Home / Romansa / Cinta Setelah Luka / Bab 2 Kemelut Hati

Share

Bab 2 Kemelut Hati

Author: Tri naya
last update Last Updated: 2023-12-26 11:45:54

Kaira bersama gadis itu menoleh ke arah pintu dan langsung mendekatinya. Empat orang pria tampak mendorong sebuah brankar dan menerobos masuk ruangan IGD.

"Suster, dokter! Tolong bantu kami! Ada korban kecelakaan," seru salah seorang dari mereka.

""Apa yang terjadi?" tanya Kaira sambil mengambil stetoskop dari saku jasnya.

"Pasien mengalami luka memar pada kening. Patah pada tangan dan kaki kiri. Pendarahan pada tangan Kiri. Paha kanan sobek cukup dalam," jelas salah seorang dari petugas paramedis yang membawa orang itu ke rumah sakit.

Sekujur tubuh orang itu berlumur darah hingga sulit di kenali. Kondisinya sangat memprihatinkan sekali.

Berapa suhu dan tekanan darahnya? Sudah menghubungi keluarganya?" tanya Kaira kembali sambil memeriksa denyut nadinya.

"Mereka masih di jalan. Suhu tubuhnya tiga puluh tujuh derajat. Tekanan darahnya tujuh puluh per seratus.

"Pindahkan ke ruang pemeriksaan itensif. siapkan larutan Nacl 0,9 persen infus 500 mili liter. Kasa, obat merah, dan alkohol," pinta Kaira pada Nuning, seorang perawat yang bersamanya.

NaCl 0.9% Infus 500 mili liter merupakan cairan kristaloid yang sering digunakan secara intravena untuk resusitasi cairan. Misalnya : pada kasus dehidrasi berat, syok hipovolemia, alkalosis metabolik yang disertai kehilangan cairan dan deplesi natrium ringan.

"Baik, Dok."

Perawat itu menyiapkan semua yang diperlukan. Kemudian, membantu Kaira membersihkan pasien. Saat wajahnya sudah terlihat, Kaira menghentikan aktivitasnya. Membulatkan dengan sempurna kedua matanya.

'Dia ... tidak mungkin,' batin Kaira sambil sedikit menggeleng dan memejamkan matanya yang sempat terbelalak.

"Dok, pasien kritis. Detak jantung melemah," ucap Nuning setelah memasang ventilator serta monitor holter yang merupakan alat perekam ritme jantung secara terus-menerus dan alat bantu pernapasaan.

Kaira bergeming. Wanita itu masih larut dalam lamunan. Mengabaikan perkataan perawat di sebrangnya.

"Dok," panggil Nuning sambil menatap bingung ke arah Kaira.

"Ahh, iya."

Kaira tersentak dengan perkataan Nuning. Seketika, lamunannya pun membuyar. Membuat wanita itu kembali tersadar.

"Dokter baik-baik saja?" tanya Nuning khawatir.

"I--iya. Saya hanya tiba-tiba merasa sedikit pusing saja," bohong Kaira yang tidak ingin Nuning mengetahui kondisi dirinya.

Dokter Harun yang sedang memeriksa pasien tak jauh dari tempat Kaira berada menoleh ke arah mereka. Memperhatikan yang sedang terjadi.

"Dina, kau urus pasien ini dulu," ucap Harun sambil melangkah ke arah Kaira.

"Baik, Dok," ucap perawat yang bernama Dina sambil mengangguk.

Harun mendekati Kaira dan Perawat Nuning. Kemudian, menatap Kaira dengan bingung.

"Apa yang terjadi?' tanya Harun saat tiba di tempat Kaira.

"Tidak ada. Kepalaku sedikit sakit."

"Istirahatlah, biar aku yang mengurus pasien ini," ucap Harun sambil melihat wajah Kaira yang tampak pucat. Kaira mengangguk dan berlalu.

"Dok, jantung pasien terhenti," ucap Nuning panik.

"Pasang intubasi. Saya akan melakukan CPR," ucap Dokter Harun sambil naik ke atas ranjang dan menekan dada kiri pasien. Lalu, memompanya.

Kemudian, melakukan tindakan medis ablasi jantung. Yaitu, prosedur memperbaiki aritma yang dilakukan dengan cara membuat jaringan parut di jantung, untuk memblokir sinyal listrik yang tidak beraturan dan menggembalikan detak jantung menjadi normal.

Dokter Harun turun dari ranjang dan mengambil defibrillator. Yaitu, alat kejut listrik ke jantung. Berfungsi untuk mengatasi irama jantung abnormal yang berpotensi fatal atau aritma. Sehingga, membuat detak jantung kembali berdetak saat pasien mengalami jantung berhenti.

