Home / Romansa / Cinta Sang Dokter Miliuner / BAB 4 Kabar Penting

Share

BAB 4 Kabar Penting

last update Last Updated: 2024-04-20 22:01:45

Kabar Penting

Jam delapan malam, di toserba 69, Raya terlihat melaksanakan tugasnya sebagai pramuniaga, mulai dari mendisplay produk di rak, mendata produk jualannya, menjaga kebersihan area toserba, memberikan label harga, menulis laporan penjualan, dan yang pasti harus dilakukan adalah memberikan pelayanan pada pembeli.

Dia menguasai semua itu, sangat trampil dan cekatan. Bahkan dia bekerja sendirian untuk jam kerja malam, shif paling sibuk, dimana banyak orang keluar rumah untuk berbelanja.

Raya terlihat berada di belakang meja kasir, menunggu pelanggan datang.

Dari pintu masuk toserba terlihat seorang anak laki laki masuk ke dalam toserba dan berhenti di depan meja kasir.

"Berikan aku rokok itu," ucap anak laki laki yang berusia sekitar sepuluh tahun.

"Apa kamu bisa menunjukkan kartu tanda penduduk milikmu?" tanya Raya.

"Apa sekarang membeli rokok harus menunjukkan kartu tanda penduduk? setahuku hanya membeli alkohol," ucap anak laki laki yang sepertinya cukup cerdas.

"Ini aturan baru di toserba kami, kamu harus menghormatinya," ucap Raya.

"Berikan rokok itu sekarang, jika tidak aku akan menghancurkan tokomu," ancam anak laki laki itu. Tiba tiba seseorang datang dan memukul lembut kepala anak itu.

"Kamu mau jadi brandalan? pergilah sebelum aku menghajarmu," ucap Devon yang tiba tiba berada di sana.

Anak laki laki itu memegangi kepalanya, walaupun sebenarnya tidak ada rasa sakit yang ditimbulkan dari tindakan Devon.

"Apa kamu meminta bantuan? kamu tidak adil," ucap anak laki laki itu pada Raya, mendengar itu Raya hanya tertawa terpingkal pingkal. Anak laki laki itupun melangkah pergi, seraya mengacungkan jari tengahnya ke arah Raya.

"fuck you, aku akan datang lagi dan membuat perhitungan," ucap anak laki laki itu.

"Anjing, babi, tikus got, serigala, ulat bulu," lanjutnya sebelum membuka pintu keluar dan menghilang.

Raya dan Devon tertawa, Devon beberapa kali menggelengkan kepala, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Anak jaman sekarang memang banyak yang tunalaras, karna berbagai faktor, sangat disayangkan," ucap Devon seraya tersenyum.

"Terimakasih, tapi sebenarnya aku sudah sering menghadapi hal semacam itu, tidak masalah, aku memiliki cara sendiri," ucap Raya.

"Ya aku tahu kamu bisa mengatasi semuanya sendiri, karna kamu wanita tangguh yang bisa melakukan apa saja seorang diri," ucap Devon seolah memberikan ejekan kecil namun juga pujian.

"Kamu ini, kamu mau membeli sesuatu?" tanya Raya.

"Ya, nah ini saja," ucap Devon seraya mengambil minuman kopi instan kemasan kaleng, lalu meletakkannya di depan Raya.

"Jangan, itu tidak baik untuk tubuhmu, ini saja," ucap Vanila seraya mengganti kopi dengan air mineral.

"Kamu ini, sudah seperti dokter pribadi saja," ucap Devon.

"Kamu tahu, kafein memiliki manfaat dalam dunia kesehatan, setidaknya dapat menstimulasi kerja jantung dan meningkatkan produksi urine, sebagai diuretik. Kafein juga dapat melindungi sel otak manusia sehingga menurunkan risiko perkembangan beberapa penyakit seperti Parkinson dan Alzheimer," penjelasan Devon.

"Baiklah bapak perawat yang Budiman, sebaiknya anda mengkonsumsi kafein tanpa gula, itu lebih baik. Kamu ingin mendapat manfaatnya namun menyebabkan tubuhmu bekerja lebih besar," ucap Raya.

