Share

BAB 3 IDENTITAS PALSU

“Apa pria ini kakak Anda, Tuan Sean?” tanya Alena yang langsung dibalas anggukkan cepat pria bernama Sean itu.

Sementara pria yang baru datang tampak sedikit kebingungan ketika Alena berpaling melihatnya, tapi sedetik kemudian ia pun mengangguk seperti Sean.

“Kalau begitu.. aku pergi dulu,” pamit Alena, karena merasa urusannya di sana sudah selesai.

“Tunggu!” Sean menghentikan Alena. “Kau sudah tahu namaku, tapi aku belum tahu namamu, Nona..”

Alena berbalik. “Ah ya.. Hmm.. Alena.. Alena Lindsey..”

Bersama keraguan yang hanya diketahui Alena alasannya, Alena pun kembali pamit meninggalkan Sean dan pria yang datang menjemputnya.

Setelah keluar dari kamar pasien Sean, Alena membuang napasnya yang terpendam karena gugup.

“Apa tadi hanya kebetulan, saat dia memanggilku sebagai Luna? Huh..” gumam Alena, mengingat saat Sean memanggilnya dengan nama ‘Luna’ sambil memeluknya di tepi laut, hanya sesaat setelah ia mendapatkan kesadarannya.

Beberapa detik kemudian, Alena kembali berjalan hingga hampir mencapai pintu keluar rumah sakit.

Di antara langkahnya yang lemah, Alena yang sudah sangat lelah dan harus segera pulang ke Kota Nashville tempatnya tinggal, mengeluarkan dompet untuk memeriksa sisa uangnya. Namun, sebuah kartu di dompetnya yang setengah basah itu mengalihkan perhatiannya.

Kartu Tanda Penduduk bertuliskan nama ‘Luna Lawrence’ dengan foto yang persis sama dengan dirinya.

Alena tertegun sejenak, sebelum akhirnya membuang kartu tersebut ke tempat sampah di sana dan menempatkan kartu lain bernama ‘Alena Lindsey’ dengan foto yang rusak ke bagian paling atas slot kartu di dompetnya.

Setelah mengambil napas dan tanpa melihat lagi kartu yang sudah ia buang, Alena melesat pergi ke stasiun kereta terdekat untuk segera pulang ke rumahnya.

Dengan kereta yang hanya menghabiskan kurang dari setengah ongkos taksi sebelumnya, Alena melaju meninggalkan Kota Bradley yang entah mengapa tampak sangat akrab tapi juga asing di ingatannya.

Di dalam kereta kelas ekonomi yang penuh sesak, Alena terpaksa harus berdiri hingga membuat dirinya terantuk beberapa kali sampai sebuah kalung terjatuh dari lehernya. Kalung perak berliontin bintang.

Sesaat setelah mengambil kalung itu, Alena mulai merasakan kesakitan yang sempat menghampirinya ketika ia pertama kali sampai di Kota Bradley. Namun kini, kesakitan yang ia rasakan lebih besar, hingga menghadirkan potongan-potongan ingatan yang tidak bisa ia pahami.

Ingatan tentang dirinya sendiri saat berumur 13 tahunan bersama seorang anak perempuan lain yang seumuran dengannya dan seorang anak lelaki yang lebih tua beberapa tahun dari mereka. Potongan-potongan ingatan yang kacau seperti rekaman video rusak, menunjukkan suasana-suasana ekstrim dari kebahagiaan, kesedihan hingga.. kematian?

‘Apa ini?!’ Alena tidak mengerti.

Dada Alena semakin sesak karena potongan-potongan ingatan yang menyakitinya. Ia pun berusaha menolak ingatan-ingatan yang belum siap ia terima itu, dengan mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Selama lebih dari 3 jam perjalanan, Alena berusaha keras melawan kesakitan di dada dan pikirannya, akhirnya Alena sampai di Kota Nashville. Tanpa pergi kemanapun lagi, Alena bergegas pulang ke rumahnya di pinggiran Distrik Easton.

Sesampainya di sana, dengan cepat Alena menutup dan mengunci pintu kamar kosnya diiringi napas tersengal, karena mencoba melawan potongan-potongan ingatan yang mengganggu dan menyakitinya.

