Share

Permainan

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2025-05-01 14:52:50

Nana tidak sanggup lagi melihat layer ponselnya. Dia menutup rekaman itu. Hatinya memang hancur berkeping-keping, tapi tidak ada lagi air mata yang membasahi pipinya. Jika menuruti kata hati, Nana ingin memanggil ketua RT dan para warga lalu menggerebek mereka. Menelepon mertuanya agar datang kesini dan menunjukkan kalau Roni selingkuh.

Semua bukti yang Nana dapat sudah lebih dari cukup. Dia bisa berpisah dari Roni, mendapat semua harta dan hak asuh anak-anak. Namun melihat perhiasan di kamar Arni, Nana ingin mengambil semuanya. Akan ia buat suami dan adik tirinya berada di titik terendah karena berani bermain api di belakangnya.

“Aku harus tahu rencana mereka.” Nana membuka rekaman lagi.

Ternyata Arni dan Roni baru saja berhubungan. Mereka bersandar ke tempat tidur. Arni bersandar di dada Roni. Memakai selimut hingga ke dada. Memperlihatkan bahu yang terbuka.

“Apa kamu sudah memberi obat tidur ke Mbak Nana?”

“Dia tidur sebelum aku memberinya air berisi obat tidur.”

“Bagaimana kalau Mbak Nana bangun dan mencarimu?” Arni khawatir. Wanita itu bangkit dengan siku yang bertumpu ke kasur.

“Tenang saja. Nana tidak akan curiga. Aku sudah menyalakan lampu kamar mandi. Dia pasti mengira aku sedang disana. Lalu Nana akan meminum air itu dan terlelap sampai pagi.”

“Syukurlah.” Arni bersandar lagi ke dada suaminya.

“Aku mau beli perhiasan baru Mas. Harganya lima puluh juta.”

Tangan Nana mengepal erat. Semudah itu Arni meminta perhiasan mahal pada suaminya. Sedangkan dia selalu menahan diri untuk kebutuhan rumah dan anak-anak. Walaupun gaji Roni yang diberikan dua puluh juta, tapi Nana selalu mengatur keuangan sebaik mungkin agar punya uang dingin untuk tabungan di masa depan. Namun Arni dengan mudah meminta semua itu pada Roni.

“Bulan depan ya. Bonusku bulan ini hanya dapat lima belas juta.”

“Ambil saja dari tabungan Mbak Nana. Dia tidak akan curiga.” Arni merajuk dengan nada manja.

Rasanya Nana ingin muntah. Baru ia sadari kalau Arni kerap bersikap manja pada Roni di depannya. Roni juga tidak segan memuji Arni seperti melontarkan kata lucu atau menggemaskan.

“Nana selalu melihat saldo dan mencetak bukunya di bank. Tidak mungkin aku mengambil uang tabungan kami.”

“Kalau begitu minta pada ibumu. Bilang saja seperti dulu. Untuk memberi kejutan pernikahan pada Mbak Nana.”

“Ide bagus sayang.”

Tawa mereka sangat memuakan di telinga Nana. Jadi pria itu pernah berbohong pada ibunya demi mengabulkan keinginan Arni.

“Kapan kamu akan mengakui pernikahan kita? Aku ingin kamu meresmikan penrikahan kita secepatnya.”

Dada Nana berdebar kencang. Pernikahan?

“Sabar sayang. Kamu tahu sendiri alasanku merahasiakan pernikahan kita bahkan dari keluargaku sendiri. Ibu tidak akan setuju. Dia bisa menghibahkan semua bagianku pada Nana.”

“Masa aku harus menunggu ibumu pergi selamanya?” tanya Arni ketus. Kepalanya menjauh. Rebah di bantalnya sendiri.

“Ya mau bagaimana lagi. Sabar ya. Ada saatnya kita bisa mengumumkan hubungan ini.”

“Aku lelah Mas. Untuk berhubungan denganmu saja harus diam-diam seperti ini atau pergi ke tempat lain agar tidak dicurigai Mbak Nana. Aku ingin menunjukkan pada dunia kalau aku juga istrimu.”

“Iya aku paham. Kamu sabar dulu. Aku akan pikirkan caranya.” Roni mengecup Arni cepat.

Sepertinya mereka akan melakukan ronde kedua. Nana menutup rekaman. Ia mengacak sedikit rambutnya. Seolah baru bangun tidur lalu turun ke bawah. Begitu menginjakan kaki di lantai satu, terdengar suara yang sangat menjijikan.

“Suara apa itu?” Nana mengeraskan suaranya.

