Share

MENYATAKAN PERASAAN

Author: Widia
last update Last Updated: 2024-08-12 18:39:43

"Aku suka sama kamu, dinda!" Ucapannya membuatku sangat terkejut "Zen beneran sayang sama, dinda!" Katanya mantap.

Kenapa dia menyatakan cinta secepat ini? Apa dia gak tahu apa yang baru saja terjadi? Tentang patah hatiku, memangnya nia gak bilang apa-apa sama dia? Atau dia gak mau peduli tentang itu?

"Tapi zen..."

"Dinda gak harus jawab sekarang kalau belum siap. Dinda harus fikirin baik-baik gak usah buru-buru. Zen akan tunggu sampai dinda siap sama jawaban dinda!"

Aku menatapnya, ia nampak tulus dengan mata coklatnya yang berkilat terkena sinar matahari. Apa aku jadikan dia pelarian saja? Tiba-tiba pikiran jahatku berkelebat.

Aku bisa membalaskan sakit hatiku pada kak wito kalau aku menerima zendra untuk jadi kekasihku. Aku yakin kak wito pasti kecewa dan akan melupakan aku dengan cepat, supaya ia juga bisa mengurungkan niatnya untuk meninggalkan kak pay.

Namun, aku benar-benar gak ada perasaan padanya, apa aku bisa membohongi perasaanku sendiri? Mengubur mimpiku untuk memiliki kekasih yang diantara aku dan dia sama-sama saling mencintai.

"Gak usah jadi beban ya dinda, apapun jawaban dinda pasti zendra terima kok, zen gak akan maksa!" Katanya lagi

Benar, memang seharusnya begitu, jangan memaksa dan marah jika jawaban yang kita inginkan tak sesuai dengan apa yang di harapkan. Begitulah seharusnya perasaanku pada kak wito, aku harus mengikhlaskannya, meski ikhlas itu bohong sekarang, namun mungkin dengan seberjalannya waktu lama-lama aku bisa lupa dan melihatnya menjadi biasa saja sama seperti melihat yang lain.

"Oke teman-teman semua mari kumpul dulu kak febri akan memberi arahan!" Kak siska menginstruksi kami untuk berkumpul di satu titik.

"Ayo dinda, kita di suruh kumpul tuh!" Ajak zendra melupakan kata-katanya.

Sejak pukul 05.00 WIB tadi, kami memang diminta untuk berkumpul di pantai karna akan ada kegiatan olahraga pagi.

"Baik teman-teman. Ada yang tau gak kenapa kalian semua dibawa ke pantai?" Tanya kak febri mengambil alih posisi kak siska.

"Olahraga!" Jawab teman-teman serempak.

"Ya betul, selain itu ada lagi nih hal yang lebih penting. Selain tubuh kita yang harus selalu sehat, sebagai anggota pramuka yang baik kita jug harus peduli terhadap lingkungan sekitar. Kalian lihat deh sekitar kalian, banyak sampah kan?"

"Nggak!" Teriak kak hendri menimpali ucapan kak febri.

"Mata loe sih emang harus di colok dulu, ndrik!" Canda kak febri menjawab teriakan hendri. "Masa sampah sebanyak ini gak keliatan. Begitu tuh seperti saya pernah bilang ya hal-hal negatif dari kakak kelas kalian yang wajib di buang jauh-jauh!"

"Iya kak!" Jawab teman-teman serempak.

"Jadi setelah olahraga saya minta dari masing-masing kalian mengumpulkan sampah sebanyak-banyaknya ya!" Pinta kak febri.

"Ada hadiahnya gak kak?" Tanya kak hendri, ia memang aktif menyahut.

"Ada tidur bareng sama kak ari noh!" Jawab kak siska cepat sontak membuat anak-anak riuh bersorak.

Kak ari itu kemayu, jadi gak akan ada yang mau sama dia. Gender mana juga yang cocok buat dia yang punya burung, tapi gak suka perempuan.

"Eh denger ya kalian semua. Gue juga gak mau ya sama kalian-kalian semua. Standar gue tuh shahrukhan" Kak ari membalas teriakan teman-teman hingga makin ramai.