"Deflibrillator 200 joule!"

"Siap!"

"Shock!"

Kembali Harun melakukan ablasi untuk aritma jantung, setelah melakukan deflibrillator sebanyak dua kali.

"Tekanan darah 120-100/90-60 mmHg, denyut jantung 60-100bpm/beat per minute, SpO2 di atas 95%, dan frekuensi napas antara 12-20 kali per menit," ucap perawaat Nuning, menjelaskan kondisi pasien setelah mengecek melalui monitor.

Dokter Harun bernapas lega karena jantung pasien kembali berdetak normal. Mengatur napas yang sedikit tersengal dan membasuh kening yang dipenuhi peluh dengan kerah jasnya.

~~~~~~

Usai melakukan penyelamatan yang cukup menegangakan, Dokter Harun meninggalkan ruangan IGD dan melangkah ke ruangannya sambil membawa berkas berisi hasil ct scean pasien kecelakaan tersebut.

Dokter Harun melihat Kaira menangis terisak di ruangannya. Pria berparas manis itu mendekati. Lalu, duduk di sebelah Kaira.

"Ada apa? Kenapa menangis?" tanya Harun lembut sambil menepuk pelan sebelah pundak Kaira.

"Ka--Kak Harun," ucap Kaira dengan gugup, mendapati sang kakak tengah berada di sampingnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kau tampak aneh akhir-akhir ini. apa ada yng mengusik pikiranmu?" tanya dokter muda itu kembali, menatap Kaira penasaran.

"Aku--"

"Apa kau mengenal pasien di ruangan IGD itu?" sela Harun dengan tidak sabar.

"Tidak," bohong Kaira yang tidak ingin Harun mengetahuinya.

"Baiklah. Ini hasil ct scean pasien itu," ucap harun sambil menyerahkan berkas di tangannya. Kaira menerima dan melihatnya.

"Separah ini kah kondisinya?" tanya Kaira yang terkejut dengan keadaan pasien tersebut.

"Begitulah. Harus dilakukan opersai secepatnya. Kepala bagian depan dan lengan kirinya cukup parah. Patah kaki dan tangan kirinya pun harus segera di tangani. Jika tidak, pasien bisa mengalami lumpuh permanen."

"Apa pihak keluarganya sudah mengetahui hal ini?"

"Aku sudah menjelaskannya tadi."

"Lalu?"

"Kita akan melakukan operasi itu segera."

"Apa? Kita?"

"Ya, kita. Kau dan aku."

"Tapi--"

"Sepuluh menit lagi. Aku tunggu di ruang operasi. Jangan terlalu memaksakan diri, jika tidak sanggup tidak perlu melakukannya."

Kaira terdiam mendengar ucapan Harun yang begitu tegas terhadapnya. Kaira bergeming. Seluruh syarafnya terasa mati, terlihat lemas dan kembali pucat.

'Ya Tuhan, haruskah aku mengoperasi dirinya?' batin Kaira sambil memejamkan mata. Mencoba untuk menetralisir tubuhnya yang sempat kaku dan sesak napas.

~~~~~~

Kaira kembali terdiam di ruang operasi. Menatap nanar ke arah pasien di hadapannya. Dadanya terasa sesak, jantung Kaira berdetak dua kali lebih cepat dari normal. Napas kaira pun tak beraturan.

'Kenapa harus kau yang berada di sini?' batin Kaira yang semakin bergemuruh.

Harun memicingkan matanya. Menatap Kaira penuh kebingungan dari sebrang. Pria berparas manis itu semakin merasa aneh dengan sikap tak biasa Kaira.

"Ada apa? Apa kau baik-baik saja?" tanya Harun dengan curiga.

Kaira tersentak. Lamunannya membuyar. Kalimat Harun cukup mengejutkannya meski pelan. Wanita itu mengangguk.

"Bisa kita mulai mengoperasi pasien ini sekarang?" tanya Harun yang sudah siap sejak dokter anastesis selesai melakukan tugasnya. Lagi-lagi hanya anggukkan kecil terlihat dari Kaira.

