Share

Memancing

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2025-06-23 13:52:24

Wajah Roni memucat. Begitu juga dengan Arni yang langsung menunduk. Tidak berani menatap Nana yang tengah mengamati ekspresi mereka. Saat Roni menatapnya, Nana pura-pura terkejut. Wanita itu batuk sampai menyemburkan sedikit air yang diminumnya.

“Kok Maher bilang gitu sama Ayah?” tanya Nana pura-pura heran.

“Soalnya.”

“Maher salah paham saat melihatku dan Arni Dek. Posisi kami seperti berciuman padahal aku hanya membantu Arni memasang sabuk pengaman.” Roni buru-buru bicara.

“Nggak kok,” bantah Maher kesal.

“Sudah sayang. Nanti Maher ceritakan setelah pulang sekolah. Mama akan dengarkan,” kata Nana menengahi. Tidak sanggup menahan tawanya melihat wajah Arni kian pucat. Nana takut adik tirinya akan pingsan sekarang.

“Dek,” seru Roni memelas.

“Tenang saja Mas. Aku percaya padamu. Namanya juga anak kecil. Maher hanya butuh didengar. Nanti aku yang luruskan setelah dia cerita.” Nana mengusap bahu sang suami mesra. Mengambil tisu lalu mengusap dahi Roni yang berkeringat dingin.

Ia melirik Arni yang memandang mereka tajam. Saat pandangan mereka bertemu, Arni menunduk. Tidak berani menantang balik Nana.

“Terima kasih karena selalu percaya padaku Dek.” Roni memegang tangan Nana lalu mengecupnya mesra.

Rasanya sama seperti tadi malam. Sangat menjijikan. Nana berusaha menahan ekspresinya.

“Ya sudah kita lanjut sarapan. Nanti kalian terlambat.”

Sarapan pagi itu hanya diisi dengan celoteh anak-anak. Roni menanggapi dengan gaya lucunya. Tidak terpengaruh dengan kejadian sebelumnya dimana Maher hampir membongkar rahasia mereka. Usai sarapan, Nana membereskan meja makan. Membiarkan Roni menggendong Dinda.

“Oh ya Ar. Lebih baik mulai sekarang kamu naik motor punya Papa saja. Nanti biar aku yang antar.” Nana mengambil Dinda dari gendongan suaminya.

“Kenapa Mbak? Kan lebih cepat kalau Mas Roni yang mengantarku.” Arni keberatan.

“Iya Dek. Aneh banget kamu minta Arni berangkat sendiri.” Roni bangkit.

“Biar Maher nggak salah paham. Aku nggak mau Maher menganggap kalian berhianat di belakangku. Yah walaupun Maher belum paham dengan bahasa itu. Kalian setujukan?” tanya Nana santai.

“Oke aku setuju. Apapun akan aku lakukan agar kamu tidak salah paham.” Roni mengecup keningnya mesra.

Lagi-lagi Nana menatap Arni yang mengalihkan pandangannya. Inilah yang ia mau. Bermesraan di depan adik madunya agar Arni cemburu. Mereka keluar dari ruang makan. Arni masuk ke kamarnya dan menutup pintu hingga berdebum keras. Roni terlihat khawatir menatap pintu kamar istri mudanya. Namun begitu menatap Nana, ekspresinya berubah.

“Kamu masih punya waktu sebentar Mas?” tanya Nana lembut.

Roni melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Jam tangan hadiah dari Nana dengan ukiran nama mereka.

“Iya. Aku masih punya waktu. Kamukan yang selalu menyuruhku berangkat pagi agar tidak terburu-buru.” Roni mencubit hidung istrinya gemas. Nana hanya tersenyum. Mereka duduk di sofa.

“Sebentar lagi ulang tahun Mama. Kamu ingatkan?”

“Tentu saja aku ingat. Memangnya kenapa?” tanya Roni heran.

“Aku mau beli satu set perhiasan untuk Mama. Harganya tiga puluh juta.” Nana menunjukkan set perhiasan yang dimaksud.

Mata Roni membulat. Wajahnya gugup. Sepertinya dia bisa menebak apa yang diinginkan istrinya.

“Terus?”

“Tapi uangku bulan ini tinggal lima juta Mas. Aku mau minta tunjangan dan bonusmu agar kita bisa membeli hadiah untuk Mama. Coba lihat hpmu. Aku mau melihat saldo tabunganmu sekarang.” Nana menadahkan tangannya.