Derap langkahnya cepat menuju kamar Arni. Dia mengetuk pintu tiga kali lalu berkata. “Arni apa yang kamu lakukan.”

Suara menjijikan tadi langsung lenyap. Nana tersenyum sinis. Dia senang bisa membubarkan kenikmatan di tengah jalan. Rasanya pasti menyakitkan.

“Arni,” panggil Nana lagi.

Tidak ada jawaban dari dalam. Ia mundur lalu membuka kamar Maher.

“Mas Roni juga tidak ada disini. Dia kemana sih?” Lagi-lagi ia bicara keras agar suami dan adik tirinya mendengar.

Nana duduk di sofa. Melihat rekaman CCTV lagi. Arni dan Roni duduk dalam diam. Wajah mereka memerah dan tegang. Bibir mereka bergerak saling berbisik. Nana tidak bisa mendengar suaranya.

Roni memakai bajunya lalu sembunyi di kamar mandi. Setelah memastikan Roni menutup pintu, Arni memakai bajunya. Wanita itu berjalan menuju pintu. Nana menutup rekaman kamera CCTV. Tidak lama kemudian suara pintu terbuka terdengar.

“Kenapa Mbak Nana memanggilku?” Arni pura-pura menguap.

“Aku hanya ingin bertanya kalau kamu melihat Mas Roni. Dia tidak ada di lantai dua maupun di bawah.”

“Mungkin Mas Roni keluar karena ada barang yang mau dibeli,” jawab Arni gugup.

“Kamu sakit lagi? Mungkin kamu minta Mas Roni membelikan obat seperti kemarin.”

“Nggak Mbak.” Arni menggeleng.

“Aku baik-baik saja dan tidak minta tolong Mas Roni. Mbak Nana naik saja. Nanti Mas Roni juga pulang.” Arni menutup pintu lalu duduk disampingnya.

“Aku mau tunggu Mas Roni disini. Kamu saja yang tidur dulu. Bukannya kamu sibuk ke kampus buat menyusun skripsi dan bimbingan ke dosen?” Nana menyunggingkan senyum manisnya. Berusaha bersikap biasa saja. Seolah dia belum mengetahui apapun.

“Ya sudah aku masuk dulu. Mbak Nana nggak ambil minum? Biasanya mudah haus kalau baru bangun.” Arni menatapnya curiga.

“Tadi sudah minum di dapur lantai dua. Sebenarnya sudah ada air yang disediakan Mas Roni, tapi saat akan minum aku tidak sengaja tersandung lalu menumpahkannya. Jadi aku mengambil air lagi di dapur.”

“Oh begitu.” Arni mengangguk kikuk.

“Aku masuk dulu Mbak. Kamu juga jangan begadang. Sebentar lagi Mas Roni pasti pulang.”

“Iya Ar.”

Arni masuk kamarnya. Nana berusaha menahan tawa melihat wajah adik tirinya yang panik.

“Ah. Sekarang dia tidak hanya adik tiri, tapi juga adik maduku.” Nana menghela nafas pahit. Cepat sekali ekspresinya berganti.

Mereka sudah menikah. Entah sejak kapan. Itu berarti mungkin papa tirinya juga terlibat. Tidak mungkin Arni menikah menggunakan wali hakim saat papanya masih hidup.

“Apa Ibu juga tahu?” gumam Nana bertanya-tanya.

Nana akan sangat terluka jika ibunya tahu serta mendukung pernikahan Roni dan Arni. Meskipun selama ini sang ibu selalu membelanya saat berselisih dengan papa dan adik tirinya.

***

Sudah satu jam Nana menunggu. Roni belum keluar dari kamar Arni. Wanita itu memantau mereka dari kamera CCTV. Di sisi lain, ia terus berpikir bagaimana caranya mendapat uang pribadi Roni agar pria itu tidak memberikan bonusnya pada Arni.

Ia mendengar derit pintu yang perlahan dibuka lalu ditutup. Arni mengintip untuk yang kesekian kalinya. Dari rekaman, Nana melihat perdebatan mereka.

“Kamu alihkan perhatian Nana sekarang. Aku tidak mau dia semakin curiga.” Suara Roni cukup keras hingga terdengar di rekaman.

“Aku nggak mau. Justru dia akan curiga kalau aku memaksanya naik. Sudah biarkan saja. Nanti Mbak Nana akan ketiduran lalu kamu bisa keluar. Pura-pura bangunkan dia. Lebih baik kamu pikirkan sekarang alasan  yang tepat saat Mbak Nana bertanya.”

