Share

Bab 10.

Bintang. Satu objek yang menjadi perhatian Dicky saat ini di balkon apartemennya. Pemuda tampan itu mengadahkan kepalanya untuk melihat langit. Ribuan bintang bertaburan disana ditambah dengan bulan yang bersinar terang.

Dicky memperhatikan bulan itu beberapa saat, tiba-tiba saja sosok wajah Lala saat tertawa muncul disana. Dicky pun tersenyum. Sudah 10 tahun ini Ia pergi meninggalkannya ke Paris, karena mengikuti sang Ayah yang katanya ingin mengembangkan bisnisnya disana. Dan selama itu juga Dicky tak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun. Karena Ia hanya menyukai satu gadis, gadis yang selalu berlari-lari di fikirannya, gadis yang Ia berikan kalung berliontin keong waktu kecil dulu, gadis yang tomboy namun cantik dan suka bermain basket. Dicky yakin sekali kalau gadis itu adalah cinta sejatinya. Ia berharap dia pun memiliki rasa yang sama dengannya, yaitu cinta.

Namun tak berapa lama kemudian bayangan wajah Lala pada bulan itu hilang sendiri, seketika membuat senyum Dicky juga luntur. Pemuda tampan itu terlihat murung, Ia pun beralih menatap ke bawah. Melihat lampu-lampu kota disana, gedung-gedung tinggi, juga mobil-mobil yang berlalu-lalang di jalanan yang selalu ramai itu. Dicky menghela nafasnya.

"Gue jadi kangen sama putri keong! Pasti dia sekarang udah jadi gadis yang cantik deh!" gumam Dicky sembari memegang pagar balkon kamarnya.

"Banyak banget kenangan manis sama putri keong yang nggak bisa gue lupain!" gumamnya lagi.

"Andai aja Lo tau? Disini gue nggak bisa berhenti mikirin Lo, putri keong, gue selalu terbayang-bayang sama Lo!" tambahnya sembari melamun.

Tapi, tak lama kemudian sebuah suara teriakan dari arah belakang tiba-tiba terdengar memanggilnya, "Dickyyy?"

"Iya Ma!" jawab Dicky sembari menolehkan wajahnya. Disana, Renata -Mamanya- tengah berjalan kearahnya.

"Kamu lagi ngapain sih? Ngelamun ya?" tanya wanita itu sembari mendekat kearahnya.

"Ah nggak kok Ma! Cari angin aja!" jawab Dicky sembari tersenyum.

"Nggak usah boong! Mama tau kok!" kata Renata sembari menahan senyumnya.

"Dih~ Tau apaan sih Ma? Orang Dicky nggak ngapa-ngapain juga! Cari angin doang!" jawab Dicky masih ngeles.

"Mama liat kok tadi kamu senyum-senyum sendiri gitu sambil ngelihat ke langit! Ngapain lagi kalo bukan ngelamun? Hayoo loh Dicky abis ngelamunin siapaa?" kata Renata sembari menunjuk muka Dicky.

"Yee si Mama! Dicky enggak ngelamunin siapa-siapa kok Ma! Dicky suka aja gitu liat bintang-bintang sama bulan juga di langit, rasanya tenang, damai, gitu Ma! Beneran!" alibi Dicky.

"Jujur aja sama Mama! Nggak perlu kamu bilang juga Mama udah tau kok siapa gadis yang lagi kamu pikirin!" kata Renata.

"Hahaha Mama sok tau ya? Dicky nggak mikirin siapa-siapa kok Ma!" kata Dicky kikuk sembari mengusap tengkuknya.

"Hmm boleh Mama tebak?" tanya Renata sembari melipat tangannya di bawah dada.

"Nebak apaan sih Ma?" kata Dicky yang pura-pura tidak tahu.

"Kamu pastii lagiii mikirinn..." kata Renata menggantung.

"Siapa Ma? Nggak usah ngarang deh!" kata Dicky.

"Kamu pasti lagi mikirinn... Adelia kan? Hayoo bener kan Mama?" tebak Renata sembari tersenyum.

"Duh! Ngapain juga Dicky mikirin Adelia Mah? Nggak penting tau nggak!" elak Dicky.

"Hayo! Jangan boong! Jujur nggak sama Mama!" kata Renata mendesaknya.

"Mama kenapa jadi gitu sih?" bingung Dicky.

"Dicky! Jujur apa susahnya sih? Sebel deh Mama sama kamu" kesal Renata.

"Hmm, oke lah kalo Mama maksa!" tanya Dicky sembari menghela nafasnya.

"Mama pasti bener kan? Kamu lagi mikirin Adelia?" tanya Renata.

Dicky pun hanya menganggukkan kepala sembari menahan senyumnya. Sedangkan Renata hanya terkekeh geli melihat pengakuan anaknya itu.

"Emangnya kenapa Ma? Nggak boleh ya?" tanya Dicky sembari menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Eh, enggak! Boleh kok! Boleh banget malah! Oh iya, kamu pasti kangen kan sama Adel?" tanya Renata.

"Nggak Ma, biasa aja!" kata Dicky.

"Tuh kan boong lagi?" kata Renata.

"Tuh kan Mama maksa lagi?" kata Dicky.

"Dasar kamu!" umpat Renata.

"Hahaha emang kenapa sih Ma? Kok Mama jadi kepo gini?" tanya Dicky.

"Ya enggak! Mama sih cuma mau saranin kamu aja! Kalo kangen mending diungkapin sama orangnya biar terobati gitu! Soalnya Mama liat kamu akhir-akhir ini sering murung terus! Mama kan kasian liat kamu!" kata Renata.

"Ya tapi ngungkapinnya pake apa Ma? Dicky aja nggak punya kontaknya Adel?" kata Dicky.

"Ya ampun Dicky! Kenapa kamu nggak tanya sama Mama dari dulu? Mama tahu kok pin BB nya Adel!" kata Renata.

"Oh ya? Tau dari mana Mah?" tanya Dicky.

"Kan Mamanya Adel itu sahabat Mama, yaa Mama pasti tau lah!" kata Renata.

"Yaudah, berapa pin nya Ma? Biar Dicky invite sekarang?" kata Dicky sembari merogoh ponselnya di saku celana.

"Sebentar! Mama cari dulu!" kata Renata sembari mengotak-atik handphone yang memang sejak tadi Ia pegang.

"Nah, ini dia!" gumamnya.

"Berapa Mah!" tanya Dicky.

"7FAFE9B4!" jawab Renata.

"Oke Mah! Makasih yah?" kata Dicky sembari tersenyum setelah Ia menginvite pin itu.

"Iya! Yaudah kalo gitu Mama masuk dulu yah? Mau makan, laper! Kamu udah makan?" tanya Renata.

"Oh udah kok Mah! Udah tadi! Mama makan aja!" jawab Dicky.

"Yaudah! Mama masuk yah! Selamat berkangen-kangenan!" kata Renata kemudian berjalan masuk ke dalam.

"Yee si Mama! Bisa aja!" gumam Dicky sembari geleng-geleng kepala kemudian duduk di sofa empuk di dekatnya dan kembali membuka handphone nya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status