Share

Bab 6

Author: Deandra
Richelle pulang larut malam. Di perjalanan turun hujan deras. Ketika tiba di rumah, seluruh tubuhnya sudah basah kuyup.

Begitu membuka pintu, Dave sudah pulang. Richelle sama sekali tidak menoleh ke arahnya dan langsung berjalan ke lantai atas. Baru saja sampai di tangga, tubuhnya tiba-tiba diselimuti oleh handuk dari belakang.

Suara Dave terdengar khawatir. "Kenapa nggak suruh aku jemput? Kamu sampai basah begini."

'Kalau aku minta kamu datang, kamu akan datang?' Kilatan sinis melintas di mata Richelle. Dia menepis tangan Dave dan naik ke lantai atas.

Setelah mandi dan keluar dari kamar mandi, Richelle melihat Dave sedang meniup segelas teh jahe agar tidak terlalu panas.

Sebenarnya Dave adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Kalau tidak, mana mungkin selama lebih dari sepuluh tahun ini Dave begitu memperhatikannya, sampai-sampai Richelle sendiri tidak bisa membedakan antara rasa tanggung jawab dan cinta.

Begitu melihatnya keluar, Dave menarik Richelle duduk di tepi tempat tidur, lalu menyuapinya satu demi satu sendok. "Panas nggak? Cepat habiskan. Sebentar lagi kita akan menikah, jangan sampai kamu flu di waktu seperti ini."

Richelle menunduk, diam, dan meneguk habis minumannya. Ketika menatap punggung Dave yang keluar dari kamar, hatinya terasa hampa.

'Dave, seperti yang kamu mau, nggak akan ada pernikahan lagi ....'

Keesokan harinya, Richelle pergi ke kantor imigrasi untuk mengurus visa. Begitu keluar dari gedung, dia berpapasan dengan Dave dan para mahasiswa magangnya.

Dave melihat ke arah Richelle keluar, lalu sedikit mengerutkan kening. "Ngapain kamu ke sini?"

Richelle menjawab dengan tenang, "Ada anggota band yang mau ke luar negeri, aku bantu urus."

Dave tidak menanyakan lebih jauh. Bagaimanapun juga, dia tak pernah membayangkan kalau orang yang sebenarnya akan ke luar negeri itu adalah Richelle sendiri.

Salah satu mahasiswa magang berkata, "Hari ini kami mau makan bareng, Bu Richelle ikut juga ya."

Dave menambahkan, "Ayo, nanti kita pulang bareng."

Akhirnya, mereka makan di sebuah restoran hotpot. Richelle sempat melirik Dave. Karena dulu, setiap kali dia mengajak Dave makan hotpot, Dave selalu menolak dengan alasan baunya terlalu kuat.

"Aneh juga ya, biasanya Dokter Dave nggak suka tempat begini," ujar salah satu asisten sambil menyilangkan tangan. "Ini karena Stevie suka makan. Apa pun yang Stevie mau, mau itu hotpot, seblak, jajanan pinggir jalan, Dokter Dave pasti temani."

Richelle menunduk dan tersenyum getir, tak mengatakan apa pun.

Begitu duduk, mereka langsung menempatkan Dave dan Stevie bersebelahan, lalu seolah-olah baru sadar akan kehadiran Richelle. "Ah, maaf, Bu Richelle, aku lupa kamu ikut. Soalnya biasanya Dokter Dave selalu duduk bareng Stevie waktu makan bareng begini. Kamu nggak marah, 'kan?"

Rasa perih halus menjalar di dadanya. Richelle menggeleng pelan dan duduk di seberang mereka. Dari sana, dia bisa melihat jelas Dave yang membantu Stevie mengenakan celemek, mencampurkan bumbu sesuai seleranya. Pria itu tidak makan, hanya sibuk menyiapkan makanan untuk pujaan hatinya.

Richelle menggenggam sumpit erat-erat dan menunduk menatap mangkuknya.

Dave akhirnya menyadari keheningannya, lalu mengambilkan makanan secara asal dan menaruhnya di mangkuk Richelle. "Makan yang banyak."

Melihat potongan konyaku di mangkuknya, Richelle tersenyum pahit dan menyingkirkannya ke samping. Sejak kecil Richelle alergi parah terhadap konyaku, bahkan nyaris kehilangan nyawa karenanya. Sayangnya, Dave sudah melupakannya.

Selama makan, Richelle terus menunduk, tak menatap mereka sedikit pun. Sampai akhirnya, Stevie tiba-tiba bersuara, "Bu Richelle, kalungmu indah sekali. Boleh aku lihat sebentar?"

Richelle refleks memegang kalung di dadanya erat-erat dan hendak menolak, tetapi orang yang duduk di sebelah langsung meraih dan menarik kalung itu dari lehernya secara paksa. "Bu Richelle nggak mungkin pelit begitu, lihat saja."

