Beranda / Romansa / Cinta Maid Belok Kanan / Perempuan Dalam Cafe

Share

Perempuan Dalam Cafe

Penulis: Lia Dee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-20 22:00:03

Aku dan Rena memasuki salah satu mall besar di Surabaya. Kami turun dari mobil setelah berhasil parkir dibasement.

Aku berjalan disamping Rena.

Kami masuk kedalam mall dan menyisiri lorong demi lorong rak makanan ringan, keperluan dapur, alat mandi dan lainnya.

Setelah beberapa barang yang dibutuhkan sudah masuk semua kedalam keranjang, kami berjalan menuju kasir untuk membayarnya.

Seorang kasir dengan seragam warna biru menscan satu persatu belanjaan Rena. Dia menyebutkan angka yang harus Rena bayar.

Rena mengeluarkan ATM card dalam dompetnya. Mengetikkan pin dan mendapatkan struk dari kasir tersebut.

“Okey, belanjaanku dah selesai. Sekarang, waktunya makan.” Rena menarik tanganku, tapi aku menahannya.

​“Makan dirumah aja, yuk. Aku yang masakin.” Pintaku pada Rena. Aku tidak mau merepotkannya.

​“No! Kamu udah capek-capek nemenin aku. Masa aku tega sih, bikin kamu capek lagi?”

​“Aku suka masak, Ren. Cuma masak doang gak akan bikin aku capek.”

​“Enggak! Kita cari café dan makan sekarang!” Dia menarik tanganku lagi. Meyeretku kesalah satu café di mall tempat kami berbelanja.

Kami duduk disalah satu meja kosong. Rena memesankan makanan dan minuman untuk kami.

Setiap makan di café, Rena yang selalu pesan makanan dan minumanku. Karena aku selalu bilang 'terserah'.

Aku orang kampung yang tidak faham menu makanan di café. Aku malu kalau harus memesan makanan yang aku tidak tahu.

Tapi Rena tahu persis seleraku. ​“Gimana kerjaan kamu?” Tanya Rena.

​“Sejauh ini baik-baik aja.” Jawabku. Rena tersenyum melihatku. Senyum yang selalu terlihat tulus dimataku.

​“Syukurlah. Kak Di gimana? Oke, kan?” Aku mengerutkan dahiku bingung dengan pertanyaan Rena.

​“Oke, kan?” Aku mengangkat kedua bahuku.

​“Iya, maksudku, dia memperlakukan kamu dengan baik, kan? Gak suka marah-marah, kan?”

​“Owh.. Sejauh ini sih, dia belum pernah marah-marah. Cuma biasa lah, sesekali kami berdebat hal-hal receh.”

​“Syukurlah. Lega aku dengernya.” Aku tersenyum.

“Eh, Sof. Liat tuh! Panjang umur dia.” Rena mengejutkanku.

Rena menunjuk kearah seorang laki-laki dengan jas cokelat tengah mengobrol bersama seorang perempuan cantik dimeja lain, disudut cafe ini.

Aku menoleh kearah yang Rena tunjukkan. Laki-laki itu adalah Daniel. Daniel sedang Bersama seorang perempuan yang entah itu siapa?

​“Bos, Ren?” Tanyaku pada Rena. Aku ingin memastikan kami tidak salah lihat.

​“Iya, Sofi. Sama cewek. Siapa, yah?”Aku menggeleng dan mengangkat kedua bahuku tidak tahu.

“Ah, mungkin cuma clientnya.” Rena mejawab pertanyaannya sendiri. Tapi jawaban Rena membuat sedikit lega.

“Tapi masa ketemu client cuma berdua, yah? Jangan-jangan, bener ceweknya.” Rena Kembali memberi jawaban pada pertanyaannya sendiri.

Kali ini, jawabannya membuat dadaku sesak. Aku melihat kearah Daniel. “Dahlah biarin aja, Ren. Toh, bukan urusan kita.”

Aku mencoba mengalihkan pandanganku. Aku cemburu. Rasanya aku ingin pulang saja. Tapi aku tidak mungkin meninggalakan Rena.

​“Permisi.” Seorang pelayan café memakai seragam berwarna hitam datang mengantarkan makanan dan minuman yang kami pesan.

