Sampainya di parkiran sekolah, Adelia langsung memarkirkan motornya di tempat yang teduh. Gadis itu menghela nafas lega setelah melepas helm full facenya, karena masih banyak anak yang baru datang.
"Huft. Untung aja gue belum telat." gumamnya lalu turun dari motor Ninja merahnya itu dan merapikan sebentar rambut panjangnya.
Karena Adelia naik motor sport, maka ia memakai bawahan celana jeans dan akan berganti rok abu-abu ketika sampai di sekolah, juga sebaliknya, apabila sudah waktunya pulang sekolah ia akan berganti celana itu lagi.
"Pagi, Del."
"Morning, Adelia."
"Duh~ Makin hari makin cantik aja deh."
"Del, jadi cewek gue mau nggak?"
"Jangan mau sama dia, Del! Dia tuh jorok. Mending sama gue aja, ya nggak?"
"Ah, apaan lo pada! Adelia itu pantesnya cuma sama gue, dia cantik gue ganteng, paling ganteng diantara kalian."
"Jangan mau, Del! Dia playboy cap kapak. Ntar lo di php-in lagi, kan kasian. Mending jadian aja sama gue."
"Heh, sembarangan! Lo kalik yang tukang php!"
"Nggak ye! Gue mah nggak pernah nyakitin cewek."
"Wah wah. Mereka nggak usah lo dengerin, Del. Nggak bener semua otaknya. Cuma gue yang paling waras diantara mereka. Jadi cewek gue aja, mau nggak?"
"Huuu sama aja lo!"
Adelia hanya memutar bola matanya malas dan mempercepat langkahnya ke toilet, saat mereka berhenti mengekorinya untuk saling berdebat satu sama lain, merasa dirinya pantas untuk menjadi pacar seorang Adelia. Ya! Sambutan seperti itu setiap pagi dari cowok-cowok jones satu angkatan sudah biasa baginya.
Tak sedikit juga cewek-cewek yang menatap Adelia iri karena cowok-cowok ganteng itu yang amat begitu merebutkan Adelia yang jelas-jelas tidak menggubris mereka. Adelia tahu itu tetapi ia juga tidak mempedulikan tatapan mereka. Untuk apa? Karena menurutnya itu tidak penting.
"Jadi, dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa sifat-sifat zat dapat dipengaruhi gaya antarmolekul antara-" jelas Pak Amir terpotong ketika melihat dua orang muridnya di bangku paling belakang tengah asik mengobrol dan tidak mendengarkan dirinya yang mengoceh sedari tadi. "Adel, lo mau sampe kapan sih jadi jones? Sumpah gue nggak nyangka lo betah banget hidup tanpa seorang pacar?" tanya Friska, teman sebangku Adelia sembari memainkan pulpennya. Adelia yang tengah bertopang dagu menoleh. "Gue juga nggak tau, Cha. Hahahaa lagian buat apaan pacar? Gue malah jijik kalo liat orang pacaran, mana deket-deketan, terus sayang-sayangan kayak gitu. Nggak gue banget, asal lo tau." jawab Adelia sembari bergidik ngeri. Gadis yang dipanggil 'Cha' tersebut menghela napas. Memang, is sudah akrab dipanggil Icha. "Ya ampun, Adel. Lo tuh polos bang
"Eh, tadi itu beneran kita ngibulin Pak Amir? Sumpah, dia aja sampe lupa loh kalo kita disuruh ngulangin kata-katanya dia. Ahahaha gokil abis deh." cerocos Friska di sela-sela langkah santainya ke kantin bersama Adelia. "Iya, dia emang gokil. Tapi gue tadi nggak bermaksud ngibulin dia loh, beneran. Dia nya aja yang.. Sungguh terlalu. Hahaha pikun juga." jawab Adelia sembari menoleh kearah Friska. "Hahaha tapi ada untungnya juga lo tadi dapet nilai plus. Enak banget yah hidup lo, nggak ngerjain soal apapun, cuma muji aja kalo Pak Amir itu masih muda, langsung deh dikasih nilai plus. Padahal itu bokis lagi, dia kan udah ubanan, udah tua." kata Friska. "Hahaha cuma keberuntungan aja Friska. Tapi jangan ngatain gitu dong, ntar
"Lo beneran serius, Del ntar pulang sekolah mau tanding basket sama Kak Reno?" tanya Friska sembari menyantap semangkuk soto ayamnya. Yup! Mereka sedang berada di kantin, di salah satu bangku. Friska takut kalau Adelia kalah. Karena semua orang juga tahu kalo tim basket GHS yang digawangi oleh Reno, Yudha, Ivan, Raihan, dan Sham itu kuat dan tak jarang juga mereka pulang dari pertandingan melawan sekolah lain itu dengan membawa piala, piala kemenangan. Tak ayal, Reno banyak digilai cewek-cewek di sekolah terutama adek kelas. Dan, hal itu juga yang menjadikannya playboy. "Mau gimana lagi, Cha? Gue dikatain takut lawan dia tadi, ya nggak terima dong gue." jawab Adelia mengaduk-aduk jus melonnya dengan sedotan. "Tapi lo tau sendiri ka
