Share

Bab 5

Penulis: Deandra
Saat membuka mata lagi, Richelle sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Seluruh tubuhnya terasa seperti remuk. Dia bahkan sudah tidak tahu lagi ini kali keberapa dia masuk rumah sakit.

Saat itu, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Itu panggilan dari petugas polisi yang biasa dia beri uang untuk menjaga ibunya. "Bu Richelle, ibumu di penjara sedang mendapat 'perlakuan khusus'. Apa kamu menyinggung seseorang?"

Napas Richelle sontak terhenti. "Kamu bilang apa?"

"Ada orang yang menyuruh atasan untuk 'mengurus' ibumu. Sekarang dia nggak diberi makan, ditindas oleh teman satu sel, dan setiap hari dipaksa berjemur di bawah matahari selama sepuluh jam!"

Kata-kata itu seperti petir di siang bolong. Dunia Richelle seakan-akan berputar. Suara di ponsel semakin lama semakin jauh.

Pintu kamar rumah sakit tiba-tiba terbuka dengan keras. Dave masuk.

Richelle perlahan mengangkat kepalanya, menatapnya, dan tiba-tiba semuanya menjadi jelas. "Kamu yang melakukannya."

Hanya Dave yang mampu melakukan hal seperti ini. Apalagi dia masih menganggap Richelle yang mengancam Stevie.

Wajah Dave tidak menunjukkan sedikit pun rasa bingung atau terkejut.

Richelle menatapnya seperti menatap orang asing. Suaranya bergetar. "Ibuku pernah menolong keluargamu. Kamu nggak bisa memperlakukannya seperti ini. Kesehatannya sangat buruk. Dia nggak akan sanggup menahan siksaan seperti itu."

Dave berjalan mendekat, lalu menekan pipi Richelle. Matanya dingin. "Benar, dia memang berjasa pada keluarga kami. Tapi bukan pada Stevie. Kalau kamu punya masalah, datanglah padaku. Semua ini aku yang tanggung. Tapi kenapa kamu harus menyakiti orang yang nggak bersalah?"

Pada akhir kalimatnya, cengkeramannya begitu kuat hingga wajah Richelle terasa seperti akan remuk.

Richelle menatapnya dengan mata penuh keteguhan. "Aku nggak mengambil foto itu, juga nggak pernah mengancam Stevie. Kalau kamu nggak percaya, periksa saja rekaman CCTV di depan hotel."

"Kalau bukan kamu, siapa lagi? Stevie berkepribadian lembut, nggak pernah punya masalah dengan siapa pun, kecuali kamu." Tatapan Dave dingin.

Tidak peduli seberapa keras Richelle membela diri, dia sudah memutuskan untuk tidak memercayai wanita itu.

Richelle menahan senyuman getir. Air mata menetes dari sudut matanya dan jatuh di punggung tangan Dave.

Dave merasakan kehangatan itu, seolah-olah ada sesuatu di dalam hatinya yang tersentuh sesaat, lalu padam lagi.

"Baiklah, aku tahu aku salah. Tolong suruh mereka lepaskan ibuku. Aku nggak akan pernah mendekati Stevie lagi."

Richelle menunduk, akhirnya menyerah. Dia tidak ingin lagi melawan karena semuanya hanya sia-sia. Dia hanya ingin ibunya selamat. Dia masih ingin membawa ibunya pergi dari sini.

Melihat Richelle mulai melunak, genggaman Dave pun mengendur. Nadanya ikut melembut. "Aku juga nggak ingin menyakiti Bibi. Tapi Stevie nggak bersalah. Dia juga nggak akan muncul lagi dalam kehidupan kita nanti. Kalau kamu nggak mau berhubungan dengannya, nggak apa-apa. Tapi jangan lukai dia."

Richelle merasakan keningnya disentuh lembut oleh kecupan singkat. Dia hanya mengangguk dengan tatapan kosong, seperti boneka tanpa jiwa.

Sayangnya, meskipun dia sudah begitu patuh, dia tetap saja gagal menyelamatkan ibunya. Keesokan harinya, Richelle menerima telepon dari penjara. Sepanjang perjalanan ke sana, pikirannya kosong. Ketika tersadar kembali, dia sudah berada di depan kamar jenazah.

Di atas ranjang dorong yang baru saja dibuka kainnya, terbaring ibunya. Wajahnya pucat tanpa suara ataupun napas. Richelle jatuh berlutut. Tangannya gemetar. Dia sampai tidak berani menyentuh tubuh ibunya.