"Udah ya... udah" Ucap kak febri sambil menahan tawanya "Yok mulai kumpulkan sampahnya, nanti kalau udah laporin ke panitia ya". Lalu, kak febri melirikku "Dan kamu dinda kalau gak kuat buat ikut olahraga bisa tunggu aja di pos! Jangan sampai pingsan dan malah merepotkan yang lain!"

"Baik kak!" Jawabku.

Setelah selesai memberi instruksi, kak ari mengambil alih posisi kak febri dan memulai aba-aba untuk pemanasan. Dilanjut dengan memungut sampah-sampah yang berserakan di pasir pantai. Aku bersama nia mengumpulkan hampir setengah karung sampah yang gak sulit didapatkan disana. Tapi tiba-tiba perutku kram dan merasakan sakit seperti biasanya.

Akhir-akhir ini kenapa sakitnya begitu sering?

Nia yang mendengar keluhanku langsung menuntunku menuju pos tempat para panitia menunggu kami.

"Dinda kenapa? Sakit lagi ya?" Tanya kak wito panik begitu melihatku dan nia tiba di pos.

"Iya kak, ini bagaimana?"

"Biar saya antar ke tenda!" Jawabnya, tangannya hampir meraihku, namun dengan cepat kak febri memegangi lenganku dan menaruh dibahunya.

"Gak usah, biar gue aja yang bawa dia ke tenda!" Pangkasnya cepat.

Kak febri melirikku "Udah gue bilang loe harus banyak minum air putih!" Aku melirik kak febri, kesal. Selalu saja ia mengomeliku saat sakit begini.

Kak wito melepas tanganku dari bahu kak febri, lalu merangkulkan pada bahunya sendiri "Biar gue aja yang bawa dinda, nanti kalau sama loe malah diomelin terus!"

Kak febri mendorong kak wito hingga pegangannya padaku terlepas "Loe gak berhak atas dinda setelah menyakitinya!" Kata kak febri kesal. "Ayo nia, bantu saya bawa dinda ke tenda!"

Kak wito terdiam dan gak lagi melawan kak febri. Membiarkan kak febri membawaku, bersama nia.

"Nia, kamu saya turunkan di tenda ya tolong kemasi barang-barang dinda, dan barang-barangmu juga. Kamu langsung pulang aja selesai berkemas gak usah nunggu yang lain. Biar saya bawa dinda ke dokter" Kak febri membelokkan motornya di depan lapang.

"Iya kak!" Jawab nia patuh.

"Gue gak mau ke dokter!" Aku menolak kak febri.

Dengan sebelah tangannya dia memegangiku agar gak turun dari motor "pokoknya loe harus periksa ke dokter!"

***

"Ayo!" Ajak kak febri yang sudah berjalan lebih dulu. Sementara aku masih melangkah ragu di belakangnya.

"Kita balik aja deh. Gue gak mau di periksa!"

Kak febri berbalik "Loe seneng ya kalau ngerepotin orang terus?" Ia menarik tangannya "udah ayo buruan. Loe gak usah takut soal biaya tar gue minta duit kas sekolah!" Katanya bohong, Mana pernah uang kas dipakai untuk berobat ke dokter.

Setelah mengantri, aku mendapat giliran untuk diperiksa dan menemui salah satu dokter di klinik tersebut.

"Bagaimana kondisinya dok?" Tanya kak febri gak sabar setelah aku selesai diperiksa.

"Ada gejala ginjal tapi gak parah kok adek gak perlu khawatir" Katanya menjawab kak febri, lalu pak dokter menoleh padaku "Sepertinya adek jarang minum air putih ya?" Tanyanya kemudian.

"Iya dok, dia emang susah banget kalau suruh minum air putih. Marahin aja dok!" Kata kak febri bersemangat mencelaku.

Pak dokter tersenyum "beruntung ya adek punya pacar perhatian begini!"

"Bukan dok, dia bukan pacar saya!" Aku mengelak cepat.

"Kami gak pacaran dok! Lagian saya gak suka cewek ngeyel kaya dia" Kak febri ikut menyahut.

