"Eh, tadi itu beneran kita ngibulin Pak Amir? Sumpah, dia aja sampe lupa loh kalo kita disuruh ngulangin kata-katanya dia. Ahahaha gokil abis deh." cerocos Friska di sela-sela langkah santainya ke kantin bersama Adelia.
"Iya, dia emang gokil. Tapi gue tadi nggak bermaksud ngibulin dia loh, beneran. Dia nya aja yang.. Sungguh terlalu. Hahaha pikun juga." jawab Adelia sembari menoleh kearah Friska.
"Hahaha tapi ada untungnya juga lo tadi dapet nilai plus. Enak banget yah hidup lo, nggak ngerjain soal apapun, cuma muji aja kalo Pak Amir itu masih muda, langsung deh dikasih nilai plus. Padahal itu bokis lagi, dia kan udah ubanan, udah tua." kata Friska.
"Hahaha cuma keberuntungan aja Friska. Tapi jangan ngatain gitu dong, ntar kalo orangnya denger gimana?" nasehat Adelia.
"Hahahaa nggak lah." gumam Friska.
Disaat mereka tengah asik-asiknya membicarakan Pak Amir yang gokil itu, tiba-tiba saja tiga orang siswa laki-laki menghadang mereka. Adelia dan Friska pun menghentikan langkah mereka dan saling bertatapan heran. Mereka adalah kakak kelas 12.
Tak ingin berbincang dengan cowok-cowok itu, Adelia pun menarik tangan Friska dan berniat melewati mereka ke kanan, tetapi mereka mengikuti, lalu lewat ke kiri, mereka juga mengikuti. Adelia hanya menghela nafasnya dan mengalihkan pandangannya.
"Adelia.. Katanya lo jago basket ya?" kata Reno, cowok ganteng yang berada di tengah.
Adelia menatap mereka malas. "Lebih baik kalian minggir sebelum gue hajar kalian satu-satu." kata Adelia dengan tampang datarnya.
"Wooww galak banget cuy." heboh Sham, cowok keturunan Turki itu sembari menepuk bahu Reno.
"Hahahaa nggak usah galak-galak gitu Del, makin cantik tau nggak. Reno cuma mau nantang lo maen basket doang kok. Yee nggak?" kata Ivan sembari menoleh kearah Reno.
"Iya, lo mau nggak duel sama gue? Gue cuma mau tau aja, lo tuh sehebat apa sih? Ntar yang kalah harus nurutin permintaan yang menang, gimana?" kata Reno yang notabenenya adalah anggota tim basket sekolahnya.
"Sorry ya, nggak ada waktu." kata Adelia datar sembari menarik tangan Friska untuk melewati mereka, tetapi lagi-lagi Reno cs menghalangi jalannya.
"Jangan bilang lo takut lawan gue?" kata Reno dengan tampang mengejek, "Yo'i." seru Ivan dan Sham.
Adelia pun menggembungkan pipinya malas, "Inget yah, gue nggak pernah takut lawan siapapun!" kata Adelia penuh penekanan sembari menunjuk-nunjuk Reno.
"So?" kata Reno sembari mengadahkan kedua tangannya dan menoleh kearah dua sohibnya itu.
Adelia mengepalkan tangannya dan menekan bibirnya ke dalam, kemudian dengan sangat terpaksa ia berkata, "Pulang sekolah kita duel!" ketus Adelia dan berlalu dari hadapan mereka cepat disusul Friska di belakangnya.
Reno cs pun tersenyum lebar kemudian saling bertos ria, "Hahaha." tawa mereka, "Yes! Berhasil!" kata Reno sembari berkacak pinggang dan tersenyum miring.
"Cabut!" komando Reno kemudian berlalu dari tempat itu bersama dua sohibnya.
Memang, geng Reno cs selalu cari masalah sama Adelia. Mereka suka menggangu Adelia karena cuma gadis itu yang selalu jutek jika bertemu dengan mereka dan tidak mempan dengan pesona Reno, anak IPS 2 yang terkenal dengan predikat playboy-nya GHS (Garuda High School).