Roni mengacak rambutnya kesal. Mereka terpaksa menunggu di kamar Arni. Alih-alih menemani sang suami yang masih terjaga, Arni memilih tidur lebih dulu. Nana tertawa melihat tampang kesal Roni.

Detik demi detik berlalu. Berubah menjadi menit. Lalu berubah lagi menjadi jam. Tidak terasa dua jam berlalu lagi. Roni masih terjaga. Pria itu bolak-balik membuka pintu. Melihat apakah dirinya sudah naik atau belum.

“Kapan Nana akan naik?” Bisik Roni cukup keras. Pria itu menutup mulutnya karena kelepasan bicara.

“Mas Roni.” Nana berbalik. Menangkap basah suaminya yang langsung menutup pintu. Dia menahan tawanya. Rasanya menyenangkan membuat sang suami ketakutan.

“Perasaan tadi aku mendengar suara Mas Roni.” Nana bicara keras lagi.

“Kemana sih dia? Pergi berjam-jam tanpa membawa hp.”

Kali ini, Nana berbaring di sofa. Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Dia membuka pekerjaannya sebentar. Saat itulah, Roni keluar dari kamar Arni. Berjalan mengendap-endap ke ruang tamu. Nana mendengar semuanya. Namun dia pura-pura tidak tahu. Nana akan mengikuti permainan Roni.

Terdengar suara pintu depan yang dibuka lalu ditutup. Roni masuk dengan percaya diri. Nana bangkit. Menatap suaminya marah.

“Kamu kemana saja Mas? Kenapa keluar malam-malam seperti ini? Apa kamu selingkuh?” tanya Nana beruntun.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Target

    Tubuh Arni seketika tegak membaca pesan itu. Dia menggigit jarinya panik. Satu hal yang Arni sadari sekarang kalau dia tidak bisa memanfaatkan konglomerat itu lagi. Denting pintu lift yang terbuka di lobby menyandarkan Arni dari pikirannya. Wanita itu segera keluar dari lift. Berjalan melewati beberapa polisi yang berjaga di pintu depan. Seperti yang Mita katakan tadi.“Aku harus segera memesan taksi online,” gumam Arni begitu ia sudah tiba di teras.Setelah mendapat taksi online pesanannya, Arni juga memesan jasa pindahan sekarang juga. Itu adalah rumah Danu. Sudah pasti akan diperiksa. Arni tidak ingin terlibat dulu dengan Danu yang bisa membuatnya ikut terseret dalam masalah ini.Arni masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini dia memesan hotel yang akan di tempati selama tiga hari ke depan kemudian mencari rumah kontrakan yang bisa dihuni secepatnya. Dia menyimpan beberapa alamat sekaligus.Suara klakson mobil yang berbunyi membuat Arni memasukan ponselnya. Dia segera masuk ke mobil.

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Tamu Danu dan Arni

    Arni melangkahkan kakinya dengan percaya diri masuk ke perusahaan. Derap langkahnya cepat. Menyusuri lorong menuju lift lalu segera masuk tepat setelah pintu lift terbuka. Hanya ada dua orang karyawan yang masuk bersamanya. Salah satu dari mereka menekan nomor lantai yang ditempati divisi marketing. Sedangkan Arni menekan nomor lantai ruang manajer yang berada tepat di bawah nomor lantai yang ditempati CEO.Dua karyawan di belakang Arni berbincang santai tentang pekerjaan. Sedangkan Arni mengetuk kaki kirinya berulang kali. Tidak sabar ingin segera sampai di ruangan Danu. Ia menaikan tas ke bahunya. Selain ponsel dan dompet, Arni juga memasukan surat dan foto-foto yang dikirim Nana.“Eh kamu tahu nggak kalau gossip Pak Danu selingkuh,” kata salah satu karyawan yang terdengar nyaring dan cempreng.“Iya. Padahal Pak Danu terdengar sangat setia. Ternyata dia bisa selingkuh juga, tapi kabar kalau petinggi perusahaan selingkuh itu sudah biasa di kalangan pekerja seperti kita. Aku justru me