Aku dan kak febri saling melirik sinis, membuat pak dokter tertawa kecil "Baiklah, baiklah. Jangan perang disini ya, ini saya buatkan resep  untuk meredakan sakitnya, tapi yang terpenting adek harus sering-sering minum air putih, terutama saat pagi hari begitu adek bangun tidur karna itu akan sangat membantu proses ekresi zat beracun pada ginjal" pak dokter memberikan selembar kertas berisikan daftar resep padaku.

"Baik dok, terima kasih!"

Setelah keluar dari ruang periksa, aku dan kak febri menebus obat di apotik.

"Rumah loe gak jauh dari sini kan?" Tanya kak febri sambil mengenakan helmnya.

"Kak febri balik aja deh gak usah anterin gue!"

Kak febri mengeryit bingung "Lah emang kenapa?"

"Tar keluarga gue salah paham sama loe!" Jawabku, sambil mengingat saat zendra mengantarku pulang sampai menjadi masalah yang dibesar-besarkan oleh tante diah.

"Gak mungkinlah, kan ada buktinya kalau loe sakit! Udah ayo buruan naik. Gue harus balik lagi ke sekolah ngurus anak-anak soalnya!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Manis Masa Sekolah   EPILOG

    Perpisahan itu nyata adanya. Kehilangan orang - orang dalam hidup adalah kebiasaan yang tidak pernah membuatku terbiasa.Aku hanya orang biasa yang tidak mampu menahan beban kerinduan dari sebuah kata yaitu PERPISAHAN.Aku menulis buku ini sebagai sebuah penghormatan juga pengenang untuk orang - orang yang pernah hadir dengan baik dihidupku.Memberiku suka dan duka, tawa dan tangis yang sampai 16 tahun ini masih aku ingat dengan baik.Alur ceritanya memang tidak semuanya sama. Karena aku hanya mencoba mengulang yang ada dalam ingatanku yang sudah tidak terlalu baik ini.Mungkin bagi yang lain, di sepanjang hidup mereka, Tuhan masih menyisakan beberapa sahabat terbaik untuk bersama mendampingi hingga akhir usia. Berbeda denganku yang benar - benar harus kehilangan semuanya tanpa tersisa.Aku harap dengan buku ini, aku dapat mengingat semua orang - orang terbaik dalam hidupku terutama saat aku berada di masa peralihan dari anak - anak menuju dewasa.Sejujurnya dari masa SMK lah semua ke

  • Cinta Manis Masa Sekolah   63

    Malam itu setelah aku kembali dari tahlilan 40 harian mendiang kak wito, aku baru ingat kalau malam ini ada janji bertemu dengan Gugun. Begitu sampai rumah aku kembali berpamitan kepada mama untuk pergi menemui Gugun yang mungkin sudah menungguku di halte.Aku sedikit berlari agar dapat cepat sampai di halte. Aku melirik pada jam tanganku dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Sedikit gak yakin jika Gugun masih menungguku di halte bis yang aku janjikan.Nafasku terengah - engah karena sudah berlari cukup jauh, tetapi usahaku gak sia - sia karena ternyata Gugun memang masih menungguku di sana."Maaf gue baru datang, udah lama nunggunya?" Tanyaku begitu sampai di halte."Saya nunggu kakak dari jam 7 malam di sini. Saya kira kakak gak akan datang""Loe gila nungguin gue sampai 2 jam? Kenapa loe gak pulang aja sih?""Saya takut saat saya pulang kakak malah datang dan ngira saya bohong karna gak menemukan saya di sini. Jadi saya tunggu, saya fikir saya akan tetap menunggu sampai jam 12 m