Aku langsung menyeruput minumanku tanpa menunggu aba-aba dari Rena. Aku berusaha terlihat santai meski sedang tidak baik-baik saja.

​“Kak Di ngeliat kita, Sof. Kita nunduk!” Tangan Rena menggoyangkan lenganku.

Aku lanjut melahap makananku dan pura-pura tidak melihat keberadaan Daniel. Renapun melihat kearah yang berbeda.

​“Heii, Rena, Sofi.” Sapa Daniel. Dia sudah ada didekat kami. Aku dan Rena menoleh ke arahnya.

​“Heii, kak Di..” Sahut Rena. Aku hanya tersenyum dan mengangguk padanya.

​“Kalian disini juga?” Tanya Daniel. Aku fokus menyuapi mulutku dengan makanan. Aku tidak perduli keberadaan Daniel dan perempuan itu.

​“Iya, kak. Kakak ngapain disini?” Rena balik bertanya sambil mengunyah makanannya.

​“Makan.” Balas Daniel singkat.

Aku melirik Daniel. Mataku panas melihat perempuan itu menggandeng lengan Daniel. Ingin rasaya aku pergi dan menjauhi mereka.

​“Oh.. sama siapa, tuh?” Tanya Rena. Aku melirik Rena. Dia mengedipkan matanya.

​“Oh iya. Kenalin ini Rena seppupuku, dan ini Sofi, maid dirumahku.” Jelas Daniel.

Seketika dadaku sesak. Rasanya aku sulit bernafas. Aku tersedak meski tidak sedang menyeruput minuman didepanku.

"Daniel benar, aku hanya maid. Tuhan, berapa kali aku lena dengan sikapnya, sampai harus berkali-kali juga aku perlu diingatkan." Hatiku berbisik.

Aku tertampar dengan pernyataan Daniel. Rena saja tidak pernah menceritakan kepada siapapun tentang profesiku.

Baru kali ini aku dikenalkan sebagai seorang maid. Dan itu oleh seorang laki-laki yang diam-diam aku sukai. Rasanya benar-benar sakit.

​“Maid sementara. Karena secepatnya dia akan berganti profesi. Dan profesinya akan lebih tinggi dari Bosnya.” Rena menarik tanganku.

Aku tahu, Daniel tidak berniat untuk merendahkan aku. Dia hanya berusaha jujur.

​“Kita belum selesai makan, Ren.” Dia tidak menggubrisku. Dia tetap menarik tanganku dan membawaku ke basement.

"Naik mobil!" . Desak Rena.

Dia menyalakan mesin dan melajukan mobilnya dengan cepat.

​“Ren.” Aku menatapnya. Rena nampak kesal, bahkan lebih kesal dariku.

​“Kenapa sih, dia gak punya sedikit aja rasa empati sama orang lain?” Ucap Rena dengan nada penuh amarah.

​“Dia gak salah, Ren. Memang begitu kenyataannya.” Kataku perlahan. Aku mencoba menenangkan Rena.

​“Tapi gak semua kenyataan itu harus kita ungkapkan kemuka umum, Sof. Setiap manusia punya privasi.

Udahlah kamu berhenti aja kerja disana! Kamu tinggal sama aku aja. Aku bakal bayar kamu sama dengan bayarannya. Okey?” Rena membujukku.

​“Ren, calm down please.. Aku gak mungkin berhenti kerja cuma karena Bos ngenalin aku sebagai maidnya. Aku emang maidnya, Ren.”

​“Sofi!” Rena mengerem mobilnya secara mendadak sambil meneriakiku. Aku sontak kaget dan menatapnya dalam.

“Stop ngebelain dia!” Rena menjerit. Mataku terbelalak melihat Rena. Aku tidak pernah melihat Rena semarah ini. Baru kali ini Rena membentakku.

​“Okey, sorry sorry. Kamu tenangin diri dulu. Kita gak usah bahas ini dulu. Kamu tenang, bawa mobil pelan-pelan. Okey.” Aku membujuk Rena.

Rena Kembali melajukan mobilnya dengan kencang. Aku memilih diam, berusaha tidak banyak membantah.

Aku kecewa dengan sikap Daniel. Bukan karena Daniel mengenalkan aku sebagai maidnya. Aku kecewa karena terlalu berharap padanya.