Roni terdiam. Bingung harus menjawab apa. Saldo tabungannya memang masih utuh bulan ini, tapi pria itu punya rencana lain untuk Arni. Dia bangkit. Berpikir cepat untuk mengarang alasan.

“Aku lupa kalau hari ini ada rapat Dek. Kita bicarakan nanti ya.” Pria itu mengambil tas kerja. Hendak mengambil tas Maher.

“Kalau begitu beri aku akses memeriksa mobile banking. Nanti aku buka sendiri di hpku.” Nana berdiri. Mengeluarkan hpnya lalu membuka aplikasi mobile banking.

“Nanti saja Dek.”

“Sekarang Mas. Aku harus membeli perhiasan Mama hari ini agar besok bisa diberi kertas kado. Lusakan ulang tahun Mama.” Nana mengulurkan hpnya.

Roni mengusap wajah pias. Dia terpaksa menuruti keinginan sang istri. Arni keluar dari kamar. Menatap mereka dengan pandangan yang sulit dibaca. Adik madu Nana itu duduk di sofa tunggal.

“Sudah. Kalau ada pertanyaan, simpan saat aku pulang nanti. Jangan berprasangka buruk. Oke?”

“Iya. Aku tidak pernah curiga padamu Mas.” Nana menyalami tangan suaminya.

Kemudian Maher menyalami tangannya. Ia mengantar suami dan si sulung ke garasi. Membuka pagar agar mobil Roni bisa keluar. Bersama Dinda yang masih berceloteh, mereka melambaikan tangan begitu mobil Roni keluar.

Senyum Nana pudar. Sudut bibirnya terangkat. Memandang sinis kepergian sang suami. Mbak Wiwin pulang saat Nana hendak menutup gerbang.

“Nanti aku titip Dinda ya Mbak. Aku mau mengantar Arni ke rumah kontrakan Papa lalu pergi ke toko emas.”

“Iya Mbak.”

Nana dan Mbak Wiwin masuk ke dalam. Mbak Wiwin berlalu ke dapur. Hendak menata barang belanjaan. Nana meletakan Dinda di karpet. Membiarkan bayinya bermain sendiri lalu duduk disamping Arni.

“Kamu belum janjian bertemu dengan dosen pengampu skripsikan Ar?” Nana meraih remote TV. Memilih chanel kartun yang aman untuk Dinda.

“Belum Mbak. Hari ini mau revisi dulu di perpustakaan,” jawab Arni santai. Ia tidak mau membuat kontak mata dengan kakak tirinya.

“Baguslah. Jadi aku bisa mengantarmu lebih siang sampai Mbak Wiwin selesai bekerja dan bisa menjaga Dinda.” Nana bersandar. Mengamati perut Arni yang tertutup dengan cardingan berwarna biru muda.

Baru ia sadari kalau pipi Arni lebih berisi. Sejak tinggal di rumah ini, Arni juga memakai pakaian panjang. Kaos longgar dan celana semata kaki. Dulu Nana mengira karena Arni bersikap sopan di rumah ini agar tidak memancing fitnah antara dirinya dan Roni. Namun baru Nana sadari sekarang kalau itu mungkin cara Arni untuk menutupi kehamilannya.

“Kamu lebih gemuk ya Ar. Padahal makanmu sedikit.” Pancing Nana.

Tubuh Arni menegang. Tangannya perlahan menurukan ponsel lalu memasukannya dalam tas.

“Hanya perasaan Mbak Nana saja. Mungkin aku lebih gendut karena sedang fokus membuat skrisi.” Arni bangkit. Menggendong tas kuliahnya.

“Aku tunggu di kamar ya Mbak. Mau istirahat dulu sebelum nanti sibuk di perpustakaan.” Tanpa menunggu jawaban Nana, Arni melangkah masuk ke kamarnya.

Begitu pintu tertutup, ekspresi Nana berubah. Ia menyilangkan tangan di depan dada. Menatap tajam pintu kamar Arni.

“Dasar pengecut. Ternyata dia tidak berani berhadapan langsung denganku.”

***

Nana hanya mengantar Arni ke rumah kontrakan orang tua mereka yang berada di komplek sebelah. Wanita itu melajukan mobilnya menuju toko emas terbesar di kota ini. Dia memarkirkan mobil. Nana tidak langsung turun. Ia mengambil hp. Membuka mobile banking untuk melihat saldo tabungan Roni.

“Hanya ada lima belas juta?” Nana menggeleng tidak percaya.