Kaira pun akhirnya memimpin jalannya operasi meski ia harus berhadapan dengan pasien tersebut. Tugas seorang dokter pun harus ia jalani tanpa memilih siapa pasiennya.

~~~~~~

Empat jam berlalau, operasi pun selesai. Lampu ruangan bedah itu mati. Seorang pria yang menunggu sejak operasi berlangsung tersebut bernapas sedikit lega setelah penantian cukup lama. Harun keluar ruangan dan langsung di hadang oleh pemuda itu.

"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya pemuda itun penasaran.

"Syukurlah, operasi berjalan lancar. Namun, pasien masih dalam kondisi koma. jadi, harus di rawat secara intensif di ruang ICU," jelas Harun sambil membuka kacamatanya.

"Lalu, kapan pasien akan sadar?" tanya pemuda itu semakin penasaran.

"Tergantung bagaimana pasien merespons. Semoga saja tidak berlangsung lama," jelas Harun kembali.

"Aamiin."

"Sebaiknya Anda menunggu di depan ruangan ICU saja."

"Baik, Dok."

Harun dan pemuda itu pun meninggalkan ruangan operasi dan berjalan menuju ruang ICU. Sementara Kaira, wanita tersebut kembali ke ruangannya, ia ingin memulihkan kondisi yang sempat tegang dan kemelut yang berkecamuk di dalam hati dan pikirannya. Begitu syoknya Kaira saat melihat pasien itu dan harus mengoperasinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Setelah Luka   Bab 101 Kedatangan Kanza ke Kantor Kenan

    'Kai, bantu Mami. Mami butuh uang.'Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Kaivan. Pemuda itu mengambil benda pipih yang tergeletak di meja kerjanya. Mengerutkan kedua alisnya menatap layar ponsel."Pasti Mami mau bantu Tasya dan Karin. Kenapa Mami masih bekerja sama dengannya, padahal sudah jelas-jelas mereka bukan orang baik-baik?" monolog Kaivan geram."Aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku menangkap Mami dan menyekapnya, lalu membuat Mami mengaku. Pasti tidak akan berhasil. Mami sangat licik dan pandai mengelak. Pasti akan ada drama besar dibuatnya," monolog Kaivan kembali.'Kai, kenapa tidak menjawab dan mengabaikan Mami?'Ting!Ponsel Kaivan kembali berbunyi. Sebuah notifikasi kembali masuk. Kaivan kembali melihatnya. Namun, tidak membuka watsapp-nya.Ponsel Kaivan kembali berbunyi, kali ini wanita tua itu menelepon Kaivan karena kesal pesannya diabaikan oleh sang putra. Kaivan menghela napas kasar. Menantap ke arah ponsel yang terus berdering.Berkali-kali ponsel Kaivan berderin

  • Cinta Setelah Luka   Bab 100 Mereka Melarikan Diri

    Kaira memberondong Kaivan dengan pertanyaan-pertanyaan. Rasa Khawatir menjalar ke diri wanita itu. Kaira memegang kening suaminya dan menatap wajah tampannya yang sedikit pucat."Mas, kau ....""Aku baik-baik saja, Sayang. Hanya sedikit lelah karena tadi banyak sekali pekerjaan," jelas Kaivan sambil menggenggam kedua tangan Kaira dan menatapnya dalam."Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Wajahmu sedikit pucat. Bersihkan dirimu aku buatkan obat dan makanan ya."Kaira bernapas lega mendengar suaminya baik-baik saja, meski sedikit khawatir. Kemudian, meminta lembut pada sang suami. Kaira menuntun Kaivan ke kamar, lalu wanita menyiapkan keperluan Kaivan. Lepas itu, Kaira membuatkan obat dan makanan.Usai mandi, Kaivan menghampiri Kaira yang masih sibuk menyiapkan makan dan obat di meja makan. Pemuda itu duduk di kursi sambil memainkan ponselnya, menunggu sang istri selesai.'Maafkan aku, Kaira. Belum bisa menceritakan semua padamu. Aku tidak ingin kau menjadi khawatir memikirkannya. Setel

  • Cinta Setelah Luka   Bab 99 Kekesalan Kaira