  • Cinta Manis Masa Sekolah   62

    "Loe bener - bener ya, masa minta mantan gue buat traktir kita" aku mendumel kesal begitu kami berjalan kembali masuk ke sekolah."Ya biarin aja sih lagian Esha juga ikhlas kok traktir kita. Kali aja loe jadi bisa mempertimbangkan buat dia jadi pacar loe lagi" jawab Eka santai."Gak ya klo harus balikan lagi sama mantan. Kecuali....""Zendra? Ah bosen gue dengernya""Perasaan gue masih banyak banget buat dia, Ka""Udahlah lupain soal dia. Mending loe pacarin tuh adik - adik kelas biar loe makin populer" Eka menjeda ucapannya sebentar, membuatku penasaran "Populer dengan total mantan terbanyak haha" Eka terbahak meledekku."Sialan loe" Aku mengeplak lengan Eka.Memang dia pikir semudah itu aku bisa berganti hati, meskipun aku memang bisa melakukannya apa bisa menjamin dengan memacari sembarang orang sebagai pelampiasan bisa membuatku cepat move on."Oh iya loe nanti ikut kegiatan pramuka enggak?" Tanyaku teringat bahwa hari ini sudah hari jumat dan sekolah kami rutin mengadakan kegiata

  • Cinta Manis Masa Sekolah   61

    Matahari siang cukup terik membakar tubuhku. Perjalanan dari sekolah menuju rumahku gak melulu dipayungi oleh pepohonan. Terkadang aku juga melewati lapang gersang dan trotoar yang banyak kios tanpa ada satu pun pohon yang tumbuh di sana.Hari itu aku pulang bersama Eka dan beberapa teman lain. Dan otakku hampir mendidih karena mereka yang terus membahas masalah Gugun yang dihukum berkeliling kelas untuk meminta maaf."Menurut gue parah sih si hendrik. Dia udah kelas XII pikirannya masih aja lemot" Ucap Nina yang saat itu berjalan bersama kami. Dia adalah siswi dari kelas akutansi."Iya jahat banget si Hendrik apalagi ya ampun gue gak tega liat cowok ganteng dihukum begitu" Sahut Eka dengan nada manja."Tapi menurut gue ada benernya juga kok Hendri hukum adik kelas begitu biar gak ngelunjak" Mira malah mengompori."Gak bisa gue gak terima kalau hukumannya dengan cara begitu. Dulu aja waktu angkatan kita gak ada tuh kakak kelas yang menghukum adik kelasnya begitu" Balas Nina.Aku yang

  • Cinta Manis Masa Sekolah   60

    Aku menuju kantin dan memesan sesuatu di sana. Sejak kelulusan Kak Febri, aku gak kesulitan memesan makanan di kantin meskipun kondisi kantin dalam keadaan penuh sesak. Pelayan kantin selalu mendahulukan pesananku untuk tiba lebih dulu. Kemudahan yang aku dapat itu, aku yakin gak lepas dari campur tangan kak Febri, karena hanya dia yang selalu didahulukan oleh penjaga kantin saat memesan sesuatu. Sambil menunggu aku duduk di kursi tempat biasa kak Febri duduk di sana. Ajaibnya sejak dia gak ada di sekolah ini pun kursi itu selalu kosong gak ada yang berani menempati."Hai kak... akhirnya kita dipertemukan lagi" Gugun berdiri di depanku."Eh... iya...kita udah beberapa kali ketemu yaa hari ini""Tiga kali kak, mungkin sampai kita pulang nanti akan bertambah" Katanya tersenyum padaku."Mm mungkin. Gue sering mondar - mandir di sekolah ini jadi wajar kalau loe bakal sering ketemu gue. Siap - siap aja buat bosen ngeliat muka gue""Saya gak mungkin bosen lihat wajah kakak, justru sebalikn

  • Cinta Manis Masa Sekolah   59

    Angin di awal bulan juli berhembus dengan sejuk. Desirannya menggoyahkan dedaunan dan pepohonan yang tumbuh di sekitar gerbang sekolahku. Sinar mentari hadir ke permukaan bumi dengan leluasa tanpa penghalang, membentuk bayang - bayang di atas jalan berbatu tempat yang aku pijak kini.Aku berdiri di sini, di atas jalan berbatu beberapa meter di depan gerbang sekolah. Melihat beberapa motor melintas memasuki gerbang sekolah. Beberapa hari yang lalu, tempat ini menjadi tempat untuk saling berucap sampai jumpa dan salam perpisahan dengan orang - orang yang pernah dekat denganku. Di sini tempat pertama kali aku bertemu dengan Kak Wito dan di tempat ini pula lah kami mengakhiri pertemuan kami untuk selama - lamanya.Hari perpisahan memang hari paling menyakitkan sedunia. Satu hari yang amat berharga dari 365 yang ada dalam setahun. Beberapa jam yang mewakili keakraban yang terjalin selama ini dan sekarang mereka sudah benar - benar pergi.Aku berdiri di sini, berusaha mengingat segala hal y