"Baiklah baiklah, aku menyerah," ucap Devon seraya tersenyum, dia tahu akan sulit mengalahkan Raya dalam berdebat.

"Aku akan membeli air mineral, juga snack," ucap Devon. Mendengar hal itu, Raya mengambilkan Devon sebotol mineral dan snack sehat yang rendah garam.

"Aku mentraktirmu, bawalah," ucap Raya.

"Apa kamu menyogokku dengan ini supaya aku lekas pergi?" tanya Devon.

"Tidak, ini ucapan terimakasih karna telah menolongku dari anak brandal tadi," ucap Raya seraya tersenyum.

Devon melihat jam yang ada di tangannya.

"Aku akan menunggumu di luar, ada hal penting yang ingin aku sampaikan," ucap

Devon.

"Baiklah, seperti sepengetahuanmu, aku selesei dua jam lagi," ucap Raya.

"Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Devon seraya tersenyum, lalu dia berjalan keluar meninggalkan toserba 69.

Dari luar terlihat koh Ahong masuk ke dalam toserba. Dia adalah pemilik toserba, warga keturunan Cina yang sudah berumur sekitar enam puluhan namun masih terlihat begitu bugar.

"Koh Ahong? ada apa malam malam datang," tanya Raya.

"Apa laki laki itu kekasihmu, dia akan menunggu lama," ucap koh Ahong seraya melirik ke arah Devon.

"Tidak, dia hanya teman," ucap Raya.

"Raya, besok aku akan pergi ke luar kota. Aku datang untuk menyerahkan gajimu bulan ini, aku tidak ingin menanggung hakmu," ucap koh Ahong seraya menyerahkan amplop coklat berisi uang. Raya menerimanya, membuka amplop coklat itu dan menghitungnya.

"Pas, satu juta lima ratus," ucap Raya.

"Terimakasih koh, semoga toserba kita laris manis," ucap Raya seraya memukul mukul kan uang ke arah barang dagangan.

"Raya kamu tahu, orang sering salah kaprah, mereka mengira kamu pemilik toserba ini," ucap koh Ahong.

"Oh ya? bagaimana mungkin? Apa wajahku tidak seperti pelayan toko?" tanya Raya seraya mengulaskan tersenyum.

"Lihat saja montormu, tidak akan ada orang yang percaya bahwa motor itu adalah milik pelayan toko," ucap koh Ahong seraya melirik ke arah motor hitam Vanila yang terparkir di luar, motor sport merk Kawasaki dengan 4 silinder 948cc, harganya lebih dari dua ratus juta rupiah.

"Hanya hobi," ucap Raya seraya tersenyum.

"Baiklah, aku akan pulang dulu, istirahatlah, jangan bekerja terlalu keras. Jangan lupa tutup toserba dengan teliti, akhir akhir ini banyak kasus pembobolan," ucap koh Ahong.

"Baik Koh," ucap Vanila.

"Gaji milik Angela sudah aku berikan tadi lagi, kalian bekerjalah seperti biasanya selama aku di luar kota," ucap koh Ahong.

"Tidak perlu kahwatir, semuanya aman," ucap Raya.

***

Akhirnya selesei, jam sudah menuju ke arah delapan tepat, waktunya toserba tutup.

"Kamu masih menungguku?" tanya Raya yang melihat Devon duduk di lantai, tepat di sebelah kiri toserba.

"Tentu saja, kamu sudah selesei? mari kita bicara," ucap Devon.

"Baiklah, kita ke taman depan, aku sudah membawa kopi hangat dan juga makanan," ucap Raya.

"Kopi rendah gula," lanjut Raya seraya tersenyum.

Raya dan Devon sudah berada di taman kota, duduk di kursi taman yang tersedia di sana. Walaupun sudah tergolong tengah malam, suasana masih terlihat ramai dan hidup.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Raya.

"Ada kabar gembira, entahlah ini kabar gembira atau tidak untukmu, yang jelas ini sepertinya bagus," ucap Devon.

"Baiklah, sebaiknya segera katakan," ucap Raya.