Dan memngenalkan aku sebagai maidnya, adalah sebuah ketegasan bahwa dia memang tidak punyai perasaan yang sama denganku.

Selama ini, aku terlalu Ge-er dengan sikap Daniel.

Rena memang perempuan baik. Dia seperti malaikat dalam hidupku. Dia sanggup ribut dengan sepupunya untuk menjaga privasiku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Maid Belok Kanan   Mimpikah aku?

    “So beautiful, anak Mamah.” Aku memeluk Mamah Daniel. Aku mencoba menahan air mata yang ingin jatuh. Memeluk mamah Daniel serasa memeluk Ibuku. Aku merasa sedikit damai dalam pelukannya. “Makasih, Mah. Makasih juga udah mau dateng.” Dia melepas pelukanya dan tersenyum sambil menatap mataku. Mata Mamah Daniel berbinar. Terpancar kebahagiaan disana. Ada perasaan kecewa dalam hatiku atas kebahagiaannya. Kecewa, karena Ia bahagia atas pernikahanku yang bukan dengan anaknya. “Mamah pasti dateng sayang. Kan, yang nikah anak Mamah.” Jawab Mamah Daniel teduh. 'Iya. Mamah Daniel bahagia, karena dia menganggapku anaknya. Ah, aku terlalu berlebihan karena kecewa.' “Mas Di nggak dateng?” Dia Kembali melempar senyumnya. “Dateng, dong.. kalau nggak dateng, gimana kamu nikahnya?” Balasnya. Aku mengernyitkan dahiku. Aku memang berharap Daniel bisa datang, tapi kalaupun dia tidak datang, itu tidak akan berpengaruh apa-apa pada pernikahanku. Aku mengangguk, meskipun aku tidak meng

  • Cinta Maid Belok Kanan   Hari Pernikahanku

    Untuk Mas Daniel, Daniel, Satu nama yang terpateri dalam hati ini. Terima kasih karena sempat menjadi warna dalam hidupku. Sampai saat ini, aku masih mencintaimu. Sangat. Meski raga ini sudah tak mampu lagi berlari mengejarmu, tapi hati ini senantiasa merindumu. Semua memang sudah terlambat. Aku tidak bisa melawan takdirku.Tapi tak salah bukan, kalau aku berharap, suatu saat takdir berpihak padaku. Aku masih mengaharapkanmu, mas. Meski secuil saja harap adalah sesuatu yang mustahil. Tapi, bukankah berawal dari kemustahilan mencintai dengan derajat yang berbeda sudah kita lewati? Sekarang, aku hampir menjadi isteri orang, dan kamu masih sendiri. Apakah ini juga akan menjadi mustahil? Ah, entahlah! Kamu terlalu dalam untuk aku keluarkan dari lubuk hatiku. Kamu terlalu berkuasa dalam otakku hingga aku tak mampu melupakanmu. Kalau boleh aku bilang ‘aku benci takdirku’. Tapi itu tidak boleh, kan? Karenanya, aku tidak membencinya. Apapun dan siapapun. Selamat tingg

  • Cinta Maid Belok Kanan   Merayu Daniel

    "I love you, Mas." Aku terisak dibahu Daniel. Bahu yang selalu kuharapkan dapat menopang kepalaku saat aku sedih."Love you too, sayang." Jawab Daniel. Malam ini kami sedang duduk bersama diteras rumah Daniel. Aku ingin menghabiskan malamku bersama Daniel.Orang tua Daniel sedang keluar untuk menemui koleganya.Besok, aku harus kembali menjadi Sofi tunangan Salman. Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan pernikahanku atas permintaan Daniel.Daniel memberikan alasan yang masuk akal untuk tidak merebutku dari tangan Salman. Daniel bukan tipikle laki-laki curang dan licik.Dan aku harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang kuambil. Sebenarnya, bisa saja waktu itu aku menggagalkan pertunanganku.Tapi aku memilih meresmikan pertunanganku dengan Salman."Mas, udah beberapa hari lagi aku akan nikah sama Salman. Aku akan jadi milik dia Mas." Daniel menatapku. Hatiku sakit melihat mata Daniel yang juga meneteskan air mata."Apapun yg terjadi esok, aku harap kamu akan selalu bahagia sayan