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Rumah Sania

    “Kamu serius?” tanya Nana tidak percaya. Menatap Andra dengan getar ketakutan yang terasa kuat sekali.“Iya,” jawab Andra sambil mengangguk.“Apa para preman itu sudah tahu kalau Sania membantuku?” Nana meremas tangannya khawatir. Dia tahu ada sepuluh pengawal dan dua satpam dalam rumah Sania. Namun tetap saja Nana tidak bisa menyingkirkan rasa khawatirnya.‘Bagaimana jika mereka membawa senjata tajam atau senjata api?’ Batin Nana bergejolak.“Alasannya bukan karena kamu Na,” balas Andra tenang. Pria itu memberikan segelas air mineral yang selalu tersaji di meja ruang tamu pada Nana.Nana menerimanya. Meminum air mineral hingga tandas. Menurunkan rasa gugupnya yang mulai menguar.“Hah? Aku tidak mengerti? Bukannya kalau para preman itu mengepung rumah Sania, itu karena Sania membantuku ya?” tanya Nana heran.“Sepertinya para preman itu belum tahu keterlibatan Sania karena tidak menemukan bukti apapun saat kau menyusup masuk ke rumah sahabatmu lewat jalan belakang. Alasan rumah Sania d

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Kabar Buruk

    Andra duduk di ruang tamu minimalis rumah kontrakan itu. Bu Ningsih duduk di sampingnya dengan mata berbinar. Memandang Andra kagum. Sebagai orang yang dulu pernah menjalankan perusahaan bersama mantan suaminya, Bu Ningsih tentu tahu siapa sosok Andra yang kini datang untuk menemui anak bungsunya.Seorang pengusaha muda yang menduduki jabatan CEO. Bu Ningsih sudah mendengar kabar kalau Andra fokus menjalankan perusahaan yang ada di Yogyakarta. Untuk sementara waktu perusahaan di Jakarta dipegang oleh adiknya.Wanita paruh baya itu tahu kalau dulu Roni bekerja di perusahaan Andra. Kemudian Roni terjerat kasus korupsi saat Nana mengajukan gugatan cerai. Itu juga terjadi karena Andra yang melaporkan Roni dan beberapa karyawan lain atas dugaan kasus korupsi.Entah bagaimana prosesnya hingga Andra bisa mengenal Nana. Namun Bu Ningsih sangat senang andai bisa menjodohkan mereka. Ia akan punya menantu kedua CEO dan menantu pertama dokter spesialis. Betapa beruntungnya hidup Bu Ningsih. Semua

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Dipaksa Rujuk

    “Hah. Kenapa aku harus menemui Mas Roni lagi? Bukankah sudah jelas kalau aku tidak ingin bertemu dengannya jika bukan karena urusan anak-anak?” tanya Nana kesal.Di depannya duduk Bu Ningsih yang sedang memangku Dinda. Menonton TV bersama anak-anak di rumah kontrakan Bu Ningsih yang minimalis. Dindingnya bercat abu-abu. Ada gerobak untuk warung kecil Bu Ningsih dihalaman depan. Selama ini gerobak itu mampu membuat Bu Ningsih memiliki uang jajan sendiri selain uang kiriman dari anak-anaknya.Walaupun bentuk rumah ini minimalis dengan ruang tamu dan dua kamar tidur serta dapur dan kamar mandi kecil di bagian belakang, tapi semua perabotan yang ada dalam rumah ini tergolong cukup mahal. Suami Tari, Deni, memberikan banyak barang bagus untuk mertuanya. Hubungan mereka juga sudah membaik sejak Bu Ningsih berpisah dari Pak Indra.Setelah berhasil menangkap beberapa preman yang mengintai kemudian menerobos rumahnya, detektif memastikan jika sisa pelaku aman dalam pengawasan mereka. Detektif

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Paket

    Suasana pagi di rumah Arni masih temaram karena belum ada orang yang bangun. Pak Indra dan Arni masih terlelap di kamar mereka masing-masing. Walaupun jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Pak Indra yang semalam begadang untuk menonton pertandingan sepak bola. Sedangkan Arni yang baru pulang jam enam pagi setelah melayani klien yang sudah lama tidak ia temui.Klien itu adalah klien pertama setelah kontraknya selama sebulan dengan Pak Lucky selesai. Pak Lucky tidak masalah dengan Arni yang berhubungan dengan pria lain. Terutama karena klien kedua Arni punya jabatan dam kedudukan yang lebih tinggi. Setelah itu, Arni hanya mendapat pelanggan receh. Susah sekali mencari klien yang berasal dari kalangan konglomerat.“Permisi. Apakah ada orang di dalam?” Seorang pria yang memakai jaket hitam mengetuk rumah Arni tiga kali. Memanggil pemilik rumah yang masih terlelap.“Tolong buka pintunya.” Pria itu bicara lagi. Terus mengetuk pintu dengan jeda tertentu.Di kamarnya, Arni menggeli

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status