"Hmmm, apa kamu sangat penasaran?" Tanya Devon.

"Entahlah, karna aku tidak tahu, aku juga tidak yakin akan penasaran atau tidak," ucap Raya.

"Kamu pasti senang mendengarnya, aku jamin itu," ucap Devon.

"Baiklah, katakan sekarang," pinta Raya.

"Kamu sudah siap mendengarkannya?" tanya Devon.

"Iya, ayolah," ucap Raya dengan ekspresi sangat penasaran.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 71 Akhir Kisah

    Akhir KisahRaya melihat ada dokter Edo berdiri di belakang wanita itu, wanita cantik yang baru pertama kali dilihatnya.“Raya, apa bisa kita bicara sebentar? Kita bicara di ruangan sebelah,” ucap radit yang ternyata juga ada di sana.“Ada apa?” tanya Raya bingung. Jelita segera melepaskan pelukannya. Mau tidak mau Raya mengikuti langkah Radit, dokter Edo dan wanita yang belum dia kenal sebelumnya.Raya dan ketiga orang itu sudah masuk ke sebuah ruang perawatan kosong, persis di sebelah ruang perawatan ayah Raya. Jelita kembali memeluk Raya, dia benar benar tidak bisa menahan diri.“Maafkan ibu, ibu hanya merindukanmu,” ucap Jelita.“Kalian harus bicara bertiga, saya akan meninggalkan kalian di sini,” ucap Radit yang kemudian dia segera keluar meninggalkan mereka bertiga.Jelita melepaskan pelukannya, dia menatap wajah Raya dengan begitu penuh rasa.“Dia adalah istri saya, namanya Jelita,” ucap pak Edo mengenalkan wanita yang sedari tadi memeluknya. Raya mengangguk ragu, juga mengula

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 70 Usaha Raya

    Usaha RayaMendengar hal itu, Radit tersenyum, ya, ini adalah sesuatu yang dia tunggu.Radit mengantar Raya pulang kembali ke apartemennya. Setelah mobil berhenti di depan apartemen, Radit juga ikut turun. Radit mengantar Raya hingga ke dalam apartemen.“Pulanglah,” pinta Raya. Radit tidak bergerak sedikitpun. Setelah mereka masuk ke dalam apartemen, Radit terlihat menarik tubuh Raya, Radit memeluk Raya, lalu menjatuhkan bibirnya ke bibir Raya.Dalam situasi ini, entah kenapa hati raya yang tadinya seperti menyimpan es, lambat laun es itu mencair. Raya meneteskan air mata, rupanya dia masih begitu menyayangi Radit, mencintainya, dan dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Raya membalas ciu-man Radit, ciu-man yang mulai terasa hangat, penuh dengan cinta.***Sejak malam itu, Raya mulai berusaha bekerja sebaik mungkin, walaupun dia harus belajar keras, mulai dari awal, seperti layaknya mahasiswa baru. Dia tidak menyangka akan kembali ke tahap ini, rutinitas yang sudah dia tinggalkan

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 69 Sebuah Permintaan

    Sebuah PermintaanRaya terlihat begitu cantik, iya, sangat cantik sekali dengan balutan dress warna cream, panjang selutut. Dress itu sengaja di siapkan oleh Radit, diletakkan di sofa apartemennya, lalu dia menulis pesan “Untukmu, semoga aku melihatmu memakainya,” tulis Radit yang kemudian menempelkan memo itu di atas sebuah kotak berisi dress cantik itu.Raya menunggu Radit, di depan apartemen.“Cantik,” gumam Radit ketika turun dari mobil sport yang dikendarainya sendiri.Raya berjalan ke arah Radit, dengan senyum, lalu tiba tiba senyum itu memudar.“Apa aku harus memakai pakaian seperti ini? Yang benar saja,” ucap Raya kesal.“Ah kamu ini, baru saja aku mengatakan kamu cantik, anggun sekali, rupanya macan putih tetap saja macan putih,” ucap Radit.Raya kemudian masuk ke dalam mobil Radit.“Kita mau ke mana?” tanya Raya.“Panggil mas dulu,” ucap Radit.“Apa?” tanya Raya.“Ya, aku sudah lama tidak mendengar kamu memanggilku mas, aku ingin mendengarnya. Bukankah itu panggilan sayangmu

