Share

Rio Kecelakaan

Penulis: Chaca
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-02 12:17:26

Fix, hari ini Rio tidak masuk kerja. Kemana dia? Pikiranku kacau jika mengingat kejadian kemarin. semakin yakin kalau Rio ada hubungannya dengan Kenzo. 

"Ta, Rio kecelakaan,"

Fandi mengabarkan, seperti petir tanpa hujan aku dibuatnya kaget setengah mati. Rio, tumbal. Semoga salah dugaanku. 

"Kecelakaan di mana?" tanyaku dengan mengatur nada bicara agar tidak bergetar karena menahan tangis.

"Entah, yang jelas dia ditahan orang,"

"Mak--sudnya?"

"Diculik mungkin, matanya dibuat luka,"

Astaghfirullah, Kenzo. Apakah dia? 

"Ta, kamu kenapa?"

"Engg--gak,"

Kulihat jam di tanganku, masih lama jika pulang kerja. ya Allah, aku mohon jauhkan Kenzo dari marabahaya dan jauhkan dia jika membahayakan orang lain. 

Dimana Rio dan Kenzo sekarang, kuraih ponselku mencoba menghubungi Kenzo. 

[Ken, lagi di mana?]

[Di luar, kenapa?]

[Jemput aku sekarang, bisa?]

[Kamu sakit? yaudah aku otewe sekarang]

Tita, apa yang kamu lakukan. Ini masih jam kerja. ah, bodo amat. Aku segera menghadap Mister Lee. 

"Sorry Mister, Saya izin pulang lebih awal, kepala saya sakit,"

"Pulanglah, ke dokter periksa kamu hah"

"Terima kasih, Mister."

Beruntung aku tak harus berdebat dengan mister Lee, biasanya harus pandai merayunya. Tak sembarangan orang bisa dengan mudah membuat dia mengiyakan izin. 

**

"Kita ke dokter langsung, Ta?"

"Gak lah, Ken. Aku cuma pusing saja,"

"Yakin, kamu? "

"Iya, Kenzo Alfarizi."

Bagaimana caranya aku mengetahui soal Rio, tak mungkin jika menanyakan langsung pada Kenzo. 

"Ken,"

"Iya,"

"Sehari ini kamu kemana?"

"Ketemu orang yang sudah merugikan usaha saya, kubuat perhitungan padanya"

"Maksud kamu?"

"Dia merugikan usahaku,"

"Terus kamu balas dendam?"

"Iyalah," Degk, berarti kemarin Rio dan dua teman Kenzo? transaksi apa mereka? 

"Ken, aku haus. Bisa kamu beliin minuman teh manis dingin?"

Kenzo berhenti di depan mini market. 

"Sebentar, ya," pamitnya turun dari mobil. 

Aku lihat handphone nya dia tinggal, ini kesempatanku mencari tahu tentang usaha Kenzo dan hubungannya sama Rio. 

Duarrrr  ...!!!! 

Kulihat foto serbuk putih yang kuyakini itu Narkoba. Foto yang kulihat dikirim dari akun bernama Rio. Astaghfirullah, jadi kemarin mereka transaksi Narkoba. Lalu, Rio? Bagaimana keadaan Rio sekarang, apa yang dia perbuat pada Kenzo sampai Kenzo murka terhadapnya. 

Aku segera meletakan ponsel Kenzo saat kulihat dia keluar dari mini market. 

"Nih," 

Kenzo menyodorkan minuman teh dalam kemasan botol. 

"Terima kasih, Ken,"

Aku masih sangat syok mengetahui calon suamiku seorang bandar Narkoba. Juga gengster kelas atas. 

"Kenapa tanganmu gemetaran, Ta?" 

sepertinya dia curiga, aku mulai mencoba bersikap biasa padanya. 

 "Sepertinya aku lapar,"

"Ya ampun, Tita. kenapa gak bilang,"

"Maaf," ujarku tersenyum

"Yasudah, yuk kita makan,"

Aku mengangguk setuju. 

***

Kuketuk pintu rumah yang berdinding warna biru, rumah minimalis yang cantik menurutku. 

"Tita," sambut seorang wanita paruh baya terlihat kaget. Aku segera menyalami calon mertuaku itu. 

"Sehat, Mi?" 

"Alhamdulillah, Nak, kamu gimana. Ayo masuk sini duduk sama Umi,"

"Abi, kemana, Umi?" tanyaku mencari sosok yang kupanggil abi. 