Ia hanya melihat satu set perhiasan Arni di rumahnya yang senilai tiga puluh juta. Kemana tunjangan dan bonus Roni selama ini? Jika suaminya berkelit untuk pengobatan papa tirinya, Nana tahu kalau biayanya tidak sampai puluhan juta. Sekarang papa tirinya kontrol dengan BPJS. Jika menebus obat yang bagus mungkin hanya dua sampai tiga juta.

“Apa Arni punya harta lain yang disembunyikan?” Nana menghela nafas. Ia menggeleng. Berusaha mengenyahkan pemikiran itu sekarang.

“Tidak masalah. Yang penting bonus bulan ini bisa aku kuasai. Toh besok Mas Roni gajian. Aku akan mentransfer bonusnya ke rekeningku.” Nana mengirim sisa tabungan ke rekeningnya lalu turun dari mobil.

Dia memilih gelang dan cincin senilai sepuluh juta untuk ibu mertuanya lalu masuk ke mobil. Sayangnya di perjalanan pulang, ban mobilnya tiba-tiba kempes. Nana berhenti di depan salah satu apartemen. Dia turun dari mobil. Ternyata ada paku yang tercecer di sepanjang jalan. Tidak hanya Nana, beberapa kendaraan lain juga terpaksa menepi karena ban yang kempes.

“Terus bagaimana denganku Mas? Aku juga mau beli perhiasan.”

Suara yang familiar itu membuat Nana menoleh. Ia melihat mobil Roni hendak memasuki wilayah apartemen itu.

“Apa yang mereka lakukan di sini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Memancing

    Wajah Roni memucat. Begitu juga dengan Arni yang langsung menunduk. Tidak berani menatap Nana yang tengah mengamati ekspresi mereka. Saat Roni menatapnya, Nana pura-pura terkejut. Wanita itu batuk sampai menyemburkan sedikit air yang diminumnya.“Kok Maher bilang gitu sama Ayah?” tanya Nana pura-pura heran.“Soalnya.”“Maher salah paham saat melihatku dan Arni Dek. Posisi kami seperti berciuman padahal aku hanya membantu Arni memasang sabuk pengaman.” Roni buru-buru bicara.“Nggak kok,” bantah Maher kesal.“Sudah sayang. Nanti Maher ceritakan setelah pulang sekolah. Mama akan dengarkan,” kata Nana menengahi. Tidak sanggup menahan tawanya melihat wajah Arni kian pucat. Nana takut adik tirinya akan pingsan sekarang.“Dek,” seru Roni memelas.“Tenang saja Mas. Aku percaya padamu. Namanya juga anak kecil. Maher hanya butuh didengar. Nanti aku yang luruskan setelah dia cerita.” Nana mengusap bahu sang suami mesra. Mengambil tisu lalu mengusap dahi Roni yang berkeringat dingin.Ia melirik A

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Peringatan

    “Kamu bicara apa sih Dek?” Roni membantah. Dengan tenang dia duduk disamping Nana.Pria itu mengangkat tangannya. Seolah menunjukkan perban yang tiba-tiba membelit pergelangan tangan kanannya. Nana tahu kalau Roni mengambil perban itu dari kotak P3K di mobil.“Lihat nih. Tadi tanganku nggak sengaja kena air panas waktu aku mau buat kopi. Jadi aku pergi ke apotek dua puluh empat jam lagi. Namun sampai sana apoteker menyuruhku periksa di klinik yang masih menyatu dengan apotek agar bisa diresepkan antibiotik. Ada beberapa orang yang sedang periksa. Jadi aku menunggu.” Roni menjelaskan kebohongannya dengan lancar. Mengalir begitu saja dari mulutnya.Nana berusaha mengatur wajahnya sebaik mungkin karena Roni terus menatapnya dengan pandangan menyelidik. Pria itu pasti sudah dengar alasannya tidak minum air yang disiapkan oleh Roni. Nana ingin berakting seapik mungkin seperti suaminya agar bisa mengambil semua hak yang sudah ia berikan pada Arni.“Oh begitu.” Nana mengangguk. Mengikuti per