    "Sudah lah Ma, Pa, jangan berlebihan. Aku baik-baik saja. Sudah biasa menghadapi semuanya sendiri. Tidak perlu menkhawatirkan aku," ucap kaira dengan kesal."Kaira, kami ....""Ma, Pa. Sebaiknya kita makan siang dulu. Pasti kalian sduah lapar karena perjalanan jauh, bukan?' potong Kaira yng tidak ingin melanjutkan perdebatannya dengan kedua orang tua Kaira.”Mas, ada apa? Sepertinya kau lelah sekali? Apa ada masalah di kantor?" "Kami tidak lapar," ucap Kamran pelan."Kaira, kami hanya ...."Ayolah, jangan sungkan. Bukankah kalian bilang aku ini anak kalian? Kenapa harus sungakn?" bujuk Kaira lembut.Mereka pun berhenti berdebat dan menerima ajakan Kaira untuk makan siaang bersama, meski Kaira masih merasa sakit hati dengan Kamran dan Kanaya. Namun, bagaimana pun juga mereka tetaplah orang tua kandung Kaira."Bagaimana kondisi Papa pasca operasi beberapa waktu lalu?" tanya Kaira di tengah obrolan makan siangnya.Kamran menghela napas sedikit kasar. Papa baik-baik saja. Bahkan semakin

  • Cinta Setelah Luka   Bab 98 Kedatangan Kamran dan Kayana

    Kamran dan Kayana berniat untuk mengunjungi Kaira di rumahnya. Kebetulan, Kaira juga sedang libur. Mereka membawa banyak sekali hadiah untuk cucu-cucu keduanya dan makanan, serta minuman. Kaira tengah asik bermain dengan kedua anaknya. Kiandra sudah semakin besar dan pintar. Kini, anak kecil itu sudah bisa berdiri serta melangkah perlahan. Kiara pun sudah semakin tumbuh. Kedua anak Kaira tumbuh dan berkembang dengan baik, meski ia sibuk bekerja. Namun, tetap selalu ada waktu untuk kedua putra serta putrinya. Kaira dan Kaivan jadi lebih waspada dan hati-hati menjaga kedua buah hatinya. Mengingat, kejadian yang pernah dialami Kiara beberapa waktu lalu yang hampir menghilangkan nyawanya membuat trauma dan mereka ekstra hati-hati menjaga kedua buah hati terkasihnya."Assalamualaikum," ucap Kamran dan Kayana sambil mengetuk pintu.Seorang paruh baya berjalan dengan tergopoh menuju gagang pintu dan membukanya perlahan."Waalaikumsalam. Nyonya dan Tuan Besar," ucap Bi Asih dengan sedikit t

  • Cinta Setelah Luka   Bab 97 Kebahagiaan

    Ibu Sumiati dan bapak Suparjo menatap ke arah kaira dengan penasaran. Kaira membalas tatapan mereka dengan lembut. "Apa yang ingin Dokter katakan?" tanya Ibu Sumiati semakin penasaran."Pihak rumah sakit memutuskan untuk mengratiskan semua biaya pengobatan Pak Suparjo dan mengganti seluruh biaya rumah sakit yang sudah Bapak dan Ibu bayarkan, sebagai konpensasi dari pihak rumah sakit. Jadi, uangnya bisa Ibu dan Bapak kembalikan kepada orang itu sehingga kalian tidak terbebani lagi," jelas Kaira panjang lebar."Benarkah?" tanya Pak Suparjo dan Ibu Sumiati masih tidak yakin dan percaya."Iya, ini benar.""Terima ksah, Dok.""Jangan berterima kasih pada saya. Akan tetapi, kepada Allah yang sudah memberikan rezeki Bapak dan Ibu dan pihak rumah sakit menjadi perantaranya."Baik, Dok. Sampaikan terima kasih kami untuk pihak rumah sakit yang sudah memberikan ini kepada kami," ucap Bapak Suparjo dengan haru." Baik, Pak. Nanti akan saya sampaikan. Bapak jangan lupa minum obat dan makan yang te

  • Cinta Setelah Luka   Bab 96 Separuh Jiwaku

    Kaira dan Kaivan pergi mengunjungi Hanung dan Hani. Mereka sudah lama sekali tidak berkunjung ke ruamh kedua orang tua itu semenjak kaira melahirkan dan mengurus anak juga pekerjaannya. Bahkan, meski satu rumah sakit dengan Hanung pun mereka jarang sekali bertemu karena kesibukan satu sama lainnya.Akhir pekan mereka luangkan untuk menemuinya, selain melepas rindu, Kaira juga ingin mempertemukan putra kecilnya dengan Hanung dan Hani."Bagaimana pekerjaanmu, kaira? Apa masalah pasienmu itu sudah selesai?' tanya Hanung di tengah obrolannya."Pekerjaan-ku baik, Yah. Alhamdulillah pasien sudah sadarkan diri dan di pindahkan ke bangsal. Keluarganya juga sudah bisa menjenguknya. Namun, ada satu pasienku yang kondisi keuangannya sangat kekurangan. Mereka tidak mampu membayar biaya rumah sakit daan operasi. Meski, sudah dibantu dan dibuatkan asuransi. Akan tetapi, sebelum mendapatkan itu, mereka harus meminjam dari tetangga dan kerabat. Aku iba mendengar ceritanya. Beliau juga mempunyai du

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status