Sebuah gudang pengap berdiri di antara jajaran industri lain di kompleks pergudangan pinggiran kota Jakarta, sebuah gudang tua yang lama ditinggalkan karena kebakaran ruang produksi pada bagian belakang 10 tahun silam. Cat mulai memudar di bakar sinar matahari dan juga debu tanpa adanya perawatan, bahkan rumput mulai tumbuh di cela-cela rekahan lantai. Sarang laba-laba juga bertengger di setiap sisi menambah kesan misteri gudang dengan luas hampir satu hektare.
Gavin dan Dava membuka pintu besi besar berwarna hijau gudang ini, membuat ruang yang awalnya hanya temaram cahaya lampu neon kuning kini di susupi lampu terang mobil Gavin yang sengaja tak ia padamkan. Seseorang tengah duduk tak berdaya di kursi kayu dengan tangan dan kaki terikat, wajahnya sudah penuh lebam dan baju yang mulai berantakan bekas dihajar tiga orang anak buah Damar yang kini tengah bermain kartu di meja sebelah Ferdi berada. Ada sebuah perapian yang mereka buat dari drumb besi bekas oli samping meja mer
Zermatt, SwissCahaya mulai menyusup dari punggung pegunungan Alpen menuju ke celah kaca kamar Ara yang tengah tertidur pulas, gadis yang menyukai suasana gelap saat tidur ini mulai terbangun. Ia menoleh ke samping tempat tidurnya dan tak menemukan sosok Arka. Tempat tidur Arka masih rapi tampak jelas semalam lelaki itu tidak tidur di sampingnya. Ara mulai turun dan mendapati lelaki yang ia cari tengah berendam di jacuzzi sambil menatap pada hamparan salju putih di depannya. Mengetahui itu Ara segera berganti bikini dan menyusul Arka dari belakang tanpa sepengetahuan Arka hingga mengagetkannya.“Selamat pagi!“Arka tersentak dan segera menoleh ke belakang tempat suara itu berasal.“Kamu sudah bangun?“ tanya Arka“Iya, kenapa tidak tidur dikamar semalam?““Tidur di depan perapian sudah cukup menghangatkan. Aku akan keluar jika kau ingin berendam di sini!” kata Arka setelah mengeta
Gondola menurunkan Ara dan Arka tepat beberapa saat sebelum kereta gantung itu di tutup karena badai salju yang tengah bersiap. Langit berkabut putih pekat mulai menutupi semua langit di sini, angin dingin juga mulai menaikkan kecepatannya secara perlahan, menghembus hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Ara dan Arka harus segera mempercepat langkah mereka menuju penginapan yang masih berjarak 1 kilometer dari tempat mereka sekarang. Salju tipis mulai turun jarak pandang juga terbatas pada kisaran 10 meter. Beberapa orang mulai tergopoh menuju tempat berlindung sebelum badai yang lebih besar datang, meski jalan-jalan licin akibat salju yang turun harus membuat mereka lebih memperhatikan tiap langkah. “Hurry up, kita harus segera sampai di penginapan sebelum badai besar datang,“ perintah Arka pada Ara yang mulai berjalan lebih lambat darinya. Gadis itu mulai kelelahan, nafasnya tak beraturan akibat badai dingin dan juga kelelahan berjalan cepat sejak turun dari
Malam semakin larut, hawa sunyi menyerbak dari kompleks industri yang mulai sepi dari aktivitas ekonomi. Sebuah mobil hitam parkir tepat di samping gudang kosong tempat Ferdi disekap. Ia di tinggalkan sendiri di gedung berhantu ini. Para anak buah suruhan Gavin hanya mengawasi dari pos satpam yang berada di depan pintu masuk gudang dengan jarak 200 meter dari tempat Ferdi di sekap.Empat orang keluar dari mobil hitam, mereka segera melemparkan tali panjang untuk memanjat dinding setinggi 10 meter, dengan cepat mereka sudah sampai di samping gudang tempat Ferdi berada. Penerangan yang minim membuat anak buah Gavin tak bisa melihat kedatangan penyusup di sekitar mereka. Empat pria berbaju hitam itu segera berpencar, dua orang lainnya mencari keberadaan Ferdi. Mereka akhirnya menemukan Ferdi sudah dalam kondisi lemas menahan ngilunya memar di sekujur tubuh, bahkan darah di wajahnya mulai mengering. Mereka segera melepaskan ikatan Ferdi dan membopongnya keluar lewat pintu d