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Permainan

    Nana tidak sanggup lagi melihat layer ponselnya. Dia menutup rekaman itu. Hatinya memang hancur berkeping-keping, tapi tidak ada lagi air mata yang membasahi pipinya. Jika menuruti kata hati, Nana ingin memanggil ketua RT dan para warga lalu menggerebek mereka. Menelepon mertuanya agar datang kesini dan menunjukkan kalau Roni selingkuh.Semua bukti yang Nana dapat sudah lebih dari cukup. Dia bisa berpisah dari Roni, mendapat semua harta dan hak asuh anak-anak. Namun melihat perhiasan di kamar Arni, Nana ingin mengambil semuanya. Akan ia buat suami dan adik tirinya berada di titik terendah karena berani bermain api di belakangnya.“Aku harus tahu rencana mereka.” Nana membuka rekaman lagi.Ternyata Arni dan Roni baru saja berhubungan. Mereka bersandar ke tempat tidur. Arni bersandar di dada Roni. Memakai selimut hingga ke dada. Memperlihatkan bahu yang terbuka.“Apa kamu sudah memberi obat tidur ke Mbak Nana?”“Dia tidur sebelum aku memberinya air berisi obat tidur.”“Bagaimana kalau M

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Kamera CCTV

    “Ma cium disini.” Maher menunjuk bibirnya.“Oke.” Nana mengecup sang putra cepat lalu mencium pipi gembil bayinya.“Kalau sama Mama dan Papa boleh, tapi Maher tidak boleh minta cium sama orang asing ya.” Nasihat Nana setiap kali Maher meminta ciumannya.“Kenapa Ma? Soalnya aku juga punya rahasia tentang itu.” Maher terkikik geli. Bocah itu mengayunkan kakinya pelan. Nana membantu Maher memakai sepatu. Posisi anaknya yang duduk di tempat tidur membuatnya lebih mudah membantu sang anak.“Rahasia sama temannya Maher ya?” tanya Nana penasaran. Bocah itu hanya menggeleng sambil tertawa. Lalu pergi ke ruang tengah untuk menonton TV.Nana teringat percakapannya dengan Maher beberapa hari lalu. Melihat adegan mesra di depan matanya, Nana yakin inilah rahasia yang dimaksud Maher. Meskipun dadanya terasa sangat sesak, tidak ada air mata yang mengalir. Dia sudah menumpahkan semuanya tadi malam. Nana bertekat tidak akan menangisi pria brengsek seperti Roni.Berbagai rencana tersusun di kepalanya.

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Firasat

    “Apa yang kamu lakukan Mas? Kenapa kamu keluar dari kamar Arni?” Nafas Nana memburu. Wajah Nana memerah karena marah dan cemas. Semua pikiran buruk menghantui kepalanya.Nana berusaha berpikir positif, tapi tidak bisa. Di tengah keremangan malam, dia tidak bisa memperhatikan bagaimana kondisi Roni sekarang. Apakah dia memakai baju lengkap? Apakah Roni kelelahan dan lain-lain? Dia ingin memastikan kalau pikiran buruknya tidak terbukti. Nana merasa jantungnya berdebar-debar saat berusaha memastikan keadaan Roni“Kamu salah paham Na.” Roni menekan saklar.Terangnya lampu membuat Nana bisa melihat semuanya dengan jelas. Roni berpakaian lengkap. Wajah pria itu terlihat khawatir. Ia mendekati sang istri lalu memegang tangan Nana erat. Nana merasa sedikit lega saat melihat Roni berpakaian lengkap“Jawab aku. Kenapa kamu keluar dari kamar Arni tengah malam seperti ini?” Suara Nana bergetar. Matanya berkaca-kaca. Siap menumpahkan air mata.“Saat aku keluar cari minum di atas, aku dengar Arni m

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Mas Roni

    “Bagaimana kalau aku menikah lagi Dek?” tanya Roni pada sang istri yang sibuk mengambil baju kotornya dari koper.Nana menghentikan gerakannya. Dia menoleh dengan kening mengernyit heran. Dadanya berdegup kencang, seolah ada gendang yang bertalu di dadanya. Nana merasa gelisah.“Kamu serius Mas?” Nana berusaha menahan getar dalam suaranya.Dia melihat pantulan diri di cermin. Matanya sudah berair. Wajahnya menyimpan bara amarah yang siap meledak jika perkataan Roni menjadi kenyataan.“Kamu tahu sendiri seperti apa sifatku Mas? Kalau kau benar-benar menikah lagi, kau tahu apa konsekuensinya,” jawab Nana ketus.Roni meneguk ludahnya gugup, merasa takut akan reaksi Nana. Pria itu paham sekali bagaimana sifat sang istri. Nana adalah orang yang lembut, ramah dan pengertian. Namun wanita itu tidak suka jika ada yang mengusik keluarganya. Nana akan berubah jadi orang yang pemarah dan mengeluarkan semua emosinya secara membabi buta.“Aku bercanda Dek.” Roni mengalihkan pandang ke jendela yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status