"Lagi dzikir di kamar, Sayang,"

"Oh,"

"Tumben gak sama, Ken, pasti dia sibuk ya?"

"Tita tadi beli obat untuk, Ayah, sekalian mampir saja,"

"Sakit apa, ayahmu?"

"Biasa, Umi, penyakit orang tua,"

"Eh ada mantu yang cantik," seru Abi yang keluar dari kamar. Aku bangun dan segera menghampiri beliau. 

"Sehat, Bi?"

"Alhamdulillah, Nak." 

Kami asyik berbincang, sambil kukorek bagaimana Kenzo jika di rumah. Apa saja yang dilakukan dia. Ternyata Kenzo di mata orang tuanya adalah anak yang baik dan patuh. Juga tak pernah tinggal solat. Pencitraan yang luar biasa perfect. 

"Loh, Sayang, ke rumah ko gak ada bilang kan bisa aku jemput," 

Tiba-tiba Kenzo datang, Dia menyentuh kepalaku. Hangat, sayang dia bandar narkoba. Lembut ketika berhadapan denganku dan orang tua tapi beringas ketika bertemu teman-temannya. Aku merasa dia punya kepribadian ganda, atau itulah yang disebut alter ego? aku tak bisa membenci dia. 

Ponsel Kenzo berbunyi, ada notifikasi pesan. 

"Siapa, Ta, coba baca?"

Tumben, pikirku. 

[Gue bakal lapor polisi kalau sampe 24 jam dari sekarang lu gak balikin tuh barang]

Astaga, gemetar aku membaca pesan tersebut. Masih ada Umi dan Abi, apa yang harus aku katakan pada mereka. 

"Ta, dari siapa?"

"Cuma pesan dari provider,"

Koor semuanya ber"o" ria. Maafkan saya, umi, abi. Kenzo melihat kegelisahanku, ia mengambil ponselnya dan membaca sendiri pesan itu. 

Kenzo menatapku tajam, kutundukan pandanganku. Dia pamit sama kedua orang tuanya untuk mengantarku pulang. 

"Kenapa berbohong?"

"Lalu, kamu mau umi sama abi tahu?"

"Kamu sekarang sudah tahu, Ta, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku akan nego sama, Rio,"

ngiiikkkk, Kenzo mendadak mengerem mobil. 

"Lu tau Rio? atau jangan-jangan dia cowok elu," Kenzo mulai bernada tinggi. 

"Dia teman kerjaku"

"Apa?"

"Iya, Rio itu teknisi di tempat kerjaku,"

"Mulai besok kamu berhenti bekerja di sana"

"Loh, kenapa harus aku?"

"Nurut gak?"

"Harusnya kamu yang tinggalin kerjaan kamu, Ken,"

"Jangan atur gue, paham lu"

tunjuknya ke depan mukaku. aku manut terdiam, khwatir dia membuatku terluka atau bahkan ah sudahlah. 

"Ken--"

"Gimana kalo Rio melaporkan kamu?"

"Jangan pikirin gue, Tita, gue tau apa yang harus gue lakuin."

"tapi abi sama umi?"

"Gue pastikan mereka tidak akan tahu apapun tentang gue, kalau sampe tau lu tanggung akibatnya,"

"Yasudah, kembalikan barang milik Rio,"

"Diam, kamu gak tau apa apa"

 Dan aku memang harus diam, harus kucari sendiri barang apa yang dimaksud Kenzo. Aku harus menyelamatkan perjodohan ini, oh tidak, bukan perjodohan kami tapi keluarga kami. Harga diri keluarga kami harus kami jaga, terlebih keluarga Kenzo yang notabene dari keluarga yang memiliki pesantren. 

Aku meminta Kenzo menurunkan aku di jalan babakan, aku mau mengambil baju yang kujahit di rumah bu Ratih. mumpung satu arah, malas kalau sengaja datang ke rumah bu Ratih. 

"Aku tunggu di mobil," ujar Kenzo. 

"Kamu pulang saja, sudah dekat rumah ini ko,"

"Yakin kamu?"