Adelia mengeratkan pegangannya pada tas punggung yang ia gantung pada pundak kirinya. Ia menyipitkan matanya seketika sampai di pinggir lapangan. Pandangan Adelia lurus ke depan, di pinggir lapangan seberang sana. Rupanya Reno cs sudah stay di bangku yang berada di bawah pohon. Ya! Sekarang sudah waktunya pulang sekolah, murid-murid pun berbondong-bondong menuju parkiran. Friska juga telah pulang terlebih dahulu. Adelia pun menghembuskan nafasnya kasar kemudian berjalan santai di tengah lapangan untuk menghampiri Reno cs yang tengah berbincang kecil. Tak butuh waktu lama, Adelia sudah sampai di tempat mereka tentunya dengan wajah datar, "Eh, Adel tuh." gumam Ivan sembari menengok kearah Adelia, "Iya tuh Ren." tambah Sham. Reno yan
ADELIA membuka pintu kamarnya dengan wajahnya yang ditekuk. Ia lalu melepas tas dan jaketnya dan duduk di pinggiran kasur. Mengingat Reno cs yang songong itu Ia jadi kesal sendiri. Padahal kakak kelasnya yang menjadi idola cewek-cewek itu hanya mengajak dinner, tidak lebih. Apa susahnya? "Aduhh!! Gila gila gila!! Nyesel gue mau duel sama Reno tadi!! Tau kalah gitu mending nggak usah!!" gerutu Adelia sambil memukul-mukul sebuah bantal yang berada di pangkuannya. "Apaan lagi maksudnya dia bilang pengen deket sama gue? Ah~ Jangan-jangan dia suka lagi sama gue? What the fuck!!" tambahnya lagi sembari berdiri dan melempar bantal itu ke sembarang arah. "Ih geer banget ya gue? Biarin aja lah, mau dia suka kek sa
--Flashback On-- Saat itu, Lala dan Ichi tengah bermain basket bersama, tak lepas dari canda tawa yang keluar dari mulut mereka. Setiap Lala ingin memasukkan bola itu ke dalam ring, berkali-kali Ichi berhasil menggagalkannya. Hal itu membuat Lala pun semakin lama semakin cemberut. Gadis kecil itu melipat tangannya di bawah dada, memperhatikan Ichi yang begitu menikmati permainannya, "Main sendiri aja sana!" ketus Lala kemudian berbalik menuju undakan yang menjadi akses jalan masuk ke pintu utama. Lala duduk di undakan paling bawah, masih memperhatikan Ichi yang sepertinya tidak memperdulikannya. Tak berapa lama kemudian, Ichi pun berhenti bermain ba
Bintang. Satu objek yang menjadi perhatian Dicky saat ini di balkon apartemennya. Pemuda tampan itu mengadahkan kepalanya untuk melihat langit. Ribuan bintang bertaburan disana ditambah dengan bulan yang bersinar terang. Dicky memperhatikan bulan itu beberapa saat, tiba-tiba saja sosok wajah Lala saat tertawa muncul disana. Dicky pun tersenyum. Sudah 10 tahun ini Ia pergi meninggalkannya ke Paris, karena mengikuti sang Ayah yang katanya ingin mengembangkan bisnisnya disana. Dan selama itu juga Dicky tak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun. Karena Ia hanya menyukai satu gadis, gadis yang selalu berlari-lari di fikirannya, gadis yang Ia berikan kalung berliontin keong waktu kecil dulu, gadis yang tomboy namun cantik dan suka bermain basket. Dicky yakin sekali kalau gadis itu adalah cinta sejatinya. Ia berharap dia pun memiliki rasa yang sama dengannya, yaitu cinta.
Adelia berjalan dari arah dapur dengan kedua tangannya yang membawa segelas susu putih hangat. Gadis itu kini hanya mengenakan tanktop hitam yang dilengkapi dengan kemeja kotak-kotak dan celana hotpants dengan rambutnya yang tergerai. Gadis itu melangkah keluar rumahnya dan duduk di teras depan rumah. Ia kemudian meminum susu hangat itu perlahan-lahan. "Hmm enak!" gumamnya lalu meletakkan gelas itu di sampingnya. Adelia kemudian mengeluarkan handphone nya dari saku celana. Bersamaan dengan itu bunyi bbm tone tiba-tiba saja terdengar. Ia pun langsung menyalakan handphone nya dan membuka icon BBM pada layar utama.