Richelle mengulurkan tangan untuk menghentikan orang itu, lalu memandang Dave sambil berseru, "Nggak boleh!"

Dave tampak tidak senang karena Richelle membentak begitu keras. Alisnya berkerut. "Cuma kalung doang, kenapa sih? Biar Stevie lihat sebentar, apa salahnya? Sebelumnya aku bilang apa ke kamu?"

Bagaimana bisa pria ini tega menyebut hal seperti itu? Richelle menatapnya ketika Dave mengulurkan tangan untuk mengambil kalung itu untuk diberikan kepada Stevie. Dia berusaha merebutnya kembali.

Melihat itu, Stevie juga ikut mengulurkan tangan. Dia berpura-pura menolak. "Kalau Bu Richelle nggak kasih, ya sudah."

Namun, setelah ucapan itu dilontarkan, kalung itu terlepas dari tangan mereka dan jatuh ke panci panas hingga menyipratkan kuah ke tangan mereka.

Richelle panik dan hendak segera mengambilnya, tetapi jarinya langsung tersengat panas mendidih. Rasa sakitnya begitu tajam, seolah-olah jari-jarinya terpotong.

Biasanya dalam keadaan seperti ini, Dave akan segera menolongnya. Namun kali ini, saat Richelle mencari sosoknya dalam kepanikan, yang dia lihat justru Dave sedang memegang tangan Stevie yang sedikit melepuh, meniupnya dengan lembut.

Melihat Stevie hampir menangis, Dave langsung membawanya ke rumah sakit, bahkan tak sedikit pun menoleh pada Richelle yang hampir pingsan karena kesakitan.

Ketika Richelle akhirnya bisa kembali bernapas dengan tenang, restoran hotpot itu hampir tutup. Dia meminta staf restoran untuk membantu mengambil kalungnya dari panci. Setelah berhasil, Richelle membuka liontin yang penuh minyak itu. Abu di dalamnya sudah seluruhnya larut ke dalam kuah.

Richelle terduduk di lantai, memeluk kalung itu erat-erat, dan menangis pilu di restoran yang sunyi. Suaranya parau dan putus asa.

Seumur hidup ini, Richelle tidak akan pernah memaafkan Dave lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 20

    Saat Richelle membantu Stanley turun dari lantai atas, Dave berjalan masuk dengan penampilan yang berantakan. Dia terpaku menatap Richelle dari bawah tangga.Pemandangan itu terasa sangat familier. Dulu, Richelle juga sering membantu Stanley turun tangga seperti ini. Dalam sekejap, Dave merasa semua yang terjadi sebelumnya hanyalah mimpi, bahwa Richelle masih di sini, bahwa tidak ada yang berubah, bahwa mereka masih punya masa depan bersama.Kalau dulu, Richelle pasti akan langsung menatapnya, tersenyum, dan menyapanya dengan lembut. Namun kenyataannya, tidak peduli seberapa tajam pun pandangan Dave tertuju padanya, Richelle kini memperlakukannya seperti udara.Segalanya memang sudah terjadi. Dia tidak akan kembali. Mereka memang tidak mungkin bersama lagi.Kesadaran itu membuat dada Dave seolah-olah tertusuk oleh pisau tak kasatmata. Setiap tarikan napas terasa menyayat hati.Saat makan malam, Dave duduk di hadapan Richelle. Tatapannya tak terlepas darinya, bahkan dia sempat ingin men

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 19

    Seperti biasanya, Ryker mengantar Richelle pulang. Namun entah kenapa, malam itu terasa berbeda baginya.Saat turun dari mobil, Ryker menyerahkan sebuah kotak hadiah kepadanya. "Hadiah ulang tahun."Dari gerbang kompleks menuju ke lobi apartemen, langkah kaki Richelle sedikit lebih cepat dari biasanya. Dia tidak sabar ingin segera membuka hadiah itu.Namun, begitu sampai di bawah, pandangannya tiba-tiba membeku. Dave berdiri di sana.Pria itu berdiri agak jauh, menatapnya. Di tangan Dave ada kue dan sebuah hadiah. Dia berjalan mendekat perlahan, lalu dengan gugup menyerahkan kotak di tangannya.Suaranya serak saat berkata, "Selamat ulang tahun, Richelle. Aku pernah bilang, setiap kamu ulang tahun, aku akan menemanimu. Syukurlah, kali ini aku nggak terlambat."Memang benar, dulu setiap ulang tahun Richelle, Dave tidak pernah absen. Bahkan ketika sibuk dengan jadwal operasi seharian, Dave tetap akan menyempatkan diri datang dan merayakannya bersamanya, meskipun itu berarti Dave harus ber

