Home / Romansa / Cinta Pertama Mas Ali / Gadis Bernama Syifa

Share

Gadis Bernama Syifa

last update Last Updated: 2025-08-01 20:27:50

"Pak, ke makam suami saya, ya!" kata Ayu saat kami baru setengah jalan.

Aku tidak kaget lagi karena memang dia belum pernah melihat makam suaminya sendiri. Wajar banget dia rindu sama lelaki itu. Dia begitu baik pada Ayu. Berbeda denganku.

Pantas saja, Ayu sampai cinta mati sepertinya. Aku bisa belajar dari lelaki itu. Dia membela istrinya di depan keluarga bahkan orang tuanya sendiri. Jadi ingat aku sendiri. Dulu kenapa aku tidak bisa jadi lelaki seperti itu?

Sesampainya di depan gapura makam, aku dan Ayu turun. Dia bilang, "Mas, makamnya di mana?"

"Aku tunjukkan. Beli bunga dulu, enggak?" tanyaku balik.

Lantas dia mengangguk. Tepat di depan makam itu pula ada penjual bunga. Kami membeli bunga untuk taburan dan buket mawar merah. Setelah itu kuajak Ayu masuk ke dalam. Dia sempat juga berpegangan pada bagian pakaianku dari belakang.

Mungkin ada perasaan takut saat memasuki area yang luas dan banyak batu nisan ini. "Jangan takut, tidak jauh lagi kita sampai."

"Aku ... aku hanya me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mentary
Ali berharap Ayu yg dtg ternyata Syifa Semangat Thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Pertama Mas Ali    Gadis Bernama Syifa

    "Pak, ke makam suami saya, ya!" kata Ayu saat kami baru setengah jalan. Aku tidak kaget lagi karena memang dia belum pernah melihat makam suaminya sendiri. Wajar banget dia rindu sama lelaki itu. Dia begitu baik pada Ayu. Berbeda denganku. Pantas saja, Ayu sampai cinta mati sepertinya. Aku bisa belajar dari lelaki itu. Dia membela istrinya di depan keluarga bahkan orang tuanya sendiri. Jadi ingat aku sendiri. Dulu kenapa aku tidak bisa jadi lelaki seperti itu?Sesampainya di depan gapura makam, aku dan Ayu turun. Dia bilang, "Mas, makamnya di mana?" "Aku tunjukkan. Beli bunga dulu, enggak?" tanyaku balik. Lantas dia mengangguk. Tepat di depan makam itu pula ada penjual bunga. Kami membeli bunga untuk taburan dan buket mawar merah. Setelah itu kuajak Ayu masuk ke dalam. Dia sempat juga berpegangan pada bagian pakaianku dari belakang. Mungkin ada perasaan takut saat memasuki area yang luas dan banyak batu nisan ini. "Jangan takut, tidak jauh lagi kita sampai.""Aku ... aku hanya me

  • Cinta Pertama Mas Ali    Sebuah Dendam

    "Aku janji, aku akan menunaikan janjiku pada suami kamu, Yu!" Aku masih lemas tatkala lelaki itu bicara. Aku direbahkan di atas brankar ruangan lain setelah sempat pingsan katanya. "Aku ingin liat Mas Dimas, Mas." Dalam kondisi yang masih terguncang, aku bangkit lalu turun. "Yu, kamu yakin sudah kuat?" tanya Mas Ali. "Aku kuat, Mas. Aku yakin, aku bisa melewati semuanya." Air mataku kembali merembes. Tiba-tiba pintu terbuka, muncul Syifa dengan wajah sembab juga. Dia langsung memelukku. "Turut berduka cita ya, Mbak."Aku tak dapat membalas ucapannya karena kembali lemas. Syifa membantuku keluar dari sana. Dia dan Mas Ali membantuku keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam mobil ketika jenazah sudah siap dipulangkan ke rumah duka. Bagaimana jika Bella melihat kenyataan ini nanti? Anak itu sudah pasti sangat sedih. Semua gara-gara aku. Kalau saja aku yang tertabrak, sudah pasti Mas Dimas bakal selamat. Bukan dia yang harus terbujur kaku dalam mobil ambulan di depan sana. Sesampa