"Lo beneran serius, Del ntar pulang sekolah mau tanding basket sama Kak Reno?" tanya Friska sembari menyantap semangkuk soto ayamnya. Yup! Mereka sedang berada di kantin, di salah satu bangku. Friska takut kalau Adelia kalah. Karena semua orang juga tahu kalo tim basket GHS yang digawangi oleh Reno, Yudha, Ivan, Raihan, dan Sham itu kuat dan tak jarang juga mereka pulang dari pertandingan melawan sekolah lain itu dengan membawa piala, piala kemenangan. Tak ayal, Reno banyak digilai cewek-cewek di sekolah terutama adek kelas. Dan, hal itu juga yang menjadikannya playboy. "Mau gimana lagi, Cha? Gue dikatain takut lawan dia tadi, ya nggak terima dong gue." jawab Adelia mengaduk-aduk jus melonnya dengan sedotan. "Tapi lo tau sendiri ka
Adelia mengeratkan pegangannya pada tas punggung yang ia gantung pada pundak kirinya. Ia menyipitkan matanya seketika sampai di pinggir lapangan. Pandangan Adelia lurus ke depan, di pinggir lapangan seberang sana. Rupanya Reno cs sudah stay di bangku yang berada di bawah pohon. Ya! Sekarang sudah waktunya pulang sekolah, murid-murid pun berbondong-bondong menuju parkiran. Friska juga telah pulang terlebih dahulu. Adelia pun menghembuskan nafasnya kasar kemudian berjalan santai di tengah lapangan untuk menghampiri Reno cs yang tengah berbincang kecil. Tak butuh waktu lama, Adelia sudah sampai di tempat mereka tentunya dengan wajah datar, "Eh, Adel tuh." gumam Ivan sembari menengok kearah Adelia, "Iya tuh Ren." tambah Sham. Reno yan
ADELIA membuka pintu kamarnya dengan wajahnya yang ditekuk. Ia lalu melepas tas dan jaketnya dan duduk di pinggiran kasur. Mengingat Reno cs yang songong itu Ia jadi kesal sendiri. Padahal kakak kelasnya yang menjadi idola cewek-cewek itu hanya mengajak dinner, tidak lebih. Apa susahnya? "Aduhh!! Gila gila gila!! Nyesel gue mau duel sama Reno tadi!! Tau kalah gitu mending nggak usah!!" gerutu Adelia sambil memukul-mukul sebuah bantal yang berada di pangkuannya. "Apaan lagi maksudnya dia bilang pengen deket sama gue? Ah~ Jangan-jangan dia suka lagi sama gue? What the fuck!!" tambahnya lagi sembari berdiri dan melempar bantal itu ke sembarang arah. "Ih geer banget ya gue? Biarin aja lah, mau dia suka kek sa
--Flashback On-- Saat itu, Lala dan Ichi tengah bermain basket bersama, tak lepas dari canda tawa yang keluar dari mulut mereka. Setiap Lala ingin memasukkan bola itu ke dalam ring, berkali-kali Ichi berhasil menggagalkannya. Hal itu membuat Lala pun semakin lama semakin cemberut. Gadis kecil itu melipat tangannya di bawah dada, memperhatikan Ichi yang begitu menikmati permainannya, "Main sendiri aja sana!" ketus Lala kemudian berbalik menuju undakan yang menjadi akses jalan masuk ke pintu utama. Lala duduk di undakan paling bawah, masih memperhatikan Ichi yang sepertinya tidak memperdulikannya. Tak berapa lama kemudian, Ichi pun berhenti bermain ba
Bintang. Satu objek yang menjadi perhatian Dicky saat ini di balkon apartemennya. Pemuda tampan itu mengadahkan kepalanya untuk melihat langit. Ribuan bintang bertaburan disana ditambah dengan bulan yang bersinar terang. Dicky memperhatikan bulan itu beberapa saat, tiba-tiba saja sosok wajah Lala saat tertawa muncul disana. Dicky pun tersenyum. Sudah 10 tahun ini Ia pergi meninggalkannya ke Paris, karena mengikuti sang Ayah yang katanya ingin mengembangkan bisnisnya disana. Dan selama itu juga Dicky tak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun. Karena Ia hanya menyukai satu gadis, gadis yang selalu berlari-lari di fikirannya, gadis yang Ia berikan kalung berliontin keong waktu kecil dulu, gadis yang tomboy namun cantik dan suka bermain basket. Dicky yakin sekali kalau gadis itu adalah cinta sejatinya. Ia berharap dia pun memiliki rasa yang sama dengannya, yaitu cinta.
Adelia berjalan dari arah dapur dengan kedua tangannya yang membawa segelas susu putih hangat. Gadis itu kini hanya mengenakan tanktop hitam yang dilengkapi dengan kemeja kotak-kotak dan celana hotpants dengan rambutnya yang tergerai. Gadis itu melangkah keluar rumahnya dan duduk di teras depan rumah. Ia kemudian meminum susu hangat itu perlahan-lahan. "Hmm enak!" gumamnya lalu meletakkan gelas itu di sampingnya. Adelia kemudian mengeluarkan handphone nya dari saku celana. Bersamaan dengan itu bunyi bbm tone tiba-tiba saja terdengar. Ia pun langsung menyalakan handphone nya dan membuka icon BBM pada layar utama.
SELAMA pelajaran Fisika Pak Judi, Adelia tidak berkicau seperti biasanya. Ia hanya diam, diam seribu bahasa, sebelah tangannya pun menopang dagunya dengan pandangan mata yang kosong. Dan kadang gadis itu senyum-senyum sendiri tidak jelas. Friska yang memang sedang sibuk mencatat pun tidak memperhatikan nya, Ia ingin fokus dengan pelajaran yang selalu menjatuhkan nilainya itu. Di fikiran Adelia saat ini hanya ada satu nama yaitu, Dicky, si pangeran kodoknya. Jujur, rasa rindunya kepada pemuda itu sedikit terobati. Baru sedikit ya? Belum sepenuhnya. Karena rindu itu akan benar-benar terobati kalau Ia sudah bertemu dengannya. Selama Ia remaja ini, tak pernah Ia memikirkan cowok manapun selain Dicky. Karena Adelia memang sudah menyukainya sejak kecil dan rasa itu masih abadi sampai sekarang ini. Bi
Hal itu spontan membuat Adelia pun melotokan matanya, "DICKYY!! INI KALI KEDUA YAA LO CIUM PIPI GUEE!! DASAR RESE" teriak Adelia dengan pipi merah padamnya sembari menoyor lagi kepala Dicky, namun berkali-kali. "Aduh duh~ Adell!! Lo kenapa sih suka banget noyor gue! Kalo kepala gue kenapa kenapa gimana? Mau tanggung jawab?" kata Dicky sembari menghentikan aktivitas Adelia dengan menahan pergelangan tangannya. "Lebay Lo, gitu doang juga!!" umpat Adelia sembari melepaskan cekalan tangan Dicky. "Hahhahaa!!" tawa Dicky. "Lagian Lo tuh ngapain sih, cium-cium gue! Ini sakral tau nggak! Yang