Share

BAB 2 KEPUTUSAN MENDADAK

Kota Bradley, Tahun 2022 – Saat Ini

“Tuan!” teriak Alena sambil melepaskan diri dari pria yang memeluknya.

Pria asing yang baru saja Alena tolong dari laut tempatnya tenggelam, melebarkan matanya. Sementara Alena dengan gelagapan berbicara terbata-bata.

“Na-namaku.. bukan Luna!” Alena memalingkan setengah wajahnya. “Anda salah orang!”

“APA?!” Pria asing itu justru mengedipkan kedua matanya dengan cepat, seolah tidak mengerti maksud Alena.

Alena mengernyit. “Bukankah Anda tadi memanggilku.. ‘Luna’ dan.. memelukku?”

Sesaat setelah Alena menyelesaikan pertanyaannya, pria asing berwajah putih dengan rambut hitam tebal menutupi seperempat wajahnya itu, tiba-tiba merintih sambil memegangi kepalanya.

“A-anda baik-baik saja, Tuan?” Alena kembali dibuat bingung.

Apa yang terjadi dengan pria ini?

Alena berusaha mencari-cari ponselnya untuk menghubungi layanan darurat, tapi ia tidak bisa menemukannya di manapun. Jadi, dengan sigap ia berlari mencari pertolongan pada orang terdekat di sekitar laut tempat mereka berada. Beruntung, beberapa orang bersedia membantunya dan segera membawa pria itu ke rumah sakit terdekat.

“Mohon untuk mengisi informasi pasien di sini, Nona..” ucap seorang perawat sambil menunjuk meja loket OTS IGD pada Alena, begitu ia sampai di sana. Sementara pria asing yang sudah kembali pingsan itu, segera dibawa ke ruang perawatan.

“Tapi saya tidak mengenal pria itu,” Alena menampik.

Dua perawat di depannya tampak kebingungan, tapi salah seorang dari mereka segera berbicara lagi. “Bisa diisi seadanya lebih dulu untuk keperluan administrasi, Nona..”

Alena menghela napas. Ia memang sudah memutuskan menolong pria yang ia tidak tahu namanya itu, di tengah kesibukan mencari CEO barunya yang menjadi alasan Alena berada di sana. Jadi, Alena mengambil pena untuk mengisi formulir pendaftaran pasien guna mempercepat waktu.

Selesai dengan urusannya, Alena kembali ke tujuan semula untuk mencari Tuan Sean dan mendapatkan proposal yang diminta Tuan Edward. Namun, saat ia baru keluar dari pintu rumah sakit, ia menyadari bahwa ponselnya sudah hilang sejak ia menolong pria asing tadi. Padahal, ponselnya itu adalah satu-satunya petunjuk yang bisa membantunya menemukan Tuan Sean, karena di sana terdapat foto sang CEO yang wajahnya tidak bisa ia ingat.

“Hah.. Apa ponselku jatuh ke laut?! Sial..” desis Alena.

Dengan kesal, Alena mendengus, meratapi hari sialnya. Terutama karena waktu sudah menunjukkan jam pulang kantor, yang berarti tenggat waktunya untuk mendapatkan proposal tersebut sudah berakhir.

Sekilas, Alena bisa mendengar pekikan Tuan Edward yang memarahinya besok, karena tidak bisa menyelesaikan tugasnya dengan benar di hari pertamanya bekerja.

“Apa aku akan langsung dipecat?” gumam Alena, sudah pasrah dengan keadaan yang tidak berpihak padanya.

Ketika Alena masih mematung di depan pintu rumah sakit, sebuah sentuhan hangat tiba-tiba ia rasakan di pundaknya.

“Nona..” ucap suara seorang wanita. Rupanya ia adalah perawat yang sebelumnya berurusan dengan Alena. “Pasien tadi mencari Anda..”

Alena mengernyit. ‘Kenapa ia mencariku?’

Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus mengalihkan kekesalannya sendiri pada masalah pekerjaannya, Alena berjalan menuju kamar pasien tempat pria asing yang ia tolong dirawat.

Pria yang baru bisa ia lihat dengan benar wajahnya, tersenyum tipis begitu Alena memasuki kamar pasien tersebut.

Alena dengan canggung membalas senyumnya sambil bertanya, “Apa Anda baik-baik saja sekarang.. Tuan?”

Pria itu mengangguk dan menjawab, “Berkat Anda, Nona..”

Alena memasang wajah lega, meskipun itu langsung tergantikan oleh raut khawatir yang masih tidak bisa ia lepas dari wajahnya.

“Tapi.. sepertinya kau yang tidak baik-baik saja, Nona?” imbuh pria yang belum Alena ketahui namanya itu.

Alena sadar bahwa ia tidak bisa menyembunyikan perasaan gelisahnya menghadapi kemarahan Tuan Edward hari esok. Ia pun berusaha menarik senyumnya lagi, walau tetap terlihat garis gelisah itu di wajahnya.

