SATU hal yang tidak pernah terlintas dalam benak Adelia selama ini, yaitu kenyataan bahwa Raisha ternyata bermuka dua alias musuh dalam selimut. Setelah benar-benar mendengarkan cerita Friska kemarin di telfon, emosi cewek itu benar-benar tersulut dan terbakar. Benar-benar tidak habis fikir dengan ke-kejam-an Raisha-plus Cherry and the gank, memutus rem motornya. Masih untung ia bisa selamat, kalau tidak? Memangnya Raisha mau mengganti dengan nyawanya? Itu jelas tidak mungkin.
Dan hari ini, gadis itu sudah bertekad akan melabraknya. Walaupun Dicky pula sudah berkali-kali memberinya nasihat untuk tidak terlalu emosi, tapi tetap saja, Adelia tetap Adelia, Adelia yang frontal, brutal, bar-bar, tidak takut dengan apapun, tidak ingin ditindas, atau apalah itu. Karena gadis itu juga tidak mungkin bisa diam saja, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sementara dalam emosi dalam dirinya terus bergejolak.
Karena masalah ini juga sudah kelewatan. Memutus
"Kemanapun kaki melangkah, sejauh apapun ia pergi, cinta tahu kemana harus pulang, karena cinta tahu dimana rumahnya."-Anonim *** GUMPALAN awan putih yang cerah terlihat memenuhi luasnya langit yang biru. Sekawanan burung gereja pun asik berterbangan dan hinggap pada kabel panjang yang membentang di atas tiang listrik yang berdiri kokoh di depan jajaran rumah mewah dalam kompleks perumahan elite itu, dengan paruh ke
PAGI menyapa. Posisi bulan telah digantikan oleh sang mentari. Dengan malu-malu, bola panas yang menjadi pusat tata surya itu menampakkan cahayanya. Perlahan-lahan cahaya itu masuk ke dalam kamar milik Adelia, menembus tirai putih dibalik jendela itu juga melewati celah-celahnya. Adelia meregangkan otot, saat cahaya tersebut mengarah ke matanya karena tirai yang telah disibakkan oleh Marissa, ibu kandungnya. Perlahan namun pasti Adelia mengumpulkan nyawanya, ia mengerjapkan mata beberapa kali sembari bangun dari posisi tidurnya. Dengan tampang yang kucel abis dan sesekali menguap, gadis itu menggaruk rambutnya yang terlihat berantakan. "Jam berapa sih, Ma? Kok udah siang aja?" tanyanya sembari mengucek mata, suaranya pun serak-serak basah khas orang bangun tidur.  
Sampainya di parkiran sekolah, Adelia langsung memarkirkan motornya di tempat yang teduh. Gadis itu menghela nafas lega setelah melepas helm full facenya, karena masih banyak anak yang baru datang. "Huft. Untung aja gue belum telat." gumamnya lalu turun dari motor Ninja merahnya itu dan merapikan sebentar rambut panjangnya. Karena Adelia naik motor sport, maka ia memakai bawahan celana jeans dan akan berganti rok abu-abu ketika sampai di sekolah, juga sebaliknya, apabila sudah waktunya pulang sekolah ia akan berganti celana itu lagi. "Pagi, Del." "Morning, Adelia."
