Share

Bab 7

Keesokan harinya, Wanda terbangun oleh bunyi jam alarm. Saat itu jam sudah menunjukkan hampir jam 7 pagi.

Ini jam yang dia setel tadi malam. Dia sengaja menyetelnya belasan menit lebih awal.

Rowan seharusnya akan pergi hari ini. Entah kapan mereka akan bertemu kembali. Jika dia memang berencana masuk ke dunia hiburan, dia harus membicarakan masalah ini dengan Rowan hari ini.

Wanda menghabiskan waktu untuk menghilangkan rasa kantuknya, lalu bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dia segera mengikat rambutnya yang panjang dengan model ponytail. Dia juga tidak lupa mengoleskan beberapa produk perawatan kulit untuk melembabkan wajah, lalu turun ke lantai bawah.

Saat Wanda turun, Rowan dan Edison sudah ada di lantai bawah. Dia juga tidak tahu kapan mereka berdua bangun, tapi setidaknya mereka pasti bangun lebih pagi darinya.

Saat melihat kedua pria itu, senyuman manis muncul di wajah Wanda dan dia segera menyapa mereka, "Selamat pagi, Ayah, Kak Ed."

Rowan memandangi putrinya yang semakin cantik setiap harinya dan merasakan hatinya langsung melembut.

Sayang sekali istrinya begitu cepat meninggalkan mereka. Jika tidak, dia pasti akan bangga saat melihat putri mereka tumbuh dengan penampilan yang cantik sepertinya.

Putrinya tidak mirip dengan mereka berdua, tapi Rowan merasa ini mungkin adalah mutasi genetik dan ini bukanlah hal yang aneh.

Ada beberapa orang tua yang punya penampilan jelek, tapi anak yang mereka lahirkan malah tampan dan cantik. Mereka mewarisi kelebihan orang tua mereka, tapi tidak mewarisi kekurangan mereka. Mereka tentu saja lebih baik dari orang tua mereka.

Situasi seperti ini baginya sangat normal.

Putrinya pasti mewarisi kelebihan dia dan istrinya. Jadi, penampilannya bisa begitu cantik. Meskipun Wanda tidak mirip dengan, dia tetaplah putrinya.

"Wanda, kemari. Ayo sarapan," kata Rowan sambil melambaikan tangan pada Wanda.

"Baik, Ayah."

Rowan dan Edison masih belum sarapan.

Setelah mereka bertiga duduk di meja makan. Bibi di rumah langsung menyajikan satu per satu menu sarapan.

Di rumah ini ada dua orang bibi yang bekerja, tapi mereka tidak tinggal di Keluarga Blakely.

Bibi yang memasak akan datang saat waktunya untuk memasak. Jika malam mereka butuh makan malam atau makanan ringan, dia juga akan menyiapkannya.

Selain itu, ada juga bibi yang bertugas untuk membersihkan rumah. Bibi yang membersihkan rumah itu biasanya sore baru datang dan menghabiskan waktu tiga atau empat jam untuk membersihkan rumah. Setelah semua pekerjaan selesai, mereka lalu pulang.

Vila Keluarga Blakely ada tiga lantai dan banyak kamar. Area vilanya sangat luas, tapi biasanya sepi karena tidak banyak orang yang tinggal di dalamnya.

Wanda meminum bubur bagiannya, lalu diam-diam menatap Edison.

Padahal mereka sekeluarga menikmati sarapan bersama, tapi di wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi apa pun. Namun, hal ini juga tidak mengurangi pesonanya.

Mungkin saja karena di rumah lebih membuatnya santai, sehingga kemeja yang dia pakai ada dua kancing teratas yang dibuka dan memperlihatkan tulang selangkanya yang sensual.

Tangannya yang memegang sendok kelihatan bersih dan panjang. Gerakannya saat makan terlihat anggun dan menawan. Setiap gerakannya membawa daya tarik yang luar biasa. Hanya melihatnya saja membuat orang terbuai dalam pesonanya.

Saat ini, Edison sepertinya merasakan tatapan Wanda. Dia menoleh ke arah Wanda.

Wanda segera memperlihatkan senyumannya yang manis, lalu menoleh untuk berbicara pada Rowan, " Ayah, aku ingin masuk ke industri hiburan."

Rowan langsung berhenti makan, bahkan Edison pun menatapnya juga.

Rowan langsung mengernyit dan bertanya, "Wanda, kenapa tiba-tiba berencana masuk ke industri hiburan?"

Tahun ini Wanda baru berusia tujuh belas tahun dan masih kelas tiga SMA. Biasanya nilainya juga tidak terlalu buruk, tapi Rowan juga tidak terlalu mementingkan nilai.