  • Cinta Maid Belok Kanan   Diratukan Keluarga Daniel

    “Ada apa Di?” Samar-amar aku mendengar suara Mamah Daniel.“Sofi sakit, Mah.” Jawab Daniel sambil menggendongku dan berjalan terburu-buru. Daniel membawaku kekamarnya. Kamar Dimana aku meninggalkan Daniel saat dia terbaring lemah.“Kamu nggak apa-apa, sayang?” Tanya Mamah Daniel. wajah yang seiras dengan Daniel inipun sama-sama mengkhawatirkanku. Aku melihat ketulusan mereka menyayangiku.“Nggak apa-apa, Mah. Mamah nggak usah khawatir, yah..” Jawabku menenangkan Mamah Daniel.Aku melihat Daniel yang sedari tadi tidak tenang.“Ini buburnya, Pak.” Maid Daniel mengantarkan mangkuk berisi bubur pada Daniel.“Makasih, Bi.” Daniel meraih mangkuk itu dan menghampiriku. “Makan dulu ya, sayang.” Ucap Daniel. Aku melirik Mamah Daniel. Aku malu Daniel memanggilku sayang didepan Mamahnya. Aku mengangguk dan membuka mulutku saat Daniel menyuapiku. Entah kenapa aku bisa jatuh ketangan Salman, padahal begitu lebarnya jalan untukku masuk kekeluarga Daniel.Aku sangat yakin, ini bukan takdir. Mela

  • Cinta Maid Belok Kanan   Kondisiku Melemah

    ​Seusai meeting, semua staff keluar dari ruang meeting. Aku tidak benar-benar fokus pada meeting hari ini."Rena nggak masuk lagi, Mas?" Tanyaku pada Daniel. Aku tidak melihat Rena sedari pagi. "Begitulah." Jawab Daniel yang masih sibuk memeriksa kertas-kertas laporan hasil meeting. Aku masih duduk terpaku melihat Daniel sambil berfikir keras bagaimana cara menggagalkan penikahanku tanpa menyakiti dan membuat malu pihak manapun. Selain itu juga, aku teringat bagaimana kemarahan Ayah Salman dan ancamannya terhadapku semalam. Aku takut. Tanganku mulai gematar lagi.Dari semalam aku belum makan. Aku letih memikirkan semuanya.​“Sofi.” Daniel menoleh kearahku lalu memanggilku. Aku mencoba menahan semua rasa sakit. “Heii.. kamu kenapa, sayang?” Daniel menghampiriku.Terlihat wajah Daniel nampak khawatir melihat kondisiku. Aku tidak bisa menyembunyikan kondisiku yang lemah. Tapi aku masih berusaha kuat. “Kita pulang, ya.” "Aku nggak apa-apa, Mas. Aku cuma terlalu panik menghadapi semuany

  • Cinta Maid Belok Kanan   Menemukan Titik Terang

    Daniel menghampiriku dan memberikan kotak kecil yang ia ambil dimeja kerjanya. “Buka.” Pinta Daniel. Aku mengambil kotak tersebut dan membukanya. Ada cincin cantik dengan permata hitam diatasnya. Warna favorite kami. “Apa ini?” Tanyaku masih bingung. “Cincin. Cincin ini aku beli buat aku kasih kekamu untuk menyatakan perasaanku sama kamu. Waktu itu, Rena masuk keruangan ini dan dia liat cincin ini. Aku bilang, kalau aku mau melamar kamu. Tapi dia nggak ngizinin aku dengan alasan, kalau kamu nggak suka sama aku. Dia bilang, kamu cinta sama Salman. Dan hampir bertunangan sama dia.” Mataku terbelalak mendengar penjelasan Daniel. sebelumnya, aku sudah bisa menebak, bahwa Rena adalah dalangnya. Tapi aku tidak menyangka, sejauh ini dia menipu kami. “Oke, satu lagi yang masih jadi teka teki dan sampai sekarang Mas belum ngasih tahu aku. Mas inget kan, waktu aku masih kerja dirumah Mas sebagai maid? Waktu itu Mas pergi ke Turki. Dan sepulang Mas dari Turki, Mas marah dan nuduh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status