“Alena..” lirih Alena saat matanya menangkap foto di sudut meja kamar kecilnya, foto tiga orang perempuan yang tersenyum lebar dengan latar kamar bertuliskan Aluza Forever.

Seketika, kaki Alena yang sudah lemah, ambruk bersama air mata yang mengaliri wajahnya yang merah.

“Apa keputusanku benar untuk hidup sebagai dirimu, Alena?”

***

New Sidney, Tahun 2022 – Seminggu Lalu

“Luna, kau yakin akan melakukannya?” tanya seorang wanita berambut hitam sebahu, pada wanita lain berambut panjang sedada yang sedang memegang paspor bernama Alena Lindsey di tangannya.

“Kalau aku tidak segera pergi dari sini, aku akan terus dikejar orang-orang tak dikenal itu, Zar..” jawab wanita di sampingnya yang sudah memutuskan untuk pergi dari New Sidney setelah tinggal cukup lama di sana, menuju Sylvester tempat ia akan berusaha mencari ingatannya yang hilang.

Luna Lawrence, wanita yang kehilangan ingatan dan baru mulai mendapatkan sebagian kecil ingatannya, setelah ia diadopsi 8 tahun lalu oleh seorang wanita berusia 50 tahun bernama Elana Lindsey. Berkat itu, Luna bisa bertemu dengan Alena Lindsey yang merupakan anak Elana dan Zara Geraldine teman kecil Alena yang memberikan pertanyaan tadi padanya.

Sebelum diadopsi saat usianya 18 tahun, Luna awalnya tidak memiliki ingatan apapun termasuk identitas dan dari mana ia berasal. Namun, seiring waktu ia mulai mengingat namanya sendiri sebagai Luna Lawrence dan ingatan masa kecilnya yang terhenti sampai usia 11 tahun.

Dalam ingatan terakhirnya itu, ia pernah tinggal di Sylvester bersama kedua orang tuanya, Johnny Lawrence dan Pamela Lawrence. Tapi setelah itu, ia tidak tahu apa yang terjadi terutama pada kedua orang tuanya yang tidak lagi berada bersamanya. Di tambah lagi, sejak ia diadopsi, Luna terus menerus dikejar oleh orang-orang tak dikenal tanpa tahu alasannya.

“Jika aku pergi, ..gunakan.. namaku.. untuk kabur, ..Luna..” ujar Alena sebulan lalu, sebelum ia meninggal karena penyakit jantung yang sudah lama dideritanya. Alena berusaha membujuk Luna untuk menggunakan identitasnya agar Luna bisa kabur dari kejaran orang-orang tak dikenal itu.

“Lakukan ini untukmu dan Alena..” Ibu Alena sekaligus ibu angkat Luna juga berusaha membujuk Luna yang masih keberatan. “Kalau kau merasa bersalah karena menggunakan identitas Alena, kau bisa meringankan perasaan itu dengan membantu Alena mewujudkan mimpinya yang tertunda untuk bekerja di KCM Group.. Tapi, ibu berharap kau tidak perlu melakukan itu dan fokus mencari ingatan dan hidupmu yang hilang..”

Luna tidak tahu harus bagaimana. Apalagi karena kejaran orang-orang itu, ia dan keluarga Alena terpaksa harus berpindah-pindah rumah demi menghindari mereka selama 8 tahun ini. Tapi setelah merenung, akhirnya Luna memutuskan untuk menuruti permintaan Alena dan ibunya.

Oleh karena itu, Luna pergi ke Sylvester untuk mencari ingatannya yang hilang sekaligus mengamankan dirinya sendiri dari kejaran orang-orang tak dikenal itu. Ia juga berpikir untuk membantu Alena mewujudkan mimpinya, karena sebelum Alena meninggal, Alena mendapat panggilan wawancara dari KCM Group. Dengan menggantikan Alena, Luna bisa diterima bekerja di KCM Group atas nama Alena.

Namun kini, saat Luna mendapatkan lagi potongan ingatannya yang hilang, Luna tiba-tiba merasa takut bahwa mungkin keputusannya salah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status