Putrinya hanya perlu hidup dengan baik saja sudah cukup baginya. Meskipun Wanda tidak begitu pintar dalam pembelajaran, putranya tetap punya kemampuan agar Wanda bisa hidup berkecukupan.

Wanda mengedipkan matanya yang besar dan polos, lalu berkata, "Ayah, aku tetap akan melanjutkan sekolah juga akan melanjutkan kuliah, tapi aku sangat suka berakting dan benar-benar serius ingin masuk ke industri hiburan."

"Industri hiburan tidak gemerlapan seperti yang kamu lihat. Jalan ini tidak cocok untukmu," ujar Edison.

Nada suaranya terdengar tenang. Wanda tidak bisa membedakan apakah dia setuju atau tidak. Dia seperti mengungkapkan pendapatnya dengan nada biasa.

Wanda mengerti maksud mereka. Bagi Rowan dan Edison, Wanda punya sifat sombong, tapi sebenarnya sangat polos dan tidak cocok dengan industri hiburan yang penuh dengan intrik dan konspirasi.

Namun, bagi Wanda sendiri, masuk ke industri hiburan adalah jalan yang harus dia tempuh.

Ini adalah satu-satunya jaminan yang bisa dipikirkannya bagi dia sendiri.

Meskipun sang protagonis wanita nantinya berhasil kembali ke keluarga ini, Wanda masih punya kemampuan untuk menghidupi dirinya sendiri.

Wanda meletakkan sendok di tangannya. Tangannya menopang dagunya dengan kedua tangan, lalu tersenyum sambil menjawab Edison, "Aku tahu, tapi Kak Ed bisa melindungku, 'kan?"

Mata Edison menyipit dan sesaat tampak sekelebat rasa terkejut melintas di matanya.

Adik perempuannya ini mengapa sepertinya lebih patuh dan menempel daripada yang diingatannya? Selain itu, mengapa kini dia juga sudah bisa belajar untuk menyenangkan orang lain?

Rowan tertawa keras, lalu bertanya pada Wanda, "Wanda, kamu sudah serius dengan keputusanmu?"

Wanda mengangguk berulang kali dan menjawab, "Ya, aku serius."

Rowan juga bertindak tegasa dan berkata, "Oke, kalau begitu, lakukan apa yang kamu suka. Ayah dan kakakmu akan selalu mendukungmu. Kalau kelak tidak mau berkecimpung dalam industri hiburan lagi, kamu bisa keluar kapan pun."

Rowan sangat percaya diri saat mengatakan hal ini.

Wanda menunduk. Rowan yang saat ini memang seorang ayah yang baik.

Sayangnya, dia bukanlah putri kandungnya.

Dia menahan perasaan kecewa yang muncul di hatinya, lalu berkata sambil tersenyum, "Terima kasih, Ayah."

Setelah berterima kasih pada Rowan, dia lalu menoleh ke Edison dan tersenyum tulus padanya sambil berkata, "Terima kasih juga, Kak Ed. Nanti Kak Ed harus ingat untuk selalu melindungiku."

Alis Edison agak mengernyit dan dia mengangguk pelan.

Setelah sarapan, Rowan berangkat kerja. Jadwalnya selalu padat. Jika kali ini bukan karena Edison yang kembali dari luar negeri, dia tidak mungkin bisa cari waktu untuk pulang ke rumah.

Edison juga pergi ke perusahaan kakeknya. Dia sudah mulai mengenal bisnis yang akan dijalaninya dan hanya perlu mengambil alih perusahaan secara resmi sebulan kemudian.

Di rumah hanya tinggal Wanda seorang. Dia segera mengambil dompetnya dan keluar.

Sebelum tidur, Wanda sudah merencanakan semuanya dengan baik. Hari ini dia berencana untuk menemui orang tua kandung pemilik tubuh ini.

Ada banyak mobil yang diparkir di garasi Keluarga Blakely. Ada mobil yang umum dipakai kebanyakan orang, ada juga mobil mewah yang terparkir di sana.

Wanda tidak ingin terlalu menarik perhatian orang. Jadi, dia memilih Audi berwarna merah dan keluar dari rumah.

Mencari orang tua kandungnya sebenarnya tidak sulit bagi Wanda karena dia tahu kedua orang tuanya adalah tukang sapu di Jalan Temu. Biasanya, satu jalan hanya ada dua orang tukang sapu. Jadi, dia hanya perlu pergi ke Jalan Temu dan dia akan menemukan mereka di sana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status