekat. Suasana yang sepi dan tidak adanya pemukiman penduduk mendukung tekad Asma. Baju berwarna gelap yang dikenakan Asma membuat dia tidak terlihat dari kejauhan.

Asma semakin berjalan ke tengah jalan. Dia memejamkan mata seraya mengelus perutnya. Bayangan sang suami yang mengelus perut wanita selingkuhannya yang hamil membuatnya semakin tergugu. Sedangkan, perutnya tak pernah sekalipun dielus oleh sang suami. Kelebatan perselingkuhan sang suami yang dilakukan beberapa kali hadir dalam bayangannya. “Kamu jahat Mas Tanto,” gumamnya dengan linangan air mata.

“Ayah, Ibu, maafkan Asma.”

Suara deru mesin mobil semakin mendekat. 

Tiba-tiba terdengar suara seseorang berteriak kepadanya.

“Mbak! Awas ada mobil!” teriak orang tersebut seraya berlari menuju ke arah Asma.

Orang itu berlari dengan cepat untuk mendekat ke arah Asma ketika dia melihat mobil sudah semakin mendekati Asma.

Asma tidak mengindahkan teriakan itu. Dia berhenti berjalan dan memberanikan diri menatap mobil yang tengah melaju dengan kencang di depannya. Pandangannya lurus ke depan dan kemudian memejamkan mata. Suara klakson panjang terdengar di telinganya. Suara decit roda ban mobil dengan aspal terdengar sangat nyaring.

“Mbak! Minggir!” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
selain tolol kau jiga banyak drama nyet
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Pertemuan

    “Mas Tanto!” panggil Asma dengan lirih.Tanto, suami yang sudah mengusir dan menalaknya di saat dia sedang hamil, sudah berdiri di depannya.“Apa kabar Asma?” tanya Tanto.“Baik,” jawab Asma dengan datar.Pandangan Tanto beralih ke arah perut Asma. Tanpa memedulikan Tanto, Asma segera mengangkat barang belanjaannya. Akan tetapi, karena banyaknya barang belanjaannya itu membuat Asma kesulitan.“Perlu aku bantu?” tawar Tanto yang mendekati Asma dan tanpa sengaja tangannya menyentuh tangan Asma dan membuat Asma berjengit kaget hingga meletakkan kembali barang belanjaannya itu.“Tidak usah, Mas. Aku akan menelepon seseorang yang datang bareng aku,” tolak Asma.“Kenapa tidak mau aku bantu? Walau bagaimanapun secara hukum negara, kamu itu masih istriku,” ucap Tanto tanpa merasa malu dan bersalah.Asma menatap Tanto. Ada perasaan benci pada laki-laki di hadapannya. Apalagi jika teringat anaknya yang baru berusia satu bulan lebih.Asma tersenyum getir mendengar ucapan Tanto. “Aku tidak salah

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Keputusan Asma Untuk Arya

    Ciiiit!Arya mengerem mobilnya secara mendadak ketika mendengar ucapan Asma. Untung saja Arya sedang melajukan mobilnya dalam keadaan pelan.“Maaf!” ucapnya dan menengok ke arah Asma yang sedikit terdorong ke depan. “Kamu dan Randi baik-baik saja?” tanyanya dengan rasa khawatir.Kebetulan Randi sedang tiduran di atas jok mobil yang beralaskan kasur kecil dan Asma sempat menahannya agar tidak terdorong ke depan.“Alhamdulillah, kami baik-baik saja,” jawab Asma yang sudah kembali ke posisinya. Randi juga masih terlelap di atas kasurnya. “Mbak Khansa bagaimana?”“Aku tidak apa-apa kok. Untung saja Arya mengendarai mobilnya tidak kencang,” ujar Khansa.“Maaf! Aku terkejut dengan ucapan Asma. Apa maksudmu Asma? Apa yang kamu ucapkan tadi menandakan bahwa kamu bersedia menjadi istriku?”Arya bertanya secara beruntun tentang ucapan Asma dan dibalas senyuman manis yang terukir di bibir Asma. Senyuman dan anggukan Asma sudah menjawab pertanyaannya.“Baiklah, nanti aku akan bicara langsung deng