Suaranya serak. Air matanya menetes di wajah ibunya yang dingin, tak mampu membawa sedikit pun kehangatan kembali. "Ibu ... bukankah Ibu bilang mau pergi bersamaku .... Bangunlah .... Kita sebentar lagi akan pergi .... Kenapa ... kenapa ...."

Di sampingnya, petugas polisi menjelaskan dengan lirih, "Serangan panas. Saat ditemukan, sudah terlambat."

Hari itu juga, Richelle membakar jenazah ibunya. Upacara pemakaman hanya dihadiri olehnya seorang diri.

Sebelum pemakaman dimulai, dia menelepon Dave 19 kali. Semuanya tidak diangkat. Saat hendak menutup telepon, dia melihat video terbaru di akun Stevie.

Video itu diambil di sebuah konser besar. Di sebelah Stevie, seorang pria menunduk dan menatapnya dengan lembut. Itu adalah Dave yang dicari-cari oleh Richelle.

Suara dalam video bising, lampu-lampu berkelap-kelip. Semua itu mengingatkannya pada masa lalu, ketika dia pernah mengundang Dave menonton pertunjukan band-nya di klub musik live.

Dave menjawab, "Kamu tahu aku nggak suka tempat yang ramai dan berisik."

Sekarang, dia rela menemani Stevie ke konser yang padat orang seperti itu. Richelle menatap layar, tersenyum getir, lalu tidak menelepon lagi.

Di rumah duka, dia membeli sebuah kalung, lalu memasukkan abu ibunya ke dalam kalung itu dengan tangannya sendiri. "Ibu, aku akan bawa Ibu pergi."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 20

    Saat Richelle membantu Stanley turun dari lantai atas, Dave berjalan masuk dengan penampilan yang berantakan. Dia terpaku menatap Richelle dari bawah tangga.Pemandangan itu terasa sangat familier. Dulu, Richelle juga sering membantu Stanley turun tangga seperti ini. Dalam sekejap, Dave merasa semua yang terjadi sebelumnya hanyalah mimpi, bahwa Richelle masih di sini, bahwa tidak ada yang berubah, bahwa mereka masih punya masa depan bersama.Kalau dulu, Richelle pasti akan langsung menatapnya, tersenyum, dan menyapanya dengan lembut. Namun kenyataannya, tidak peduli seberapa tajam pun pandangan Dave tertuju padanya, Richelle kini memperlakukannya seperti udara.Segalanya memang sudah terjadi. Dia tidak akan kembali. Mereka memang tidak mungkin bersama lagi.Kesadaran itu membuat dada Dave seolah-olah tertusuk oleh pisau tak kasatmata. Setiap tarikan napas terasa menyayat hati.Saat makan malam, Dave duduk di hadapan Richelle. Tatapannya tak terlepas darinya, bahkan dia sempat ingin men

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 19

    Seperti biasanya, Ryker mengantar Richelle pulang. Namun entah kenapa, malam itu terasa berbeda baginya.Saat turun dari mobil, Ryker menyerahkan sebuah kotak hadiah kepadanya. "Hadiah ulang tahun."Dari gerbang kompleks menuju ke lobi apartemen, langkah kaki Richelle sedikit lebih cepat dari biasanya. Dia tidak sabar ingin segera membuka hadiah itu.Namun, begitu sampai di bawah, pandangannya tiba-tiba membeku. Dave berdiri di sana.Pria itu berdiri agak jauh, menatapnya. Di tangan Dave ada kue dan sebuah hadiah. Dia berjalan mendekat perlahan, lalu dengan gugup menyerahkan kotak di tangannya.Suaranya serak saat berkata, "Selamat ulang tahun, Richelle. Aku pernah bilang, setiap kamu ulang tahun, aku akan menemanimu. Syukurlah, kali ini aku nggak terlambat."Memang benar, dulu setiap ulang tahun Richelle, Dave tidak pernah absen. Bahkan ketika sibuk dengan jadwal operasi seharian, Dave tetap akan menyempatkan diri datang dan merayakannya bersamanya, meskipun itu berarti Dave harus ber