“Karena kau sudah menolongku, biarkan aku yang menolongmu sekarang. Mungkin aku bisa membantumu, Nona..” Pria berwajah putih bersih mengkilap seperti porselen itu, mencondongkan tubuhnya yang setengah terduduk di ranjang pasien untuk melihat Alena lebih dekat.

Alena masih berdiri dengan canggung, berusaha menolak dengan lembut tawaran pria yang ingin membalas budinya. “Tidak apa-apa Tuan..”

Pria itu kembali tersenyum, seolah hendak menenangkan Alena. “Tidak perlu sungkan, Nona. Selagi aku menunggu jemputanku, aku bisa mendengarkan ceritamu..”

Senyum pria yang tampak berusia kurang dari 30 tahun itu, membuat Alena tidak bisa lagi menolak.

“Aku hanya sedikit kesal hari ini.. karena pekerjaanku..” tutur Alena akhirnya, mencurahkan hatinya yang dipenuhi segala emosi negatif pada pria asing yang ia tolong.

“Apa yang terjadi dengan pekerjaanmu?” tanya pria itu dengan wajah setengah khawatir.

Alena menghela napas. “Aku harus mencari CEO baru perusahaanku untuk mendapatkan proposal yang dibutuhkan manajerku. Tapi, bahkan setelah lebih dari 3 jam, aku tidak bisa menemukannya meskipun aku mengikutinya dari Nashville sampai ke sini..”

“APA?!” Pria itu tampak tersentak, tapi kemudian kembali tenang. “Jadi.. kau jauh-jauh datang dari Nashville ke sini hanya untuk mengikuti CEO perusahaanmu ya.. Kenapa kau bekerja begitu keras, Nona?”

Alena setengah tertunduk saat menjawab, “Karena hari ini adalah hari pertamaku bekerja, jadi tentu aku ingin melakukan pekerjaanku dengan baik..”

Tanpa Alena tahu, pria itu tersenyum tipis dengan mulut yang hendak bicara, sebelum Alena melanjutkan ucapannya. “Tapi sepertinya orang-orang yang sudah berada di atas itu, tidak pernah mengerti perjuangan orang-orang sepertiku, jadi mereka bisa dengan mudah memberikan tugas tanpa pertimbangan apapun!”

Seketika, pria itu tampak membeku, membuat Alena langsung menutup mulutnya sendiri yang kebablasan.

“Maaf.. karena bicara tidak jelas..” Alena mencoba tertawa kecil dengan mulutnya yang masih ia tutup, malu.

Pria itu ikut tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak.. Tidak apa-apa..”

Alena akhirnya bisa melepas tangannya yang menutup mulutnya, sampai pria di depannya kembali bicara. “Sepertinya kau punya masalah dengan orang-orang.. atas itu?”

Tanpa sadar Alena mendengus dengan bibir berkerucut sambil berkata, “Aku memang muak berurusan dengan orang-orang seperti mereka, tapi.. aku tidak tahu mengapa aku seperti ini..”

Alena terdiam, tidak memahami perasaannya sendiri yang selalu kesal saat berhadapan dengan orang-orang kalangan atas terutama dalam hal pekerjaan, alias para eksekutif di perusahaan itu.

“Oh ya!” Alena seolah teringat sesuatu. “Anda sudah mendengarkan ceritaku dan membuatku merasa lebih baik, tapi aku belum tahu siapa nama Anda..”

Pria itu yang kali ini terdiam dengan mata terbuka cukup lebar, sampai ia menyadari ekspresinya sendiri. “Ah.. ya.. Namaku..”

Alena menunggu jawaban pria yang sudah berbicara panjang lebar dengannya itu.

“Hmm.. Sean..”

Alena langsung tersentak, karena nama itu mirip dengan nama CEO yang harus ia temui!

Sesaat, Alena bisa merasakan tubuhnya menggigil bersama jantung yang berderu cepat seperti ratusan kuda yang ingin segera kabur dari tempatnya sekarang berada.

“Sean Parker..”

“EH?!”

Alena melongo.

Ternyata nama itu tidak sesuai dengan nama yang ia takutkan!

Kalau begitu, berarti Alena tidak perlu ketakutan lagi, karena awalnya ia pikir mungkin tanpa sadar ia sudah berbicara macam-macam pada orang yang seharusnya tidak mendengar itu, Sean Alvarez Logan atau CEO KCM Group yang ia bicarakan dengan buruk.

Alena pun merasa lega karena ternyata itu tidak benar. Sementara pria yang sempat membuatnya ketakutan tadi, sedang tersenyum lebar setengah tertawa tanpa Alena tahu apa artinya.

Saat Alena masih setengah bingung dengan semua yang terjadi hari ini, terutama senyum yang baru diberikan pria bernama Sean itu padanya, seorang pria berjas hitam tiba-tiba memasuki kamar pasien tempat mereka berada.

“Tuan Sean!”

Seketika, saat Alena berpaling terkejut melihat pria yang baru datang, Sean menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras pada pria itu dan membuatnya langsung kebingungan.

Dengan cepat, Sean pun berteriak. “Hai Kak!”

“EH?!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status