"Iya, Ken,"

"Baik, inget satu hal jangan campuri urusan aku. jangan sampai Rio tau kalo kamu calon istriku, itu bisa membahayakan nyawamu. Camkan itu!!"

aku mengangguk, tak terasa air mata jatuh disudut mataku. Mengapa harus seperti ini nasibku Tuhan, bagaimana jika ayah tahu siapa Kenzo. tapi ayah memang harus tahu, karena apa yang akan kujalani ini perihal pernikahan yang sakral dan sekali seumur hidup harapanku. 

aku sampai di rumah bu Ratih, tanpa kusengaja karyawan bu Ratih sedang berbincang tentang seseorang yang matanya dicongkel. Apa Rio yang mereka maksud? Haruskah aku bertanya pada mereka? Pusing kepalaku mengingat semuanya. Semoga semua baik-baik saja

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Sang Preman   Temu kangen

    "Sayang," Ken berlari meraih tubuhku untuk memelukku, aku sangat merindukan Ken ini."Apakah kamu baik-baik saja?""Ya, sayang,""Yo, aku akan menyewakan rumahmu untuk sementara waktu," seru Ken kepada Rio."Hei, itu disewakan, tidak apa-apa bagimu untuk tinggal di sini. Aku tinggal di rumahmu, jadi kamu bisa mengurusnya.""Oh ya, terima kasih, Yo.""Ya, istirahatlah Bos. Apakah Anda ingin saya membeli sesuatu?"Apakah istriku sudah makan?"“Oke sayang, kamu makan. Rio belikan nasi untuk laki-lakiku,”"Siap, Ayah. Waktu mau beli minum, lidahku terlalu pahit untuk diminum,""Jangan minum terlalu banyak, kamu sayang tubuhmu, apalagi kalau nikah nanti tersedak tar Yo, nikah itu enak lho," kata Ken menyetujuiku."Jika kamu berpikir untuk pergi ke sana, aku akan pergi ke sana."***"Sayang, bagaimana kamu bisa tertangkap dengan semua bukti?""Tidak perlu membahasnya, kamu tidak akan mengerti dan aku juga tidak ingin kamu mengerti, sayang,""Baiklah, apa rencana kita selanjutnya? Berapa la

  • Cinta Sang Preman   Ngungsi

    "Lu baik-baik di sini ya, Ta. Gue sama Alvin temenin di sini."Aku mengangguk serta segera masuk ke dalam rumah Rio agar tidak memancing musuh."Yo, telpon bang Kobra, dia gimana?" pintaku."Iya, sebentar." Rio langsung menghubungi Bang Kobra,"Hah? siapa mereka Bang?""Maya, Yo," kudengar percakapan mereka karena Rio sengaja buka speaker agar aku dapat mendengar langsung.Astaghfirullah, dia lagi. Kenapa dia selalu ingin membuatku celaka, padahal ibunya adalah ibuku juga."Lu kudu tiati, Ta,""Maya gak tau rumah lu, kan?""Gak! lu dah makan belom? gue suruh Alvin beliin makanan ya?""Beliin gue nasi Padang saja, Yo. laper gue,""Iya siap."Lagi dan lagi perempuan gila itu masih terus mengincar aku, betapa besar cintanya kepada Kenzo.Kasihan jiwanya terluka bahkan tumbuh rasa dendam.Tanpa aku tulis kesedihannya sudah jelas terlihatTanpa tangis pun sudah terasa betapa perihnyaBertekuk lutut aku mengiba diantara pintamu yang luguAku kini hanya mencoba kuat, meski sekedar menemanin

  • Cinta Sang Preman   Jebakan

    Beruntung lukaku tak terlalu parah, jadi bisa langsung pulang. Tak sabar aku ingin segera ke kantor polisi untuk melihat keadaan suamiku."Suami kamu kedapatan bawa narkoba," kabar polisi saat aku sampai di kantornya. Aku shock, aku tahu dia bandar narkoba tapi sudah gak lagi dia menggeluti pekejaan haram itu. Dia pun janji tidak akan menyentuh barang haram itu lagi."Izinkan saya bertemu suami saya," pintaku memohon."Baik, tunggu sebentar.""Sayaaang." Ken memelukku, aku sibuk menyeka air mata."Kenapa ini bisa terjadi?" isakku."Sttt ... dengerin aku, kamu jangan ke sini dulu ya. Aku khawatir musuhku akan mengincar kamu, Sayang.""Maksudmu?""Turuti perintahku, Sayang. Aku hapal situasi seperti ini. Aku akan segera keluar asal kamu nurut. Biarkan aku dan teman yang lain yang ngurusin ini.""Gimana kalo umi dan Abi tanya, Ibu sama Ayahku juga?""Bilang sama mereka aku ada kerjaan ke luar kota dadakan,""Iya Sayang, kamu baik-baik di sini.""Kamu bisa telpon ato chat aku, Sayang."Ak