  • Cinta Pertama Mas Ali    Jaga Dia

    "Selamat ya, Mbak. Anda akan segera menjadi seorang ibu. Janinnya sehat. Berusia 3 Minggu." Ucapan dokter kandungan bernama Teta itu membuat sekujur tubuhku merinding. Kusentuh perutku yang masih rata ini. Dengan tatapan kosong, bayangan tangisan seorang bayi memenuhi ruang kepalaku. "Dek, kita akan jadi orang tua. Kamu hamil," ucap Mas Dimas membuatku sadar lagi. "Ini bener kan, Mas? Bukan mimpi?" Jantungku berdegup kencang sekali. Sampai gemetar dan panas dingin. "Iya, Mbak. Selamat, ya." Dokter itu memberikan ucapan selamat lagi. "Makasih, Dok. Mungkin istri saya masih enggak percaya. Terima kasih, Dok," kata Mas Dimas ketika kami hendak pamit. "Sama-sama, Dokter Dimas. Selamat sekali lagi."Kami pun segera keluar dari ruangan periksa itu. Dengan hati yang bercampur kaget dan bahagia, di tengah lorong rumah sakit aku langsung memeluk lelaki tinggi tegap itu. Dia sampai terperangah dan berhenti. "Dek ....""Aku masih enggak percaya, Mas. Ternyata ucapan orang tidaklah benar.

  • Cinta Pertama Mas Ali    Kamu Mau Nikahin Dia?

    "Hallo, Mbak, Bang. Ketemu kita di sini." Syifa tersenyum lebar. Dia menggandeng lengan Ali. "Hai, keponakan cantik." Lalu menyapa Bella. "Hai, Tante." Bella membalas. Sementara Ayu masih terpaku, sepertinya dia tidak percaya melihat dua sejoli di hadapan matanya. "Hai, kamu di sini juga?" tanyaku balik. Setelah aku angkat bicara, Ayu baru menunduk dan mengalihkan pandangannya. Disusul Ali juga terlihat menunduk tapi diam saja. "Aku belanja juga, Mas. Ditemani calon suamiku," balas Syifa dan sontak membuat Ayu menarik napas dalam-dalam. Dia kaget, bukan hanya dia tapi aku juga. Namun, berita kali ini membuatku bahagia. Aku tersenyum lebar sambil mengucapkan, "Selamat ya, buat kalian berdua. Jadi kapan nikahannya?""Mas Ali mau ke rumah dulu, Bang. Tapi udah ada niat mau melamarku. Doain ya, Bang." Syifa terlihat sangat antusias. Berbeda sekali dengan lelaki di sebelahnya. "Aku doakan kalian segera menikah. Melukis kisah bahagia pada buku catatan rumah tangga," celetukku sambil t

  • Cinta Pertama Mas Ali    Kamu Sama Dia?

    POV Dimas"Mas, kamu lupa semalam? Semalam kamu ngapain aja lupa?" Sindy mulai mengada-ada. Apa yang dia maksud itu?"Aku enggak ngerti kamu ngomong apa. Sudahlah, pulang saja! Pagi-pagi begini malah bikin suasana enggak enak." Kesal dengan sikapnya yang tak tahu tempat, aku tak peduli jika terkesan mengusirnya. "Mas! Kamu kenapa jadi gini, sih! Kamu lupa semalam nidurin aku? Hah!" Dia melotot sampai aku mundur. "Gila kamu, Sin? Mana mungkin aku begitu. Aku bukan laki-laki yang mudah melakukan hal sekeji itu. Jangan asal bicara kamu, ya! Aku bisa aja laporin ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah!"Mungkin, teriakanku ini terdengar hingga ke kamar Bella. Di mana, istriku sekarang di sana. Dia pasti sangat sedih sekali. Aku tahu, tadi dia terlihat cemburu sesaat setelah Sindy memelukku. "Jangan pura-pura lupa kamu, Mas! Kalau sampai aku hamil, kamu harus tanggung jawab!" Sindy memutar badannya, lalu pergi begitu saja. Aku yang tak ingat apa-apa pun bergegas menyusul

  • Cinta Pertama Mas Ali    Sedingin Embun Pagi

    Semalaman, air mataku luruh tak bertepi. Senja berlabuh di bawah mata hingga membuatku terlihat seperti perempuan yang sedang putus asa. Ya, memang rasanya aku tak berselera apa-apa lagi.Mas Dimas benar-benar tidak pulang. Dia ke mana? Dia sama siapa? Kenapa harus begini? Kenapa dia tidak mau mendengarkan aku?Apa dia sudah tidak percaya lagi? Dia sudah tak cinta lagi? Aku masih terus terjaga hingga dini hari. Sampai tiba waktu Subuh, terdengar kokokan ayam yang teramat jauh, bersama itu pula suara mobil masuk ke garasi. Aku tak segera turun menghampiri. Aku tak cukup kuat nyali melihat dia dengan segala keadaannya. Pikiranku kacau, mereka sudah melakukan apa saja di luar sana?Namun, belum sempat beranjak dari atas kasur, aku dikejutkan dengan kehadiran Mas Dimas. Lamunanku buyar, setelah dia memutar kenop pintu. Aku tak sanggup menatapnya. Namun, tak tercium aroma alkohol atau parfum lain. "Suami datang kenapa diam saja?" Tiba-tiba suara lelaki itu membuatku langsung tersadar. "

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status