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 68 Seorang Ayah

    Seorang Ayah Di sebuah ruangan, terlihat dua orang laki laki setengah baya tertawa bersama, mereka larut dalam perbincangan hangat dan menyenangkan, rupanya mereka adalah pak Hartawan, dokter spesialis jantung yang sekarang memutuskan untuk bekerja dari balik meja dan yang satunya adalah dokter Edo, ya, dokter kepala sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta. Dia baru saja mendarat, mereka baru bertemu sepuluh menit yang lalu.“Aku tidak menyangka kamu akan mengunjungiku, sudah dua tahun lebih kita tidak bertemu,” ucap pak Hartawan.“Iya, sepertinya aku akan sering mengunjungimu,” ucap dokter Edo.“Wah, benarkah, tentu itu akan sangat menyenangkan, kita bisa mengingat masa muda kita, atau kita bisa mengunjungi teman teman kita,” ucap pak Hartawan.“Kamu dulu terkenal sebagai senior yang sangat keras, banyak anak baru yang membencimu, termasuk aku,” ucap dokter Edo yang kemudian tertawa lepas.“Ya, begitulah, tapi tetap aku adalah senior paling digilai,” ucap pak Hartawan yang kemudian

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 67 Harapan Cinta

    Harapan CintaRaya, pak Bondan dan Rohaya sudah sampai di bandara Soekarno Hatta, bandara di Jakarta. Raya dan keluarganya keluar ke arah lobby bandara. Di sana sudah ada Radit yang menunggunya, Radit hanya mengulaskan senyum, senyum yang menyimpan berbagai rasa yang semuanya adalah rasa bahagia.Raya mengulaskan senyumnya, dalam kebingungan setidaknya dia masih memiliki setitik harapan dan orang yang bisa membuatnya bergantung.“Om, tante,” sapa Radit pada ayah dan juga ibu tiri Raya.“Wah, calon menantu,” bisik Rohaya pada pak Bondan.“Hust, jangan begitu bu, nanti Raya malu,” ucap pak Bondan.“Terimakasih ya Radit,” ucap Rohaya.Raya terlihat melihat mengarahkan matanya pada Rohaya, sedikit melotot, berharap Rohaya bisa mengerem sedikit mulutnya.“Mobil saya sudah siap,” ucap Radit.“Di sebelah sana,” lanjut Radit.“Supir saya akan membantu membawa koper bapak dan ibu,” lanjut Radit seraya melihat ke arah koper koper yang sudah ada di troli barang.“Te-terima kasih,” ucap Raya.“Ti

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 66 Perjalanan Dalam Harapan

    Perjalanan Dalam HarapanRaya dan Rohaya terlihat membantu pak Bondan turun dari taxi, sedangkan Devon dan Marry membantu menurunkan beberapa koper dari bagasi mobil taxi.“Terimakasih,” ucap Raya setelah Devon dan Marry mengeluarkan semua koper dan tas besar mereka.“Aku bantu sampai dalam,” ucap Devon.Mereka semua segera masuk ke dalam bandara.Pak Bondan, Raya dan Rohaya akan segera ke Jakarta, kondisi pak Bondan sudah stabil, sudah bisa melakukan perjalanan jauh.“Apa kamu dan keluargamu akan menetap?” tanya Devon pada Raya yang saat itu terlihat begitu cantik, dengan kemeja putih, celana jeans biru muda juga dipadukan dengan tas tangan berwarna hitam, sungguh pemandangan yang jarang terlihat dari Raya yang selama ini berpenampilan maskulin. Hanya saja dia tetap memakai sepatu kets berwarna senada dengan celananya.“Aku belum tahu, tapi pasti akan lama,” ucap Raya.“Aku akan mengunjungi kalian, jaga diri baik baik di sana,” ucap Devon.Marry terlihat menggerakkan bibir, menampilk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status