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 18

    Setelah mengantar Helan pulang, Richelle kembali ke rumahnya. Selesai mandi dan mengganti pakaian, dia berbaring di tempat tidur. Namun, begitu mengingat kata-kata cinta yang keluar dari mulut Dave, dia tak bisa menahan diri dan kembali tertawa.Dave bilang mencintainya. Pria itu benar-benar merendahkan arti dari kata "cinta".Keesokan harinya, tidak ada jadwal pertunjukan. Latihan yang seharusnya dilakukan juga dibatalkan. Richelle membaca pengumuman di grup, lalu meletakkan ponselnya di samping, menatap langit-langit. Dia baru sadar selain latihan dan tampil, dirinya sepertinya tidak punya hal lain untuk dilakukan.Ketika rasa hampa itu baru saja muncul, Ryker menelepon. "Hari ini nggak ada latihan, 'kan? Aku jemput kamu, kita jalan-jalan."Richelle berpikir sebentar. Karena memang tidak ada yang perlu dikerjakan, akhirnya dia menyetujui. Dia bangkit perlahan dari tempat tidur, menyiapkan diri, dan turun. Saat sampai di bawah, Ryker sudah menunggu di depan.Dia sedikit tertegun, lalu

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 17

    Richelle berhenti dan berbalik. Suaranya datar saat bertanya, "Apa Paman Stanley yang menyuruhmu mencariku?"Karena selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain.Dave tertegun mendengar itu, lalu buru-buru menjelaskan dengan panik, "Bukan ... aku sendiri yang ingin mencarimu.""Apa yang kamu mau?" Richelle mundur selangkah, nada suaranya dingin.Melihat wajah Richelle yang asing dan berwaspada, hati Dave terasa seperti disayat. Pahit dan sesak memenuhi dadanya. Matanya dipenuhi kesedihan dan permohonan. "Richelle ... ayo ikut aku pulang. Aku ....""Mau balas budi lagi?" sela Richelle dengan tatapan dingin. "Nggak perlu. Kalian sudah melunasi budi itu. Pergilah. Kita sudah lama nggak saling berutang apa pun."Setelah berkata begitu, dia melangkah melewatinya dan hendak pergi, tetapi pergelangan tangannya tiba-tiba ditangkap oleh tangan besar."Bukan untuk balas budi!" Dave buru-buru menahannya. Suaranya penuh kecemasan. "Aku cuma benar-benar ingin kamu kembali. Aku terlalu bodoh. S

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 16

    Karena orangnya terlalu banyak, mereka pun dibagi menjadi dua mobil. Richelle dan Helan naik mobil Ryker, sementara yang lain memanggil taksi sendiri.Karena mudah mabuk perjalanan, Richelle duduk di kursi penumpang depan. Sementara di kursi belakang, Helan masih sibuk melihat ke luar jendela sambil berseru riang, "Cowok tadi ganteng banget ya! Walaupun kelihatan agak lesu, tetap saja ganteng! Aku ingin minta kontaknya deh!"Richelle diam saja tanpa menanggapi. Ryker yang memperhatikan keheningannya justru menimpali, "Sudah deh, kamu bisa diam nggak? Orang yang kamu bilang ganteng itu paling nggak sudah 99 dari 100 orang yang kamu lihat. Aku juga heran gimana cara matamu bekerja."Seketika, perhatian Helan langsung teralihkan. Dia malah sibuk berdebat dengan Ryker, melupakan Dave sepenuhnya.Sementara itu, Richelle menatap ke luar jendela, melihat bayangan pepohonan yang bergeser cepat ke belakang. Di benaknya terus terngiang suara Dave tadi. Dalam suaranya tidak ada sedikit pun nada t

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 15

    Setelah operasi selesai, Richelle tinggal di rumah sakit selama beberapa hari sebelum akhirnya keluar. Suaranya pun pulih seperti sedia kala.Secara kebetulan, dia kemudian bergabung dengan sebuah band, di mana ada seorang gadis muda bernama Helan yang sangat menyukainya. Bahkan Helan yang mengajaknya masuk ke band itu.Karena Richelle sudah berpengalaman, tak lama kemudian mereka mendapat kesempatan untuk tampil dalam sebuah pertunjukan kecil di sebuah bar.Setelah setahun tak naik ke panggung, Richelle merasa menemukan dirinya kembali. Dia menjadi lebih sering tersenyum.Selesai pertunjukan, Richelle masih terbawa suasana. Hingga saat berjalan ke belakang panggung, dia mendengar Helan tiba-tiba berteriak, “Kak? Kenapa kamu datang ke sini? Bukannya kamu nggak pernah mau nonton penampilanku?”Richelle menunduk, memperhatikan langkahnya tanpa mengangkat kepala, sampai sebuah suara yang sangat familier terdengar. “Tenang saja, aku bukan datang buat nonton kamu.”Dia tertegun sejenak, lal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status