"Jadi, dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa sifat-sifat zat dapat dipengaruhi gaya antarmolekul antara-" jelas Pak Amir terpotong ketika melihat dua orang muridnya di bangku paling belakang tengah asik mengobrol dan tidak mendengarkan dirinya yang mengoceh sedari tadi. "Adel, lo mau sampe kapan sih jadi jones? Sumpah gue nggak nyangka lo betah banget hidup tanpa seorang pacar?" tanya Friska, teman sebangku Adelia sembari memainkan pulpennya. Adelia yang tengah bertopang dagu menoleh. "Gue juga nggak tau, Cha. Hahahaa lagian buat apaan pacar? Gue malah jijik kalo liat orang pacaran, mana deket-deketan, terus sayang-sayangan kayak gitu. Nggak gue banget, asal lo tau." jawab Adelia sembari bergidik ngeri. Gadis yang dipanggil 'Cha' tersebut menghela napas. Memang, is sudah akrab dipanggil Icha. "Ya ampun, Adel. Lo tuh polos bang
"Eh, tadi itu beneran kita ngibulin Pak Amir? Sumpah, dia aja sampe lupa loh kalo kita disuruh ngulangin kata-katanya dia. Ahahaha gokil abis deh." cerocos Friska di sela-sela langkah santainya ke kantin bersama Adelia. "Iya, dia emang gokil. Tapi gue tadi nggak bermaksud ngibulin dia loh, beneran. Dia nya aja yang.. Sungguh terlalu. Hahaha pikun juga." jawab Adelia sembari menoleh kearah Friska. "Hahaha tapi ada untungnya juga lo tadi dapet nilai plus. Enak banget yah hidup lo, nggak ngerjain soal apapun, cuma muji aja kalo Pak Amir itu masih muda, langsung deh dikasih nilai plus. Padahal itu bokis lagi, dia kan udah ubanan, udah tua." kata Friska. "Hahaha cuma keberuntungan aja Friska. Tapi jangan ngatain gitu dong, ntar
"Lo beneran serius, Del ntar pulang sekolah mau tanding basket sama Kak Reno?" tanya Friska sembari menyantap semangkuk soto ayamnya. Yup! Mereka sedang berada di kantin, di salah satu bangku. Friska takut kalau Adelia kalah. Karena semua orang juga tahu kalo tim basket GHS yang digawangi oleh Reno, Yudha, Ivan, Raihan, dan Sham itu kuat dan tak jarang juga mereka pulang dari pertandingan melawan sekolah lain itu dengan membawa piala, piala kemenangan. Tak ayal, Reno banyak digilai cewek-cewek di sekolah terutama adek kelas. Dan, hal itu juga yang menjadikannya playboy. "Mau gimana lagi, Cha? Gue dikatain takut lawan dia tadi, ya nggak terima dong gue." jawab Adelia mengaduk-aduk jus melonnya dengan sedotan. "Tapi lo tau sendiri ka
Adelia mengeratkan pegangannya pada tas punggung yang ia gantung pada pundak kirinya. Ia menyipitkan matanya seketika sampai di pinggir lapangan. Pandangan Adelia lurus ke depan, di pinggir lapangan seberang sana. Rupanya Reno cs sudah stay di bangku yang berada di bawah pohon. Ya! Sekarang sudah waktunya pulang sekolah, murid-murid pun berbondong-bondong menuju parkiran. Friska juga telah pulang terlebih dahulu. Adelia pun menghembuskan nafasnya kasar kemudian berjalan santai di tengah lapangan untuk menghampiri Reno cs yang tengah berbincang kecil. Tak butuh waktu lama, Adelia sudah sampai di tempat mereka tentunya dengan wajah datar, "Eh, Adel tuh." gumam Ivan sembari menengok kearah Adelia, "Iya tuh Ren." tambah Sham. Reno yan
ADELIA membuka pintu kamarnya dengan wajahnya yang ditekuk. Ia lalu melepas tas dan jaketnya dan duduk di pinggiran kasur. Mengingat Reno cs yang songong itu Ia jadi kesal sendiri. Padahal kakak kelasnya yang menjadi idola cewek-cewek itu hanya mengajak dinner, tidak lebih. Apa susahnya? "Aduhh!! Gila gila gila!! Nyesel gue mau duel sama Reno tadi!! Tau kalah gitu mending nggak usah!!" gerutu Adelia sambil memukul-mukul sebuah bantal yang berada di pangkuannya. "Apaan lagi maksudnya dia bilang pengen deket sama gue? Ah~ Jangan-jangan dia suka lagi sama gue? What the fuck!!" tambahnya lagi sembari berdiri dan melempar bantal itu ke sembarang arah. "Ih geer banget ya gue? Biarin aja lah, mau dia suka kek sa