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 18

    Setelah mengantar Helan pulang, Richelle kembali ke rumahnya. Selesai mandi dan mengganti pakaian, dia berbaring di tempat tidur. Namun, begitu mengingat kata-kata cinta yang keluar dari mulut Dave, dia tak bisa menahan diri dan kembali tertawa.Dave bilang mencintainya. Pria itu benar-benar merendahkan arti dari kata "cinta".Keesokan harinya, tidak ada jadwal pertunjukan. Latihan yang seharusnya dilakukan juga dibatalkan. Richelle membaca pengumuman di grup, lalu meletakkan ponselnya di samping, menatap langit-langit. Dia baru sadar selain latihan dan tampil, dirinya sepertinya tidak punya hal lain untuk dilakukan.Ketika rasa hampa itu baru saja muncul, Ryker menelepon. "Hari ini nggak ada latihan, 'kan? Aku jemput kamu, kita jalan-jalan."Richelle berpikir sebentar. Karena memang tidak ada yang perlu dikerjakan, akhirnya dia menyetujui. Dia bangkit perlahan dari tempat tidur, menyiapkan diri, dan turun. Saat sampai di bawah, Ryker sudah menunggu di depan.Dia sedikit tertegun, lalu

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 17

    Richelle berhenti dan berbalik. Suaranya datar saat bertanya, "Apa Paman Stanley yang menyuruhmu mencariku?"Karena selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain.Dave tertegun mendengar itu, lalu buru-buru menjelaskan dengan panik, "Bukan ... aku sendiri yang ingin mencarimu.""Apa yang kamu mau?" Richelle mundur selangkah, nada suaranya dingin.Melihat wajah Richelle yang asing dan berwaspada, hati Dave terasa seperti disayat. Pahit dan sesak memenuhi dadanya. Matanya dipenuhi kesedihan dan permohonan. "Richelle ... ayo ikut aku pulang. Aku ....""Mau balas budi lagi?" sela Richelle dengan tatapan dingin. "Nggak perlu. Kalian sudah melunasi budi itu. Pergilah. Kita sudah lama nggak saling berutang apa pun."Setelah berkata begitu, dia melangkah melewatinya dan hendak pergi, tetapi pergelangan tangannya tiba-tiba ditangkap oleh tangan besar."Bukan untuk balas budi!" Dave buru-buru menahannya. Suaranya penuh kecemasan. "Aku cuma benar-benar ingin kamu kembali. Aku terlalu bodoh. S

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 16

    Karena orangnya terlalu banyak, mereka pun dibagi menjadi dua mobil. Richelle dan Helan naik mobil Ryker, sementara yang lain memanggil taksi sendiri.Karena mudah mabuk perjalanan, Richelle duduk di kursi penumpang depan. Sementara di kursi belakang, Helan masih sibuk melihat ke luar jendela sambil berseru riang, "Cowok tadi ganteng banget ya! Walaupun kelihatan agak lesu, tetap saja ganteng! Aku ingin minta kontaknya deh!"Richelle diam saja tanpa menanggapi. Ryker yang memperhatikan keheningannya justru menimpali, "Sudah deh, kamu bisa diam nggak? Orang yang kamu bilang ganteng itu paling nggak sudah 99 dari 100 orang yang kamu lihat. Aku juga heran gimana cara matamu bekerja."Seketika, perhatian Helan langsung teralihkan. Dia malah sibuk berdebat dengan Ryker, melupakan Dave sepenuhnya.Sementara itu, Richelle menatap ke luar jendela, melihat bayangan pepohonan yang bergeser cepat ke belakang. Di benaknya terus terngiang suara Dave tadi. Dalam suaranya tidak ada sedikit pun nada t

  • Cinta Semu yang Kukira Abadi   Bab 15

    Setelah operasi selesai, Richelle tinggal di rumah sakit selama beberapa hari sebelum akhirnya keluar. Suaranya pun pulih seperti sedia kala.Secara kebetulan, dia kemudian bergabung dengan sebuah band, di mana ada seorang gadis muda bernama Helan yang sangat menyukainya. Bahkan Helan yang mengajaknya masuk ke band itu.Karena Richelle sudah berpengalaman, tak lama kemudian mereka mendapat kesempatan untuk tampil dalam sebuah pertunjukan kecil di sebuah bar.Setelah setahun tak naik ke panggung, Richelle merasa menemukan dirinya kembali. Dia menjadi lebih sering tersenyum.Selesai pertunjukan, Richelle masih terbawa suasana. Hingga saat berjalan ke belakang panggung, dia mendengar Helan tiba-tiba berteriak, “Kak? Kenapa kamu datang ke sini? Bukannya kamu nggak pernah mau nonton penampilanku?”Richelle menunduk, memperhatikan langkahnya tanpa mengangkat kepala, sampai sebuah suara yang sangat familier terdengar. “Tenang saja, aku bukan datang buat nonton kamu.”Dia tertegun sejenak, lal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status