  • Cinta Sang Preman   Dihadang musuh

    "Jangan gitu dong ummi, Abi cuma sayang ummi," ujar Abi masih merajuk manja."Abi malu, kita di rumah besan loh bukan di rumah kita," sahut ummi mencubit mesra pinggangnya."Astaghfirullah, Abi lupa. Kalian gimana, Nak?" tanya Abi mengalihkan pembicaraan."Kami baik Abi," jawab Ken."Alhamdulillah,"Asyik berbincang dengan mereka kemudian aku dan Ken pamit pulang, karena tadi Ken janji mau ganti nomor kartunya maka kami mampir ke konter.Aku pilih sendiri nomor kartunya, semoga dengan ini Maya tak lagi bisa menghubungi Kenzo.Kami sedang berjalan pulang dari konter setelah pengaktifan kartu baru. Kami berdua bahagia dan berbicara tentang acara yang baru saja berlangsung. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan kami dan seorang pria keluar dari mobil itu. Pria itu adalah musuh lama Kenzo yang selalu mengganggu bisnis Kenzo. Kenzo segera mengenali musuhnya itu dan aku merasa tidak nyaman dengan keadaan yang memburuk."Kenzo, Elu pikir lu bisa lari dari gue selamanya?" kata musuh

  • Cinta Sang Preman   Berkumpul

    Lagi dan lagi Maya mengganggu kebahagiaan kami, aku tahu Ken curiga atas tingkahku yang tetiba pamit ke kamar mandi dengan membawa ponselnya. Dia hanya sedang menyembunyikannya dari ummi."Ummi pulang ya, Sayang.""Ken antar ya ummi," tawar Ken."Gak usah sayang, kasihan istrimu sendirian di sini.""Tak apa ummi, Tita biasa sendiri," sahutku, ummi tersenyum cantik sekali."Tuh, istrinya Ken itu selain cantik dan menggemaskan dia juga mandiri, ummi.""Iya ummi percaya, tapi ummi mau mampir ke rumah orangtuanya Tita dulu.""Ya gak apa-apa, atau sekalian saja Tita ikut yuk, Sayang.""Ide yang sangat bagus. Tita ganti baju dulu ya, Ummi.""Iya Sayang,"Bergegas aku masuk kamar untuk mengganti baju, Ken mengekor dari belakang setelah pamit juga pada ummi."Sayang, gak usah ngurusin hal yang gak penting ya," kata Ken memelukku dari belakang."Ganti nomor ya,""Iya Sayang, kamu yang pilihin deh nomornya sekalian tar pulang nganterin ummi.""Ok,"Ken mengecup rambutku mesra, aku mencoba melep

  • Cinta Sang Preman   Maya Lagi

    "Assalamualaikum," sapa umi di luar rumah, gegas aku temui beliau dengan mencium punggung tangannya."Umi, sendiri?""Iya, Sayang, Ken ada?""Lagi di kamar mandi, umi."Umi masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa, aku mengikutinya duduk di samping."Umi sehat?""Seperti yang kamu lihat, Alhamdulillah umi masih diberi umur insyallah biar bisa lihat cucu umi,""Amiin, sebentar umi tita ambilkan minum ya.""Jangan, Nak. Nanti umi ambil sendiri.""Baik umi, jangan sungkan ya.""Gak apa-apa Sayang,""Abi kemana? kenapa gak ikut?""Abi lagi ngisi kajian di mesjid An Nafis, Kalian gimana sudah ada tanda-tanda punya anak?""Eh ada umi," ujar Ken menghampiri, langsung saja dia menyalami umi. "Iya Sayang, sehat kamu Nak?""Alhamdulillah umi, eh umi sendiri?""Iya Sayang, sini duduk dekat umi.""Gimana, Mi?""Kapan umi dapat cucu, Nak?""Doain kita umi, Ken juga pengen segera nimang Dede bayi.""Umi selalu doain,""Terima kasih umi,"Sungguh, tiada doa semujarab doa ibu. Bismillah semoga terkabu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status