  • Cinta Manis Masa Sekolah   58

    Aku bolak - balik mengoper chanel tv karena merasa bosan. Seharian suntuk selama berhari - hari kegiatanku selalu itu - itu saja semenjak libur sekolah. Bangun tidur, sarapan, bantuin mama beresin rumah, nonton tv, sampai waktu kembali malam.Oh Tuhan! Apes banget nasib si jomblo kesepian ini."Dinda mama pergi dulu ya, kamu hati - hati di rumah"Mama berpamitan padaku. Pakaiannya sudah sangat lengkap dan rapi."Mama mau kemana?" Tanyaku heran, tentu saja karena mama memang gak pernah tampil serapih ini selain pergi ke acara undangan. Tapi beberapa hari ini aku gak pernah lihat ada surat undangan jadi gak mungkin dong mama pergi untuk menghadiri acara pernikahan."Mama mau ada perlu. Mama pergi ya sayang, jangan lupa kunci pintu" Katanya lalu keluar.Aku yang penasaran, langsung mengendap - endap mengikuti mama. Di halaman rumah sudah ada sebuah mobil berwarna biru menunggu lalu gak lama seorang pria yang usianya terlihat lebih muda dari mama keluar dari mobil itu. Gak lupa mereka cip

  • Cinta Manis Masa Sekolah   57

    Kak Febri menurunkanku di halaman rumah setelah kami menghadiri acara tahlilan di hari ke tujuh di rumah almarhum Kak Wito."Gue gak masuk ya, soalnya gue buru - buru""Sok sibuk banget sih loe, Kak""Gue langsung pulang. Lagipula tadi gue udah pamitan sama mama""Ya udah deh terserah loe. Hati - hati di jalan ya kak!"Aku melambaikan tangan pada motor Kak Febri yang berlalu pergi. Lalu setelah motor itu sudah semakin menjauh aku masuk ke dalam rumah. Menemukan mama yang masih menungguku pulang di sofa ruang tamu."Sudah pulang Dinda?" Tanya mama menyambutku."Iya mah, mama kok belum tidur?""Mama lagi nungguin kamu. Febri mana gak mampir dulu?""Dia langsung pulang, buru - buru katanya""Oh dia langsung berangkat ya?""Berangkat ke mana?""Ke bandung. Memang Febri gak bilang sama Dinda?"Aku syok, gak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Ternyata kehilanganku gak cukup berhenti sampai kak wito, setelah kak Alif di acara tahlilan tadi sempat mengucapkan perpisahan karena diri

  • Cinta Manis Masa Sekolah   56

    Aku dan Umay kembali ke kursi di depan panggung. Menyaksikan acara inti dari keseluruhan acara hari ini. Acara pelepasan kelas XII.Mereka berbaris di hadapan kami semua, dengan bangga dan bahagia, tapi aku justru menangis melihat kebahagiaan yang terlukis di wajah mereka. Berat untuk melepaskan yang sudah pernah dekat dan untuk kesekian kalinya aku harus menerima kehilangan.Setelah hari ini, sekolahan akan berlangsung seperti biasanya tanpa mereka. Terutama tanpa Kak Febri yang menyebalkan, tanpa Kak Alif yang rese juga tanpa Kak Wito yang perhatian. Si ketua osis yang pertama kali aku cintai di sekolah ini.Satu tahun berlalu begitu saja. Gak terasa pertemuan itu sekarang hanya menyisakan momen perpisahan.Aku banyak belajar dari mereka, aku banyak mendapat pengalaman yang mengesankan, yang belum pernah aku dapatkan selama aku duduk di bangku SMP. Tentu saja, pusat dari segala usia adalah saat - saat remaja. Saat masa putih abu - abu. Masa peralihan di antara anak - anak menuju dew

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status