Dava tengah di sibukkan dengan malam penghargaan musik salah satu setasiun TV, selain datang sebagai kandidat Penyanyi Solo terpopuler ia juga didapuk untuk bernyanyi di acara megah yang disiarkan secara langsung. Sepatu pantofel hitam yang ia kenakan mulai menapaki karpet merah panjang disambut dengan sorot kamera para wartawan. Dava begitu gagah menggunakan setelan jas mewah hitam ketat dengan rompi tanpa lengan di dalamnya. Rambutnya di tata dengan model slick back yaitu model rambut dengan tatanan ditarik ke belakang dengan sisi bagian bawah yang tipis, wajah tampan Dava tak hentinya di abadikan oleh jepretan kamera wartawan. Dava berhenti di tengah red carpet dan melakukan wawancara mengenai pendapatnya masuk nominasi, namun di tengah wawancara ia mulai terkejut dengan kedatangan Vika yang menerobos barisan wartawan menuju lebih dekat ke arah Dava sambil membawa digital voice recorder di tangannya. “Dava, bagaimana
Zermatt, Swiss Sisa badai semalam membentuk gundukan salju tinggi sepanjang mata memandang. Sebagian pekerja mulai membersihkan jalan-jalan menuju penginapan yang tertutup salju dengan ketebalan lebih dari satu meter. Ara terbangun lebih dulu, kepalanya masih berbantal lengan Arka. Semalam mereka tertidur saling berpelukan di karpet berbulu tebal dekat perapian. Jari jemari Ara menyentuh poni rambut Arka dan menyibakkannya ke samping. Ia merasa seperti mimpi bisa berada dalam pelukan pria yang sudah menjadi cinta pertamanya lebih sedasawarsa. “Kau akan semakin jatuh cinta jika terus menatap wajah tampanku,“ Arka mulai terbangun, ia membalas tatapan Ara yang masih belum mengalihkan pandangan dari dirinya, gadis dengan wajah tercantik berambut coklat panjang yang pernah berada dalam pelukannya. “Aduh..,“ rintih Arka mendapati tangannya kesemutan karena sejak semalam menjadi bantal dari kepala Ara. “Ada apa?“ tanya Ara mulai bangkit , ia menyentuh lengan
*Delapan Tahun Lalu* Empat senior tengah menunggu Ara di ujung lorong sekolah yang mulai sepi setelah aktivitas belajar usai sedari tadi. Tatapan empat wanita itu tajam pada tubuh Ara yang hendak melintas ke arah mereka. Ara menoleh kanan dan kiri tak ada orang lain, ia menyadari bahwa tatapan sinis itu ditunjukkan untuknya. Ara memelankan langkahnya, ia memilih putar balik ketimbang terlibat masalah dengan senior. “Ada apa ini?“ tanya Ara saat ke dua senior menghampirinya, sejurus kemudian mereka mengapit dan memegangi kedua tangan Ara. Mereka memaksa tubuh kecil Ara mengikuti langkah menuju kebun belakang sekolah, menghempaskan tubuh Ara jatuh ke tanah dengan posisi berlutut begitu sampai di sana. Ara di dorong begitu kuat hingga lututnya tergores batuan kerikil. Ia di paksa berlutut di depan pemimpin perempuan kakak kelas Ara yang duduk di kelas 11. Tubuh Ara berusaha kuat untuk bangkit namun di tahan oleh cengkeraman menyakitkan kedua tang
* Delapan Tahun Lalu* Setelah kejadian Ara dengan Rani, gosip mengenai Ara memiliki pacar seorang mahasiswa tampan mulai menyebar. Mematahkan hati banyak pria yang menyukai Ara Si Primadona Junior dari kelas sepuluh. Berita itu akhirnya sampai pada pria tampan yang begitu gigih mengejar Ara selama ini, Dimas merasa harga dirinya runtuh sebagai ketua tim basket kebanggaan sekolah yang selalu dikejar-kejar oleh para gadis tetapi sekarang malah kehilangan gadis yang ia sukai. Seusai berlatih basket lelaki yang masih mengenakan baju basket dan headband di kepalanya itu mulai berjalan melewati lorong-lorong dan menarik perhatian para siswi yang tengah bercengkerama pada jam istirahat. Bola mata mereka terus memperhatikan pria tampan penuh kharisma menuju ke dalam kelas tempat Ara berada. Ara sedang menatap keluar jendela kaca kelasnya yang menghadap langsung ke belakang sekolah tempat kemarin Arka membantunya. Ia terus teringat kenangan manis saat Arka me
*Hari Pertandingan*Sabtu sore hari di sport hall indor yang sudah mereka sewa sebelumnya untuk pertandingan satu lawan satu antara Arka dan Dimas. Kursi penonton sebelah kiri sudah di penuhi dengan riuh siswa berseragam putih abu-abu sementara sebelah kanan berjejer mahasiswi-mahasiswi cantik dari Universitas sama dengan Arka. Mereka adalah wanita-wanita yang sengaja dibawa oleh Dava dan Dimas sebagai suporter Arka. Gadis-gadis cantik itu mengalihkan perhatian siswa pria yang melihat dengan mulut menganga dan pupil membesar ketika melihat ke arah suporter lawan. Berbeda dengan wajah Ara, mukanya masam dengan kedatangan para gadis yang penuh sorak menyerukan nama Arka, apalagi sesekali Arka melakukan tebar pesona dengan melambaikan tangan ke arah tribune gadis itu.“Sudah kubilang rahasiakan ini dari kakak, kenapa kamu malah menceritakannya? Lihatlah keributan apa yang Dava dan Gavin akhirnya perbuat?“ bisik Ara mendekat ke telinga Arka ya