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Perjalanan Asma Ke Desa

    “Mengapa kamu tidak menghubungi sendiri?” tanya Khansa heran.Bukan bermaksud dia menolak permintaan tolong dari Asma, dia hanya merasa heran dengan permintaan itu. “Ehm, aku merasa tidak enak padanya, Mbak. Kemarin aku sudah menolak untuk mengantarku,” jawab Asma dengan ragu.Khansa tersenyum melihat wajah Asma yang terlihat malu.“Loh, kenapa sekarang berubah pikiran?” tanya Khansa semakin penasaran.“Tidak apa-apa, Mbak. Aku merasa tidak enak mengecewakan Arya. Padahal, dia sudah terlalu banyak membantuku,” jawab Asma.“Jadi, kamu hanya ingin membalas budi padanya?”Asma menggeleng-gelengkan kepalanya. “Bukan, bukan seperti itu, Mbak. Maksudku, barangkali dia ingin bertemu orang tuaku dan ada yang ingin dikatakan pada mereka. Selain itu, keluarganya juga ada yang di sana.”“Apa kamu ingin Arya bertemu dengan orang tuamu untuk menunjukkan keseriusannya?” tanya Khansa dengan nada menggoda Asma.“Eh.” Asma terkejut dengan ucapan Khansa walaupun memang seperti itu adanya yang ada di b

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Rencana Pulang

    “Hah! Bagaimana maksudnya, Mbak?” tanya Milla yang bingung dengan pertanyaan Asma.“Apa kamu menyukai Arya sehingga kamu kecewa jika dia sudah mempunyai calon istri?” tanya Asma sekali lagi.Milla terkekeh mendengar pertanyaan Asma. Walaupun Milla belum pernah merasakan jatuh cinta kepada laki-laki, tetapi dia adalah wanita yang beranjak dewasa yang tentu mengetahui bagaimana seseorang yang cemburu.“Kamu kok malah terkekeh?” tanya Asma.“Mbak Asma cemburu ya?” godanya sambil mengerlingkan mata menatap Asma.“Kenapa aku harus cemburu?” tanya Asma.“Mbak, aku memang menyukai Mas Arya. Tetapi, dia sudah kami anggap sebagai pengganti orang tua kami. Kami sudah menganggapnya sebagai kakak,” ucap Milla.Asma menghela nafas lega mendengar ucapan Milla. Dan tanpa disadari hal tersebut terdengar oleh Milla.“Merasa lega ya, Mbak? Kalau Mbak Asma dan Mas Arya sudah saling mencintai, kenapa sih Mbak Asma tidak segera menikah dengan Mas Arya saja. Setahu aku, masa iddah perempuan yang bercerai s

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Cemburu Tanda Cinta?

    “Calon istri?” tanya Arya dengan mengernyitkan dahi.Sebelum berbicara dengan Asma, Arya meminta wanita yang bersamanya untuk mengambil barang yang dibutuhkannya.Milla sedang memilih barang yang sudah dicatat Asma di sebuah kertas. Sedangkan, Asma mencari pernik-pernik pelengkap hiasan kue yang juga tersedia di toko itu.Asma menjadi serba salah dengan pertanyaannya. Apalagi menanyakannya tepat di depan wanita yang dia kira calon istri Arya. Padahal, dia tidak bermaksud bertanya hal tersebut.“Tidak jadi,” sahut Asma sesegera mungkin sebelum Arya mengajukan pertanyaan lanjutan.“Maksudmu dia?” tanya Arya seraya menunjuk wanita yang bersamanya tadi. “Kenapa kamu menebaknya sebagai calon istriku? Padahal kamu tahu bahwa kamulah wanita yang aku harapkan sebagai istriku.”Tanpa disadari, pipi Asma bersemu mendengar ucapan Arya. Walaupun dia sering mendengar pernyataan Arya, tetapi selalu saja membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan pipinya terasa memanas.“Tidak usah dipikirkan, Arya

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Panasnya Hati Asma

    "Perkenalkan, saya Arif, pengacara yang diminta mendampingi proses perceraian Mbak Asma,” ujar Arif mengenalkan diri dan menjabat tangan Uki.“Uki, kakak dari Asma,” balas Uki.Mereka pun duduk berhadapan di ruang tamu.“Terima kasih Pak Arif mau membantu mengurus perceraian adik saya,” ujar Uki membuka obrolan mereka.“Sama-sama. Tapi sebelumnya, panggil saja Arif, Mas. Saya masih terlalu muda untuk dipanggil pak,” ucap Arif dengan tersenyum lebar.“Mas Arif kali ya. Mungkin saya yang sudah terlihat tua ya, Mas,” seloroh Uki sambil tersenyum.“Mas Uki belum terlalu tua untuk ukuran laki-laki yang sudah mempunyai anak satu,” balas Arif.Mendengar ucapan Arif, Uki bengong sesaat.“Anak? Bagaimana saya bisa punya anak, Mas. Nikah saja belum,” ujar Uki sambil terkekeh.Kini giliran Arif yang bengong. “Loh, tadi bukan anak dan istri Mas Uki?” tanyanya memastikan.“Bukan Mas Arif. Perempuan tadi adik sepupu saya, sedangkan bayi tadi ponakan saya, anaknya Asma,” jawab Uki.“Syukurlah!” ucap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status